Analisis Wacana kritis Kerangka Teori

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

I.5.1 Analisis Wacana kritis

Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu dan dengan berbagaidengan berbagai pengertian. Dari berbagai pengertian yang terkadang mempunyai gradasi yang besar antara masing-masing pengertian. Titik singgung dari setiap pengertian tersebut adalah analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa atau pemakaian bahasa. Analisis wacana lebih menekankan “Bagaimana” suatu pesan atau teks komunikasi tersebut. Dengan analisis wacana, kita tidak hanya dapat melihat isi teks berita tetapi juga bagaimana pesan dari isi teks tersebut disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks Eriyanto, 2001:15. Analisis wacana menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak diluar diri si pembicara. Bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh kerana itu analisis wacana yang dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa; batasan- batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topic apa yang dibicarakan. Wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan. Karena memakai perspektif kritis, analisis wacana kategori ini disebut juga dengan analisis wacana kritis. Universitas Sumatera Utara Terdapat tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana menurut Eriyanto 92001:4-6, pertama positivisme-empiris yang melihat bahasa sebagai jembatan antara manusia dengan objek diluar dirinya. Pengalaman-pengalaman yang di alami manusia dianggap dapat langsung diekspresikan melalui penggunaaan bahasa tanpa perlu mengkhawatirkan adanya kendala atau distorsi. Sejauh seseorang tersebut menggunakan pernyataan-pernyataan yang logis, sintatik dan memiliki hubungan dengan pengalaman empiris. Salah satu ciri-ciri dari pemikiran ini adalah adanya pemisahan antara suatu pemikiran dan realita dengan melihat aturan-aturan yang harus dipenuhi lainnya. Kedua disebut konstruktivisme, yang memandang bahasa dan dapat dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan yang memiliki tujuan. Pandangan ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran fenomenologi. Aliran ini menolak pandangan positivme yang memisahkan antara subjek dan objek bahasa. Konstruktivisme menganggap subjek sebagai suatu factor sentral dalam kegiatan wacana dan hubungan-hubungannya dengan sosialnya. Menurut Mohammad A.S Hikam, subjek dalam pandangan konstruktivisme memiliki kemampuan untuk melakukan control terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakkan penciptaan makna, yakni tindakan pembentukkan diri serta pengungkapan jati diri dari sang pembicara. Bahasa tidak lagi dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objek belaka. Oleh karena itu, analisis wacana dimaksud sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstalasi kekuatan yang terjadi pada Universitas Sumatera Utara proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa tidak di pahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu,tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa; batasan- batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti di pakai, topic apa yang sering dibicarakan. Wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan. Karena memakai perspektif kritis, analisis wacana kategori ini di sebut juga dengan analisis wacana kritis critical discourse analysis. Ini untuk membedakan dengan analisis wacana dalam kategori pertama dan kedua discourse analysis Dalam beberapa analisis wacana yang dikembangkan oleh para ahlinya, penulis memilih analisis wacana menurut Teun A Van Tjik. Hal ini dikarenakan menurut wacana Teun A Van Tjik lebih spesifik mengangkat sebuah wacana beberapa aspek yang sangat berkaitan Teun A Van Tjik melihat suatu konstruksi proses wacana tersebut diproduksi.

I.5.2 Analisis Wacana Van Djik