Komunikasi Antar Budaya ································ 32 Representasi Gaya Hidup Wanita Metropolis Dalam Novel(Analisis Wacana Berdasarkan Teun A. Van Dijk Dalam Novel Eat, Pray, Love Karya Elizabeth Gilbert)

DAFTAR ISI ABSTRAKSI ········································································· i KATA PENGANTAR ······························································ ii DAFTAR ISI ········································································· iv DAFTAR TABEL ··································································· vi DAFTAR LAMPIRAN ····························································· vii BAB I : PENDAHULUAN ················································· 1 I.1. Latar belakang Masalah ···································· 1 I.2. Perumusan Masalah ········································· 9 I.3. Pembatasan Masalah ········································ 9 I.4. Tujuan dan Manfaat penelitian ··························· 9 I.4.1. Tujuan Penelitian ····································· 9 I.4.2. Manfaat Penelitian ···································· 10 I.5. Kerangka Teori ··············································· 10 I.5.1. Analisis Wacana ······································· 11 I.5.2. Analisis Wacana Van Djik ··························· 13 I.6 Kerangka Konsep ············································ 15 I.6.1. Komunikasi ············································· 15 I.6.2. Komunikasi Antar Budaya ·························· 16 I.6.3. Representasi ············································ 18 I.6.4. Ideologi ·················································· 19 I.7. Metodologi Penelitian ········································ 23 I.7.1. Metode Penelitian ····································· 23 I.7.2. Subjek Penelitian ······································ 23 I.7.3. Unit dan Level Analisis ······························· 24 I.7.4. Teknik Pengumpulan Data ·························· 24 I.7.5. Teknik Analisis Data ································· 25 I.7.6. Validitas Penelitian ··································· 27 BAB II : URAIAN TEORITIS ············································· 28 II.1. Komunikasi ··················································· 28 II.1.1. Pengertian Komunikasi ···························· 28 II.1.2. Fungsi Komunikasi ································· 30

II.2. Komunikasi Antar Budaya ································ 32

II.2.1. Sejarah Komunikasi Antar Budaya ············· 32 II.2.2. Elemen-Elemen Komunikasi Antar Budaya ·· 33 II.2.3. Hambatan-Hambatan Komunikasi Antar Budaya 35 ············································· 37 II.3. Representasi ················································· 38 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ································ 48 III.1. Deskripsi Objek Penelitian ······························· 48 III.2. Tipe Penelitian ·············································· 51 III.3. Subjek Penelitian ··········································· 52 III.4. Unit dan Level Analisis ··································· 52 III.5. Teknik Pengumpulan Data ······························· 52 III.6. Teknik Analisis Data ······································ 53 BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ································· 56 Universitas Sumatera Utara IV.1. Analisis Data ················································ 57 IV.2. Pembahasan ················································· 70 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ································· 73 V.1. Kesimpulan ··················································· 73 V.2. Saran ·························································· 75 DAFTAR PUSTAKA ·························································· 77 LAMPIRAN DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman Tabel. 1. Struktur Wacana Van Djik ........................................................... 53 Tabel. 2. Gaya Hidup New York .................................................................. 57 Tabel. 3. Gaya Hidup Italia ........................................................................... 59 Tabel. 4. Gaya Hidup India ........................................................................... 62 Tabel. 5. Gaya Hidup Indonesia Bali ......................................................... 66 Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Penelitian ini berjudul Representasi Gaya Hidup Wanita Metropolis Dalam Novel Analisis Wacana Berdasarkan Teun A. Van Djik Dalam Novel Eat, Pray, Love Karya Elisabeth Gilbert. Kehampaan hidup bisa saja terjadi kepada semua orang. Tetapi apabila kita bisa menghadapinya dengan penuh kebijaksaan dan dewasa hal itu bisa saja kita lalui dengan baik tanpa ada halangan yang berarti. Dan jangan sekali-sekali kita lari dari semua itu karena suatu kebebasan yang di capai dengan cara lari dari masalah tidak akan baik. Karena kebebasan yang baik itu adalah suatu kebebasan yang di dapat dengan cara menyelesaikan dulu suatu masalah yang ada bukan lari dari masalah. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana. Metode analisis wacana tersebut dijadikan sebagai alat ukur untuk menterjemahkan makna dari sombol-simbol yang ada dalam novel Eat, Pray, Love. Penelitian ini menggunakan analisis wacana yang dikembangkan melalui pendekatan Teun A. Van Djik melihat suatu teks terdiri dari beberapa strukturtingkatan yang masing- masing saling mendukung. Van Djik membaginya dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro yang merupakan makna global dari suatu teks yang diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa. Kedua, superstruktur, ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagaian-bagian teks tersusun kedalam berita secara utuh. Ketiga, strukturmikro, adalah makna yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, para frase yang dipakai dan sebagainya. Objek dalam penelitian ini adalah gaya hidup wanita dalam novel Eat, Pray, Love. Jumlah sample pada novel yang akan di teliti sebanyak 4 bagian. Adapun pemilihan subjek dalam penelitian ini di karenakan pada novel peneliti melihat sebagian besar isi novel tersebut mengadaptasi tentang sifat perempuan yang ingin bebas dan tidak suka dengan keterikatan. Dan jumlah objek dalam penelitian ini dipilih secara acak oleh peneliti. Tehnik pengumpulan data yang dilakukan adalah pembedahan novel dan wawancara kepada beberapa receker yang berguna sebagai pembanding data penelitian ini. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini bahwasannya Elisabeth Gilbert mengungkapkan gaya hidup wanita yang terdapat dalam novel Eat, Pray,Love merupakan sebuah representasi terhadap perempuan metropolitan yang ada di Amerika yang mengutamakan kebebasan dan kesenangan diri sendiri, hal ini terlihat dari penggambaran latar belakang cerita yang berada di Amerika. Dengan demikian representasi perempuan yang dibentuk tidak dapat menggeneralisir posisi perempuan di Indonesia. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam komunikasi terdapat hal-hal yang harus dipenuhi agar suatu komunikasi tersebut dapat dikatakan efektif. Adanya komunikator, komunikan, media dan yang paling terpenting dalam suatu proses komunikasi adalah pesan. Segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan selayaknya bergantung pada pesan yang ingin disampaikan dan isinya yang dapat diartikan dengan benar oleh komunikan. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin canggih., komunikasi dapat di kelompokkan pada beberapa bentuk atau tatanan komunikasi. Salah satu spesifikasinya adalah komunikasi massa. Dalam komunikasi massa, suatu pesan dikemas untuk diartikan khalayak yang banyak. Khalayak tersebut bersifat heterogen dengan latar belakang pengalaman dan referensi yang berbeda. Untuk menyampaikan suatu pesan dalam komunikasi massa , tentunya perlu suatu media yang dapat mencakup massa yang dimaksud. Media massa adalah sesuatu yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, baik komunikasi personal maupun komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Secara universal tujuannya adalah: informasi, hiburan,pendidikan, propagandapengaruh dan Pertanggungjawaban sosial. Sesuai perkembangannya media massa berwujud dalam media cetak Koran,majalah,bulletin dan media elektronik TV, radio dan internet. Dari berbagai macam media massa tersebut mempunyai ciri khas masing-masing baik Universitas Sumatera Utara dalam isi dan pengemasan beritanya, maupun dalam tampilan serta tujuan dasarnya. Alex Sobur mendefinisikan media massa sebagai:” Suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini public, antara lain, karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide atau gagasan dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih inspiris”. Alex Sobur berpendapat, bahwa isi media pada hakekatnya adalah hasil kontruksi realistis dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Begitu juga media cetak, isi media cetak menggunakan teks dan bahasa. Guy Cook menyebut tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana,yaitu teks dan wacana. Eriyanto kemudian menjelaskan ketiga makna tersebut, “teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak dilembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik gambar, efek suara, citra dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada diluar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks tersebut diproduksi. wacana disini, kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks bersama- sama.”Dari penjelasan diatas, dapat memahami bahwa teks memiliki peranan yang signifikan dalam pembentukkan wacana. Dalam pembentukkan suatu wacana, media massa dapat menempatkan peranan yang penting. Melalui novel yang dianggap sebagai salah satu media massa yang sangat ampuh dalam mewacanakan sesuatu atas interpretasi penulis dalam melihat sesuatu fenomena yang terjadi dimasyarakat. Dalam sebuah novel, Universitas Sumatera Utara cerita yang disampaikan mengandung suatu pesan yang diharapkan dapat menjadi acuan atau pengetahuan baru bagi khalayak pembacanya. Saat ini wacana yang masih menjadi pembicaraan di masyarakat adalah wacana gender. Perbedaan pandangan dalam melihat perbedaan gender ini menjadi suatu masalah ketika tidak adanya pemahaman yang tepat dalam melihat fenomena tersebut. Masih banyaknya pandangan yang kurang tepat dalam melihat fenomena antara hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan membuat wacana gender selalu menjadi sorotan. Anggapan bahwa perempuan mahkluk istimewa dengan segala keindahannya, menjadi sangat rancu ketika mahluk yang sering dianggap lemah namun menyimpan kekuatan besar. Wanita juga boleh dibilang selalu jadi ‘mahluk kelas dua’ jika dibandingkan lawan jenisnya, laki- laki. Kebebasannya sering dianggap tabu, keputusannya dianggap perlawanan, padahal sejatinya perempuan dan laki-laki adalah pelengkap satu sama lain. Di sisi lain emansipasi perempuan terus digaungkan. Sayangnya, kesetaraan hak itu bukanlah sesuatu yang bersifat evolusi namun parallel. Pada suatu waktu ada perempuan yang menjadi presiden tapi pada waktu yang sama ada perempuan-perempuan yang ditekan, dipaksa menghentikan pendidikannya, mengalami kekerasan dalam rumah tangga atau dijual oleh keluarganya sendiri. Media massa memiliki peran besar dalam membentuk dan mengubah pikiran, perasaan, sikap, opini dan prilaku masyarakat tentang perempuan. Namun potret perempuan dalam media massa masih memperlihatkan stereotip yang negative. Kehadiran film dengan target khalayak perempuan yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan, merupakan suatu harapan baru bagi perempuan untuk menyuarakan kesamaan hak. Universitas Sumatera Utara Seperti dikemukakan sebelumnya, melek-media menjadi salah satu cara yang banyak dianjurkan untuk mengembangkan representasi media tentang perempuan yang lebih berimbang dan tidak bias gender. Secara sederhana, melek- media didefinisikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menganalisis citra dan pesan-pesan tersirat implisit pada semua jenis isi media. Melek-media memainkan peran yang signifikan dalam menentukan apakah isu-isu gender akan secara luas dipandang penting dan menjadi persoalan sosial, politik dan budaya yang absah. Informasi telah menjadi kebutuhan primer masyarakat modern saat ini tanpa kecuali. Teknologi informasi yang semakin modern membawa konsekuensi kebutuhan informasi tersebut kedalam relasi-relasi sosial dalam masyarakat dengan menghilangkan batas-batas sosial budaya juga sangat berperan aktif dalam menghilangkan fungsi ruang dan waktu. Dengan konsekuensi hilangnya batas- batas sosial budaya akibat hilangnya fungsi ruang dan waktu, arus informasi membawa, menawarkan, dan dapat mengubah wajah sosial dan budaya dengan perlahan, dan seringkali terjadi tanpa disadari oleh setiap individu yang mengalaminya. Kecepatan informasi untuk menjangkau penerima informasi tersebut terbawa oleh berbagai macam medium informasi yang sudah menjadi kebutuhan masyarakat modern, karena melalui berbagai media massa tersebut itulah nilai- nilai sosial dan budaya tersosialisasikan yang didalamnya terdapat tanda-tanda dan simbol-simbol. Tidak dapat dipungkiri media massa memberi pengaruh melalui pesan-pesan yang disampaikannya. Citra perempuan metropolitan kini sangat mudah terpengaruh Universitas Sumatera Utara dengan trend. Untuk memenuhi kebutuhan itu mereka mencari informasi tersebut di media massa seperti majalah dan televisi. Dengan adanya gambaran seperti ini di kota-kota metropolitan seperti pada umumnya, dikarenakan masuknya budaya luar ke Indonesia. Hal-hal yang dilakukan oleh selebritis luar negeri dan kebiasaan-kebiasaan mereka yang diliput oleh media massa dan disebar luaskan sehingga masuk ke Indonesia. Media massa dan industri menciptakan kebutuhan perempuan demi kepentingan pasar, yang disuarakan sebagai cara bagi perempuan untuk keluar dari identitas yang diinginkan oleh orang tua. Akhirnya budaya perempuan sangat identik dengan penampilan sebagai representasi identitas. Tentunya perempuan di kota-kota besar adalah kelompok yang memiliki akses paling terbuka ke sumber informasi yang dibutuhkan. Mereka memungut informasi dari mana saja, dari televisi, majalah, radio, bahkan sobekan poster di pinggir jalan. Mereka punya kesempatan untuk memanfaatkan waktu luang di pusat perbelanjaan, tempat hiburan, dan ruang-ruang publik yang memungkinkan mereka untuk melakukan interaksi dan pertukaran informasi. Perempuan di kota-kota besar atau biasa disebut dengan perempuan metropolitan selalu punya cara untuk tampil beda, meski tidak selalu orisinil karena banyak mengadopsi gaya selebritis idolanya masing-masing yang mereka lihat di majalah dan televisi, dengan demikian perempuan metropolitan selalu berusaha untuk memperbaharui penampilannya sesuai dengan trend yang sedang berlaku. Yang disebut penampilan bukan saja apa yang melekat di tubuh semata, melainkan juga bagaimana keseluruhan potensi dalam diri memungkinkan mereka untuk menampilkan citra diri. Dan pesan verbal dan non verbal yang disampaikan Universitas Sumatera Utara media massa dianggap sebagai salah satu hal penting yang akan memberikan ciri khusus pada perempuan metropolitan. Cara berpakaian dan pilihan warna dalam berbusana ataupun dalam hal apa saja yang berkaitan dengan identitaasnya sebagai perempuan adalah salah satu dari usaha perempuan metropolitan untuk membentuk citra tertentu melalui penampilannya. Kita mengakui bahwa pengaruh dunia barat dengan nilai-nilainya yang mempengaruhi nilai budaya kita. Hal tersebut akibat arus simbolik global yang nyata yaitu nilai-nilai dari luar dapat dengan mudah masuk ke dalam kehidupan masyarakat melalui transformasi teknologi komunikasi modern dan industri komersil. Kemasan media massa yang menarik dapat membuat khalayak tertarik untuk melihat atau membaca informasi tersebut. Bagaimana media massa mengkonstruksikan realitas ke dalam sebuah kemasan medianya. Penempatan perempuan dalam media massa saat ini merupakan bagian dari hal yang penting, karena dunia perempuan adalah dunia yang menarik untuk terus kita ketahui dan kita simak. Media massa hanya mempengaruhi serta menyibak gaya dan pola perempuan saat ini. pemenuhan kebutuhan informasi dari perempuan yang membuat banyak media massa selalu berusaha memenuhi kebutuhannya tersebut. Penggambaran yang terdapat di sebuah media massa menimbulkan rasa tertarik khalayak untuk mengetahui lebih jauh tentang dunia perempuan tersebut. Bagaimana media massa menampilkan sebuah gambar, warna, lambang, dan tanda-tanda yang ada sebagai konstruksi realita yang ada. Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa baik verbal dan non verbal sebagai perangkatnya, sedangkan bahasa bukan saja alat mempresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa Universitas Sumatera Utara yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikan. Media juga berfungsi sebagai media budaya. Media budaya merupakan media yang berada dalam budaya masyarakat dan sebenarnya menjembatani kepentingan salah satu pihak, yaitu pihak budaya masyarakat industri dengan budaya masyarakat pengguna. Pengguna pemakai media budaya adalah individu-individu yang menikmati bentuk-bentuk media budaya, seperti majalah, surat kabar, atau tayangan yang muncul di televisi. Individu dan masyarakat pengguna diperkenalkan dengan semboyanslogan yang menjanjikan. Menurut buku “Komunikasi Antar Budaya” : “Sistem kepercayaan erat kaitannya dengan nilai-nilai values yang ada, sebab nilai-nilai itu adalah aspek evaluatif dari sistem kepercayaan, nilai dan sikap, yang meliputi kualitas atau asas-asas seperti kemanfaatan, kebaikan, keindahan, kemampuan memuaskan kebutuhan dan kesenangan.” Dan kebudayaan yang masuk ditiru oleh kaum metropolis khususnya para perempuan metropolitan. Mereka umumnya berasal dari kalangan menengah-keatas dan termasuk kategori A dalam strata sosial ekonomi. Pergeseran nilai dan budaya itu terjadi karena sikap dari respon wanita metropolitan yang menerima pengaruh dari luar dan mereka merasa pas atau cocok dengan kehidupan wanita metropolitan. Sikap adalah suatu respon yang evaluatif, dinamis dan terbuka terhadap kemungkinan perubahan yang disebabkan oleh interaksi seseorang dengan Universitas Sumatera Utara lingkungan. Kesiapan sikap perilaku tersebut adalah hasil dan cara belajar merespon lingkungan dalam kawasan budaya tertentu.” Dalam isi novel “Eat, Pray, Love” menceritakan tentang Gaya hidup seseorang di dunia yang merupakan ciri sebuah dunia modern, atau yang biasa juga disebut modernitas. Kebutuhan akan status dan terpaan budaya mengakibatkan merebaknya gaya hidup metropolis yang cenderung permisif dan mengedepankan kemewahan daripada kecerdasan dan nilai budaya lokal. Gaya hidup metropolis ini terutama berkembang pada kalangan muda yang tergolong labil, dan sangat mudah terpengaruh Perubahan gaya hidup ini juga terlihat pada kaum wanita. Khususnya, para wanita yang hidup di kota besar dan mengikuti perkembangan zaman. Tuntutan penampilan, pergaulan, dan pola adaptasi menggeser jati diri kebanyakan para wanita. Dan Novel “Eat, Pray, Love “ dipilih karena peneliti merasa novel ini lebih menunjukkan citra wanita metropolis Novel nya Elizabeth Gilbert “Eat, Pray, Love” yang mencritakan seorang wanita bernama Elizabeth. Pada waktu memasuki usia tiga puluh tahun, Elizabeth Gilbert memiliki semua yang diinginkan oleh seorang wanita Amerika modern, terpelajar, ambisius suami, rumah, karir yang cemerlang. Tetapi ia bukannya merasa gembira dan puas, tetapi malah menjadi panik, sedih dan bimbang. Ia merasakan perceraian, depresi, kegagalan cinta dan kehilangan pegangan akan arah hidupnya. Untuk memulihkan ini semua, Elizabeth Gilbert mengambil langkah yang radikal. Dalam pencarian akan jati dirinya, ia menjual semua miliknya, meninggalkan pekerjaannya, meninggalkan orang-orang yang dikasihinya dan memulai satu tahun perjalanan keliling dunia seorang diri. Makan, Doa, Cinta merupakan catatan kejadian di tahun pencarian tersebut. Keinginan Elizabeth Universitas Sumatera Utara Gilbert mengunjungi tiga tempat di mana dia dapat meneliti satu aspek kehidupannya, dengan latar belakang budaya yang secara tradisional telah mewujudkan aspek kehidupan tersebut dengan sangat baik. Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa lebih tertarik untuk meneliti makna pesan yang disajikan dalam Novel “Eat, Pray, Love “ dalam konteks analisis wacana yang dipaparkan dalam novel tersebut.

I.2 Perumusan Masalah