Ekskomunikasi Excomunication Eksklusif Marjinalisasi

Proses pemilihan kata mau tidak mau sangat berhubungan dengan pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas untuk dibaca oleh khalayak. Pilihan kata-kata tertentu yang dipakai sekedar teknis jurnalistik, tetapi bagian penting kata-kata yang dipilih dapat menciptakan realitas tertentu pada khalayak. Kenneth Burke mengatakan bahwa kata-kata tertentu tidak hanya memfokuskan perhatian khalayak pada masalah tertentu tapi juga membatasi persepsi kita dan mengarahkannya pada cara berfikir dan keyakinan tertentu.

2. Mispresentasi

Dalam respresentasi, sangat mungkin terjadi mispresentasi: ketidakbenaran penggambaran, kesalahan penggambaran. Seseorang, suatu kelompok. Suatu pendapat, sebuah gagasan tidak ditampilkan sebagaimana semestinya atau adanya, tetapi digambarkan secara buruk. Setiap hari kita mendengar, membaca atau melihat bagaimana kesalahan respresentasi itu terjadi.

a. Ekskomunikasi Excomunication

Ekskomunikasi berhubungan dengan bagaimana seseorang atau suatu kelompok dikeluarkan dari pembicaraan public. Di sini mispresentasi terjadi karena seseorang atau suatu kelompok tidak diperkenalkan untuk berbicara. Ia dianggap alien, bukan bagian dari kita. Karena tidak dianggap sebagai bagian dari partisipan publik, maka penggambaran hanya terjadi pada pihak kita, tidak ada kebutuhan untuk mendengarn suara dari pihal lain. Universitas Sumatera Utara

b. Eksklusif

Eksklusi berhubungan dengan bagaimana seseorang dikucilkan dalam pembicaraan. Mereka dibicarakan dan diajak bicara, tetapi mereka dipandang lain, mereka buruk dan mereka bukan kita. Di sisi, ada suatu sikap yang diwakili oleh wacana yang diwakili oleh wacana yang menyatakan bahwa kita baik, sementara mereka buruk. Menurut Faulcoult, suatu kelompok atau gagasan dapat dilakukan melalui berbagai prosedur, Pertama, Melakukan pembatasan apa yang bisa dan tidak boleh membicarakannya. Kedua, ekslusi sesuatu wacana public juga dilakukan dengan membuat klasifikasi mana yang baik mana yang buruk ,mana yang bisa diterima

c. Marjinalisasi

Praktek marjinalisasi adalah misinterpretasi yang berbeda dengan eksklusi dan pengucilan. Dalam marjinalisasi, terjadi penggambaran ada yang buruk terhadap pihakkelompok lain. Akan tetapi, berbeda dengan eksklusiekskomunikasi, disini tidak terjadi pemilihan antar pihak mereka. Ada beberapa praktik pemakaian bahasa sebagai strategi wacana dari marjinalisasi ini. Pertama, penghalusan makna Eufimisme. Kata eufimisme barangkali yang paling banyak dipakai oleh media. Kata ini pertama kali dipakai dalam bidang budaya, terutama untuk menjaga kesopanan dan norma-norma. Kedua, Pemakaian bahasa pengasaran Disfemisme. Kalau eufimisme Universitas Sumatera Utara dapat mengakibatkan realitas menjadi halus, disfemisme sebaliknya dapat mengakibatkan realitas menjadi kasar. Ketiga, Libelisasi. Libeling merupakan perangkat bahasa yang digunakan oleh mereka yang berada di kelas atas untuk menundukkan lawan-lawan. Keempat, steriotipe. Steriotipe adalah penyamaan sebuah kata yang menunjukkan sifat-sifat negatif atau positif tapi umumnya negatif dengan orang, kekas atau perangkat tindakan. Di sini steriotipe adalah praktik respresentasi yang menggambarkan sesuatu dengan penuh prasangka, konotasi yang negative dan bersifat subjektif.

d. Delegitimasi