Gilbert mengunjungi tiga tempat di mana dia dapat meneliti satu aspek kehidupannya, dengan latar belakang budaya yang secara tradisional telah
mewujudkan aspek kehidupan tersebut dengan sangat baik. Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa lebih tertarik untuk meneliti
makna pesan yang disajikan dalam Novel “Eat, Pray, Love “ dalam konteks analisis wacana yang dipaparkan dalam novel tersebut.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
Bagaimana wacana makna pesan yang disajikan dalam novel . “Eat, Pray, Love”
I.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari salah pengertian dan memperjelas masalah yang di bahas dalam penelitian, maka peneliti merasa perlu, melakukan pembatasan
masalah yang akan di teliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah Mengenai Representasi Gaya Hidup Wanita Metropolis Dalam Novel “Eat,
Pray, Love” Karya Elizabeth Gilbert
I.4 Tujuan dan Manfaat penelitian
I.4.1 Tujuan Penelitian
a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai ideologi penulis
dalam menyajikan ceritanya
Universitas Sumatera Utara
b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wacana pada makna isi pesan
yang terkandung dalam novel “Eat, Pray, Love” c.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi perempuan yang dibentuk dalam novel “Eat, Pray, Love”
I.4.2 Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah
penelitian tentang media, khususnya tentang kajian media yang dianalisis menggunakan analisis wacana.
2. Secara praktis, hasil analisis ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca agar
lebih krisis terhadap teori informasi yang disajikan media. 3.
secara akademis, penelitian ini dapat disumbangsihkan pada Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, guna memperkaya bahan penelitian dan
sumber bacaan.
1.5 Kerangka Teori
Setiap penelitian sosial, karena salah satu unsur yang paling besar peranannya dalam penelitian adalah teori Singarimbun,1991:37. Oleh karena itu
teori diperlukan untuk menjelaskan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk perlu di susun kerangka
teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian tersebut disoroti Nawawi,1995:40. Menurut Kerlinger Rakhmat,
2004:6, teori merupakan suatu himpunan kontruk konsep yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variable
untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
I.5.1 Analisis Wacana kritis
Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu dan dengan berbagaidengan berbagai pengertian. Dari berbagai
pengertian yang terkadang mempunyai gradasi yang besar antara masing-masing pengertian. Titik singgung dari setiap pengertian tersebut adalah analisis wacana
berhubungan dengan studi mengenai bahasa atau pemakaian bahasa. Analisis wacana lebih menekankan “Bagaimana” suatu pesan atau teks komunikasi
tersebut. Dengan analisis wacana, kita tidak hanya dapat melihat isi teks berita tetapi juga bagaimana pesan dari isi teks tersebut disampaikan. Dengan melihat
bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks Eriyanto, 2001:15.
Analisis wacana menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa tidak dipahami sebagai medium
netral yang terletak diluar diri si pembicara. Bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu,
maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh kerana itu analisis wacana yang dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa; batasan-
batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topic apa yang dibicarakan. Wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam
hubungan kekuasaan. Karena memakai perspektif kritis, analisis wacana kategori ini disebut juga dengan analisis wacana kritis.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana menurut Eriyanto 92001:4-6, pertama positivisme-empiris yang melihat bahasa sebagai
jembatan antara manusia dengan objek diluar dirinya. Pengalaman-pengalaman yang di alami manusia dianggap dapat langsung diekspresikan melalui
penggunaaan bahasa tanpa perlu mengkhawatirkan adanya kendala atau distorsi. Sejauh seseorang tersebut menggunakan pernyataan-pernyataan yang logis,
sintatik dan memiliki hubungan dengan pengalaman empiris. Salah satu ciri-ciri dari pemikiran ini adalah adanya pemisahan antara suatu pemikiran dan realita
dengan melihat aturan-aturan yang harus dipenuhi lainnya. Kedua disebut konstruktivisme, yang memandang bahasa dan dapat
dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan yang memiliki tujuan. Pandangan ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran fenomenologi. Aliran ini menolak pandangan
positivme yang memisahkan antara subjek dan objek bahasa. Konstruktivisme menganggap subjek sebagai suatu factor sentral dalam kegiatan wacana dan
hubungan-hubungannya dengan sosialnya. Menurut Mohammad A.S Hikam, subjek dalam pandangan konstruktivisme memiliki kemampuan untuk melakukan
control terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakkan penciptaan makna, yakni tindakan pembentukkan
diri serta pengungkapan jati diri dari sang pembicara. Bahasa tidak lagi dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objek belaka. Oleh karena itu, analisis
wacana dimaksud sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu.
Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstalasi kekuatan yang terjadi pada
Universitas Sumatera Utara
proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa tidak di pahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dipahami sebagai
representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu,tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu analisis wacana
dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa; batasan- batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti di pakai,
topic apa yang sering dibicarakan. Wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan. Karena memakai perspektif kritis, analisis wacana kategori
ini di sebut juga dengan analisis wacana kritis critical discourse analysis. Ini untuk membedakan dengan analisis wacana dalam kategori pertama dan kedua
discourse analysis Dalam beberapa analisis wacana yang dikembangkan oleh para ahlinya,
penulis memilih analisis wacana menurut Teun A Van Tjik. Hal ini dikarenakan menurut wacana Teun A Van Tjik lebih spesifik mengangkat sebuah wacana
beberapa aspek yang sangat berkaitan Teun A Van Tjik melihat suatu konstruksi proses wacana tersebut diproduksi.
I.5.2 Analisis Wacana Van Djik
Model teori ini sering disebut sebagai kognisi sosial, menurut Van dijk penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasari pada analisis teks semata,
karena teks hanya merupakan hasil suatu praktik produksi yang harus diamati. Perlu dilihat bagaimana suatu teks diproduksi sehingga kita memperoleh
pengetahuan kenapa teks bisa seperti itu Eriyanto, 2001:222. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan
strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level
Universitas Sumatera Utara
kognisi sosial dipelajari suatu proses produksi berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan kognisi sosial mempelajari bangunan wacana
yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah Eriyanto, 2001:224. Teks bukanlah suatu yang berasal dari langit, bukan juga dari suatu ruang
hampa yang mandiri. Akan tetapi teks merupakan pembentukkan suatu praktek yang diskursus. Van Dijk tidak hanya membongkar teks semata, tetapi ia melihat
bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada di dalam masyarakat dan bagaimana kognisipikiran dan kesadaran yang membentuk dan
berpengaruh terhadap teks tertentu. Dalam kognisi sosial yang terjadi, terdapat suatu pandangan tentang
adanya ideologi yang mewakili cara pandang masyarakat dalam melihat suatu hal. Dalam ideology yang terbentuk, sebenarnya merupakan hasil dari nilai-nilai yang
di adopsi seseorang dalam melihat masalah. Dengan adanya suatu ideologi, maka akan tergambar suatu bentuk resresentasi yang secara khusus melihat suatu hal
yang berkembang di masyarakat Proses pembentukkan respresentasi yang terjadi di masyarakat tersebut lahir dari sebuah analisis atau konteks sosial yang
dipahami bersama oleh masyarakat. Inti dari analisis Van Dijk adalah menghubungkan analisis tekstual
memusatkan perhatian pada teks kearah yang komprehensif bagaimana teks berita di produksi, baik dalam hubungannya dengan individu wartawan maupun
dari masyarakat
Universitas Sumatera Utara
I.6 Kerangka Konsep
Kerangka sebagai suatu hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan segala kemungkinan hasil yang dicapai
Nawawi, 1995:33. Konsep tersebut dapat diteliti, yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara absrak kejadian,keadaan, kelompok atau
individu yang mejadi pusat perhatian ilmu sosial Sangarimbun, 1995:34.
I.6.1 Komunikasi
Pengertian komunikasi adalah istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, yang bersumber dari kata komunis yang berarti sama. Sama disini
maksudnya adalah sama makna, jadi komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan
di terima oleh komunikan Effendy, 2003:30 Hovland mendefenisikan proses komunikasi sebagai proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan
rangsangan untuk mengubah prilaku orang lain Mulyana, 2002:62. Menurut Everet M. Rogers seorang pakar sosiologi pedesaan amerika yang
telah banyak meberikan studi riset komunikasi, khususnya dalam penyebaran inovasi yang membuat defenisi bahwa komuniksi adalah satu proses, dimana
suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Rogers mencoba
menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dalam menciptakan saling pengertian dari orang – orang yang ikut
serta dalam proses komunikasi Canggara 2004: 19 Sedangakan menurut Shannon dan Weaver komunikasi adalah bentuk
interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya sengaja
Universitas Sumatera Utara
ataupun tidak sengaja. Tidak terbatas pada komunikasi menggunakan komunikasi bahasa verbal. Tetapi dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi
Cangara 2004 :20 I.6.2 Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antar budaya merupakan salah satu bidang kajian dalam ilmu komunikasi. Menurut Alo Liliweri, komunikasi antr budaya adalah komunikasi
antar pribadi diantara para peserta komunikasi yang berbeda latar belakang budayanya Liliweri, 2001:170. Menurut Proses, komunikasi antar budaya juga
merupakan komunikasi antar pribadi pada tingkat individu dari anggota kelompok-kelompok budaya berbeda Liliweri,2001:170. Sedangkan menurut
E.B Taylor, kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan lain kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat Saluran komunikasi antarbudaya sendiri dibagi menjadi dua yaitu :
1. Antar pribadi interpersonal
2. Media massa radio, surat kabar, televisi, majalah
Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Dalam
keadaan demikian, kita segera dihadapkan dalam suatu situasi, dimana suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan harus disandi balik dalam budaya lain.
Budaya mempengaruhi orang yang berkomunikasi. Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendeharaan prilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap
orang. Konsekwensinya, perbendeharaan yang dimiliki oleh dua orang yang
Universitas Sumatera Utara
berbeda budaya akan berbeda pula dalam pengartiannya, yang dapat menimbulkan berbagai kesulitan.
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antar pribadi diantara para peserta komunikasi yang berbeda latar belakang budayanya Liliweri,2001;170.
Dengan begitu, efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh sejauh mana komuniktor dengan komunikan memeberikan makna yang sama atas suatu pesan.
Dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia meliputi :
1 Kebudayaan materiil bersifat jasmaniah yang meliputi benda-benda
ciptaan Manusia misalnya kendaraan, alat rumah tangga dan lain-lain 2
Kebudayaan non-materiil bersifat rohaniah yaitu semua hal yang tidak dapat
3 dilihat dan diraba, misalnya agama, bahasa, ilmu pengetahuan dan
sebagainya 2.
Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif biologis melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar .
3. Kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa
masyarakat kemungkinannya sangat kecil untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia secara individual
maupun kelompok dapat mempertahankan kehidupannya Purba Amir dkk, 2006:107
Universitas Sumatera Utara
I.6.3 Representasi
Representasi biasanya di pahami sebagai gambaran suatu yang akurat atau realita yang terdistorsi. Representasi tidak hanya sebatas to present, to image, atau
to depict. Representasi diartikan sebagai suatu cara dimana memaknai apa yang di berikan pada objek yang digambarkan. Konsep awal mengenai representasi
didasarkan pada premis bahwa ada suatu gap representasi yang menjelaskan perbedaan makna yang diberikan oleh representasi dan arti objek yang sebenarnya
di gambarkan. Berlawanan dengan pemahaman awal tersebut, Stuart Hall menyatakan
bahwa representasi harus dipahami dari peran aktif dan kreatif memaknai dunia. “So the respresentation is the way which meaning is some how given to the things
which are depicted through the image or wherever it is, on screens or the words on a page which stands what we ‘re talking about”
Hall menjelaskan bahwa sebuah imaji yang dibuat mempunyai makna yang berbeda dan tidak dapat di pastikan imaji tersebut dapat berfungsi dan
bekerja sebagaimana mereka di ciptakan atau di kreasikan. Hall menyatakan bahwa resprentasi di anggap sebagai suatu konstitutif, ini karena representasi
tidak akan terbentuk sebelum ada kajadian yang menyertainya. Representasi adalah konstitutif dari sebuah kejadian dan representasi merupakan sebuah objek
dari bagian representasi itu sendiri. Menurut Jhon Fiske, saat menampilkan objek, peristiwa, gagasan
kelompok atau seseorang paling tidak ada proses yang dihadapi oleh wartawan. Pada level pertama, adalah peristiwa yang ditandakan encode sebagai
realitas.Pada level kedua, ketika kita sedang memandang sesuatu sebagai realitas,
Universitas Sumatera Utara
pernyataan berikut adalah bagaimana realitas itu digambarkan. Pada level ketiga, bagaimana peristiwa itu diorganisir kedalam konvensi-konvensi yang diterima
secara ideologis. Menurut Fiske, ketika kita melakukan representasi tidak bisa
dihindari kemungkinan menggunakan ideologi tersebut. I.6.4 Ideologi
Menurut Sukarna Sobur : 64 secara etimologis, ideology berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari idea dan logia. Idea berasal dari kata idein yang
berarti melihat. Idea dalam Webster’s New Colligiate Dictionary berarti “something existing in the mind as the result of the formulation on an opinion,
plan or like” sesuatu yang ada dalam pikiran atau rencana. Sedangkan logis berasal dari kata logos yang berarti word. Kata ini berasal dari kata legein berarti
science atau pengetahuanteori. Jadi ideologi menurut kata adalah pencakupan dari yang terlihat atau mengutarakan apa yang terumus dalam pikiran sebagai
hasil dari pemikiran.
Menurut Aart Van Zoest, dalam teks tidak akan pernah luput dari sebuah ideologi dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca kearah suatu
ideologi Sobur, 2004:60. Setiap makna yang di kontruksikan selayaknya memiliki suatu kecendrungan ideologi tertentu. Ideologi sebagai kerangka
berfikir atau kerangka referensi tertentu yang di pakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya Sudibyo, 2001:12.
Dalam pengertian yang paling umum, ideologi adalah pikiran yang terorganisir yakni nilai, orientasi dan kecendrungan yang saling melengkapi
sehingga membentuk perspektif-perspektif ide yang di ungkapkan melalui komunikasi dengan media teknologi dan komunikasi antar pribadi. Ideologi
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh asal-usulnya, asosiasi kelembagaannya dan tujuan nya, meskipun sejarah dan hubungan-hubungannya ini tidak pernah jelas
seluruhnyabLull, 1998:1. Raymond William Eriyanto, 2001:87 mengklarifikasikan penggunaan
ideology dalam tiga ranah. Pertama, suatu system kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat atau kelompok atas stratifikasi kelas tertentu. Definisi dalam ranah ini
biasanya di gunakan oleh para psikologi yang melihat ideology sebagai suatu perangkat sikap yang di bentuk dan diorganisasikan ndalam bentuk yang koheren.
Sebuah ideology dipahami sebagai sesuatu yang berlaku di masyarakat dan tidak berasal dari dalam diri individu itu sendiri.
Kedua adalah system kepercayaan yang dibuat, dalam ranah ini ideologi merupakan ide palsu atau kesadaran palsu yamh akan hancur ketika dihadapkan
dengan pengetahuan ilmiah. Jika diartikan, Ideologi adalah seperangkat kategori yang dibuat dan kesadaran palsu dimana kelompok yang berkuasa atau yang
menempatkan sebagai posisi dominan yang menggunakan kekuasaannya untuk mendominasi kelompok yang tidak dominant. Ideologi digambarkan bekerja
dengan membuat hubungan-hubungan sosial yang tampak nyata, wajar dan alamiah. Dengan sadar ataupun tidak kita dibuat untuk menerima ideologi tersebut
sebagai suatu kebenaran. Ranah yang ketiga, merupakan suatu proses umum produksi makna dan ide. Ideologi diartikan sebagai istilah yang digunakan untuk
menggambarkan produksi makna. Berita yang di sajikan secara tidak sengaja merupakan gambaran dari ideology tertentu.
Asal mula ideologi sebagai sebuah konsep kritis dalam teori sosial dapat ditelusuri ke Perancis pada akhir abad ke-18. Sejak saat itu ideologi menurut
Universitas Sumatera Utara
definisi manapun menjadi perhatian utamma para sejarahwan, filsuf, kritikus, sastra ahli semiotika, ahli rethorika yang dapat mewakili semua bidang ilmu
humaniora dan sosial Lull, 1998:2. Sejumlah perangkat ideologi yang diangkat atau di bentuk dan di perkuat oleh media massa diberikan suatu legitimasi oleh
mereka dan didistribusikan secara persuasif, sering menyolok kepada sejumlah khalayak yang besar dalam kategori jumlahnya
.Analisis ini lebih di khususkan pada tiga dimensi: teks,kognisi sosial dan konteks sosial yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Konteks
Kognisi Sosial
Teks
Sumber: Eriyanto, 2001:225 Novel “Eat, Pray, Love” yang menceritakan seorang wanita bernama
Elizabeth. Pada waktu memasuki usia tiga puluh tahun, Elizabeth Gilbert memiliki semua yang diinginkan oleh seorang wanita Amerika modern, terpelajar,
ambisius suami, rumah, karir yang cemerlang. Tetapi ia bukannya merasa gembira dan puas, tetapi malah menjadi panik, sedih dan bimbang. Ia merasakan
Universitas Sumatera Utara
perceraian, depresi, kegagalan cinta. dan kehilangan pegangan akan arah hidupnya.
Untuk memulihkan ini semua, Elizabeth Gilbert mengambil langkah yang radikal. Dalam pencarian akan jati dirinya, ia menjual semua miliknya, meninggalkan
pekerjaannya, meninggalkan orang-orang yang dikasihinya dan memulai satu tahun perjalanan keliling dunia seorang diri. Makan, Doa, Cinta merupakan
catatan kejadian di tahun pencarian tersebut. Keinginan Elizabeth Gilbert mengunjungi tiga tempat di mana dia dapat meneliti satu aspek kehidupannya,
dengan latar belakang budaya yang secara tradisional telah mewujudkan aspek kehidupan tersebut dengan sangat baik.
Agar konsep tersebut dapat diteliti, maka harus di operasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang
menjadi perhatian dari suatu penelitian. Variebel dalam penelitian ini adalah bentuk analisis wacana Teun Van Djik yang terdiri dari tiga tahap : teks, kognisi
sosial dan analisis sosial dan analisis sosial atau konteks sosial.
STRUKTUR Teks
Menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan
seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarginalkan suatu kelompok, gagasan atau peristiwa
tertentu.
Kognisi Sosial
Menganalisis kognisi dari sipembuat berita dalam memahami suatu peristiwa yang
Universitas Sumatera Utara
ditulisnya.
Analisis Sosial
Menganalisis bagaiman wacana yang berkembang di masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa di gambarkan
I.7 Metodologi Penelitian
I.7.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis wacana dengan menggunakan analisis Teun A. Van Dijk lebih menekankan bagaimana
perempuan dicitrakan dalam teks berita. Dengan konsep bagaimana posisi aktor- aktor dalam teks berita, akan didapatkan siapa yang dominan menceritakan
kejadian sebagai subjek serta posisi yang ditarik ke dalam berita yang melatarbelakangi di buatnya Novel “Eat, Pray, Love” yang mengangkat wacana
gender dan representasi perempuan dengan konsep makna pesan yang tersirat. Dalam analisis wacana Teun Van Djik, peneliti dapat melihat secara
spesifik factor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu wacana. Teun Van Djik melihat ada faktor kognisi sosial atau kognisi individu yang membut suatu
wacana tersebut. Kemudian secara lebih lanjut, kognisi sosial tersebut merupakan hasil dari adanya analisis sosial yang berkembang yang diyakini bersama. Dengan
melihat faktor-faktor struktural tersebut, proses pembentukan suatu wacana menjadi sangat jelas dan terstruktur.
I.7.2 Subjek Penelitian
Yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh isi cerita yang terdapat dalam novel “ Eat, Pray, Love” karangan Elizabeth Gilbert, yang terdiri dari 372
Universitas Sumatera Utara
halaman. Penelitian ini menggunakan novel cetakan pertama tahun 2010 dan di terjemahkan oleh Silamurti Nugroho, di terbitkan pertama sekali oleh Penerbit
Abdi Tandur.
I.7.3 Unit dan Level Analisis
Unit yang di analisis adalah langsung Novel “ Eat, Pray, Love “yang di lihat dari teks atas keseluruhan isi cerita dalam novel. Analisis yang dilakukan
dalam tahap teks, kognisi sosial dan analisis sosial yang disajikan dalam isi cerita novel tersebut. Sedangkan tingkat analisisnya adalah wacana pada makna pesan
yang disampaikan secara tersirat dan representasi perempuan yang disajikan dalam cerita novel tersebut.
I.7.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Data Primer, yaitu dimana data unit analisis dari teks-teks yang tertulis pada Novel “ Eat, Pray, Love “.
2. Data Sekunder. Yaitu melalui penelitian kepustakaan Library Research ,
dengan mengumpulkan literature serta berbagai sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian.
3. Wawancara terhadap pengarang Novel “ Eat, Pray, Love ” .via e-mail dan
wawancara langsung kepada pengamat atau aktivis perempuan.
Universitas Sumatera Utara
I.7.5 Teknik Analisis Data STRUKTUR
METODE
Teks
Critical Linguistics
menganalisis bagaimana STRUKTUR
HAL YANG ELEMEN
strategi wacana yang dipakai WACANA DIAMATI
untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa
Struktur Makro
Tematik Topik
Tertentu. Bagaimana strategi Tema atau topik
tekstual yang dipakai untuk yang dikedepankan
menyingkirkan atau memarji- dalam suatu berita
Nalkan suatu kelompok gaga-
san atau peritiwa tertentu.
Super Struktur
Skematik Skema
Bagaimana bagian dan urutan teks
dikemaskan dalam utuh teks
Struktur Makro
Semantik Latar, detail
Makna yang ingin maksud, ditekankan dalam peranggapan,
Universitas Sumatera Utara
teks misalnya dengan
nominalisasi. memberikan detail
pada suatu sisi atau membuat eksplisit
pada suatu sisi dan mengurangi detail
pada sisi lain.
Sintaksis
Bentuk kalimat
Bagaimana kalimat koherensi, dibentuk susunan kata ganti
yang dipilih
Stilistik Leksikon
Pilihan kata dalam teks
Retoris Grafis,
Bagaimana dan metafora,
dengan cara apa ekspresi
penekanan dilakukan
Kognisi sosial Wawancara
Mendalam
Menganalisis kognisi
Universitas Sumatera Utara
dari sipembuat berita dalam memahami
suatu peristiwa yang Ditulisnya
Analisis Sosial Studi pustaka
Penelusuran Sejarah
Menganalisis bagaiman Wacana yang
berkembang dimasyarakat, proses
Produksi dan reproduksi
Seseorang atau peristiwa
Digambarkan
I.7.6. Validitas Penelitian
Dalam uji keabsahan penelitian, peneliti melakukan pengecekan dengan menggunakan 2 dua orang saksi sebagai recheker untuk membandingkan hasil
penelitian yang didapat dengan persepsi mereka setelah membaca novel “ Eat, Pray, Love”. Jika terjadi kesamaan persepsi antara hasil penelitian dengan
persepsi mereka, maka peneliti akan mengambil kesimpulan yang sama. Tetapi
Universitas Sumatera Utara
jika terjadi perbedaan antara keduanya, maka peneliti akan melihat atau menarik benang merah yang menghubungkan keduanya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II URAIAN TEORITIS
II.1 Komunikasi
II.1.1 Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi adalah istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, yang bersumber dari kata komunis yang berarti sama. Sama disini
maksudnya adalah sama makna, jadi komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan
di terima oleh komunikan Effendy, 2003:30 Hovland mendefenisikan proses komunikasi sebagai proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan
rangsangan untuk mengubah prilaku orang lain Mulyana, 2002:62. Menurut Everet M. Rogers seorang pakar sosiologi pedesaan amerika yang
telah banyak meberikan studi riset komunikasi, khususnya dalam penyebaran inovasi yang membuat defenisi bahwa komuniksi adalah satu proses, dimana
suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Rogers mencoba
menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dalam menciptakan saling pengertian dari orang – orang yang ikut
serta dalam proses komunikasi Canggara 2004: 19 Sedangakan menurut Shannon dan Weaver komunikasi adalah bentuk
interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya sengaja ataupun tidak sengaja. Tidak terbatas pada komunikasi menggunakan komunikasi
28
Universitas Sumatera Utara
bahasa verbal. Tetapi dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi Cangara 2004 :20
Jika kita berada dalam situasi komunikasi, maka kita memiliki bebrapa kesamaan dengan orang kain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dalam
simbil –simbol yang digunakan dalam berkomunikasi. Seperti yang di namakan Wilbur Schramm yaitu frame of reference atau dapat diartikan sebagai kerangka
acuan, yaitu paduan pengalaman dan pengertian selain itu Schramm juga menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor
yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator tidak sama dengan bidang pengalaman komunikan maka akan timbul
kesukaran untuk mengerti satu dengan yang lain dan situasi akan menjadi tidak komunikatif Effendy, 2003:30-31
Komunikasi sendiri mempunyai fungsi. Fungsi adalah potensi yang dapat digunkan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni
dan penyedia lapangan pekerjaan sudah tentu memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
Komunikasi sendiri berfungsi untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan
berpikir sebelum mengambil keputusan. Melalui komunikasi dengan diri sendiri, orang dapat berfikir dan mengendalikan bahwa apa yang ingin dilakukan mungkin
saja tidak menyenangkan orang lain. Jadi komunikasi dengan diri sendiri dapat meningkatkan kematangan berfikir sebelum mengambil keputusan. Komunikasi
seperti ini disebut sebagai komunikasi internal yang dapat membantu dalam menyelesaikan suatu masalah Cangara 2004: 56
Universitas Sumatera Utara
II.1.2 Fungsi Komunikasi
Karlinah mengemukakan fungsi komunikasi secara umum, adalah : 1.
Fungsi Informasi Fungsi memberikan informasi ini dapat diartikan, bahwa media massa
adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar ataupun pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh kyalayak media massa yang bersangkutan sesuai
dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus akan segala informasi tentang segala sesuatu yang ada di sekitarnya.
2. Fungsi Pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya, karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik.
3. Fungsi Mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi dalam komunikasi, khalayak terpengaruh oleh pesan-pesan dalam komuniksai yang dilakukan, sehingga tanpa sadar
khalayak melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan yang diinginkan komunikator
4. Fungsi Proses Pengembangan Mental
Untuk mengembangkan wawasan , kita membutuhkan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan berkomunikasi, manusia akan bertambah
pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal tersebut di peroleh dari pengalaman pribadinya dan dari orang lain pengalaman dapat
membantu manusia untuk memahami betapa besar ketergantungan manusia kepada komunikasi. Karena komunikasi dapat membantu
manusia dalam perkembangan mentalnya.
Universitas Sumatera Utara
5. Fungsi Adaptasi Lingkungan
Setiap manusia berusaha unutuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam
proses penyesuaian tersebut. proses pengiriman pesan oleh komunikator dan penerima pesan oleh komunikan dapat membantu kita berhubungan
dengan orang lain, saling menyesuaikan diri, sehingga dapat menimbulkan kesamaan diantara komunikator dengan komunikan .
6. Fungsi Manipulasi Lingkungan
Manifulasi disini bukan diartikan sebagai suatu yang negative. Manifulasi lingkungan artinya berusaha untuk mempengaruhi. Setiap orang berusaha
saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi komunikasi digunakan sebagai alat control
utama dan pengaturan lingkungan. 7.
Fungsi Meyakinkan Fungsi komunikasi massa secara umum antara lain memberikan hiburan
kepada khalayaknya, namun ada fungsi yang tidak kalah penting dari media massa yaitu fungsi meyakinkan atau persuasi,persuasi menurut
Devito dalam bentuk a.
Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang.
b. Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang
c. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu
d. Memperkenalkan etika dan menawarkan sistem nilai tertentu.
Universitas Sumatera Utara
II.2 Komunikasi Antarbudaya
II.2.1 Sejarah Komunikasi Antarbudaya
Istilah “Antarbudaya” pertama kali diperkenalkan oleh seorang antropolog bernama Edward T. Hall pada 1959 dalam bukunya The Silent Language. Karya
Hall tersebut hanya menerangkan tentang keberadaan konsep-konsep unsur kebudayaan.
Hakikat perbedaan antarbudayadalam proses komunikasi yang dijelaskan oleh David K. Berlo, bahwa semua tindakan komunikasi berasal dari konsep
kebudayaan. Kebudayaan mengajarkan kepada anggotanya untuk melaksanakan tindakan itu. Berarti kontribusi latar belakang kebudayaan sangat penting terhadap
prilaku komunikasi seseorang,termasuk memahami makna-makna yang dipersepsi terhadap tindakan komunikasi yang bersumber dari kebudayaan yang berbeda.
Rumusan objek formal komunikasi antarbudaya baru dipikirkan pada tahun 1970-1980an. Pada tahun 1979 Molefi Asante, Cecil Blake dan Eileen
Netmark menerbitkan sebuah buku yang khusus membicarakan komunikasi antarbudaya, yakni The Handbook of Intercultural Communication. Sejak itu
banyak ahli mulai melakukan studi tentang komunikasi antarbudaya. Menurut Alo Liliweri, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antar
pribadi diantara para peserta komunikasi yang berbeda latar belakang budayanya Liliweri,2001:170. Menurut Proser dalam liliweri, komunikasi antarbudaya juga
merupakan komunikasi antar pribadi pada tingkat individu dari anggota kelompok-kelompok budaya berbeda.
Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Dalam
Universitas Sumatera Utara
keadaan demikian, kita dihadapkan pada masalah-masalah yang ada dalam suatu situasi dimana suatu pesan sandi dalam suatu budaya dan harus di sandi balik
dalam budaya lain. Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbedaharaan prilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang.
Konsekuensinya,perbendaharaan-perbendaharaan yang dimiliki dua orang yang berbeda budaya akan berbeda pula, yang dapat menimbulkan segala macam
kesulitan.
II.2.2 Elemen-Elemen Komunikasi Antarbudaya
Adapun elemen-elemen dalam mempelajari komunikasi antarbudaya adalah sebagai berikut :
1. Persepsi
Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasi rangsangan dari lingkungan
eksternal. Dengan kata lain, persepsi adalah cara kita mengubah energi-energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman bermakna.
Secara umum dipercaya bahwa orang-orang berprilaku sedemikian rupa sebagai hasil dari cara mereka mempersepsi segala sesuatunya
sedemikian rupa pula. Komunikasi antarbudaya akan lebih dapat dipahami sebagai perbedaan
budaya dalam mempersepsi objek-objek sosial dan kejadian-kejadian. Suatu prinsip penting dalam pendapat ini adalah bahwa masalah-
masalah kecil dan komunikasi sering diperumit oleh perbedaan- perbedaan persepsi yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Tiga unsur sosio-budaya mempunyai pengaruh yang besar dan langsung atas makna-makna yang kita bangun dalam persepsi kita.
Unsur-unsur tersebut adalah : a.
Sistem-sistem Kepercayaan,Nilai,Sikap Budaya memerankan suatu peran yang sangat penting dalam
pembentukkan kepercayaan. Dalam komunikasi antarbudaya tidak ada yang benar atau hal yang salah, sejauh hal tersebut berkaitan
dengan kepercayaan. Nilai-nilai dalam suatu budaya menunjukkan diri dalam prilaku
para anggota budaya yang dituntut oleh budaya tersebut. Kepercayaan dan nilai memberikan kontribusi bagi pengembangan
dan isi sikap. Kita dapat mendefinisikan sikap sebagai suatu kecend rungan yang diperoleh dengan cara belajar untuk merespon
suatu objek secara konsisten. Lingkungan sekitar kita turut membentuk sikap, kesiapan kita merespon, dan akhirnya prilaku
kita. b.
Pandangan Dunia world view Pandangan dunia sangat mempengaruhi budaya. Pandangan dunia
juga mempengaruhi kepercayaan, nilai,sikap, penggunaan waktu dan banyak aspek budaya lainnya. Dengan cara-cara yang tidak
terlihat, pandangan dunia sangat menpengaruhi komunikasi antarbudaya. Oleh karena sebagai anggota suatu budaya setiap
prilaku komunikasi mempunyai pandangan dunia yang tertanam pada jiwa yang sepenuhnya dianggap benar dan otomatis
Universitas Sumatera Utara
menganggap bahwa pihak lainnya memandang dunia sebagaimana ia memandangnya.
c. Organisasi Sosial
Cara bagaimana suatu budaya mengorganisasikan dirinya dan lembaga-lembaganya mempengaruhi bagaimana anggota-anggota
budaya mempersepsi dunia, dan bagaimana mereka berkomunikasi. budaya,mempunyai pengaruh terpenting. Keluargalah yang paling
berperan dalam mengembangkan anak selama periode formatif dalam kehidupannya.
Sekolah adalah organisasi sosial lainnya yang terpenting. Sekolah diberi tanggung jawab besar untuk mewariskan dan memelihara
suatu budaya. Sekolah memelihara budaya dengan memberitahu anggota-anggota barunya apa yang telah terjadi, apa yang
terpenting, dan apa yang harus diketahui seseorang sebagai anggota budaya.
2. Proses-proses Verbal
Proses-proses verbal tidak hanya meliputi bagaiman kita berbicara dengan orang lain namun juga kegiatan-kegiatan internal berpikir dan
pengembangan makna bagi kata-kata yang digunakan. a.
Bahasa Verbal Bahasa merupakan alat utama yang digunakan budaya untuk
menyalurkan kepercayaan, nilai, dan norma. Bahasa merupakan alat bagi orang-orang untuk berinteraksi dengan orang-orang lain
dan njuga sebagai alat untuk berpikir.Maka, bahasa berfungsi
Universitas Sumatera Utara
sebagai suatu mekanisme untuk berkomunikasi dan sekaligus sebagai pedoman untuk melihat realitas sosial. Bahasa
mempengaruhi persepsi, menyalurkan, dan turut membentuk pikiran.
b. Pola-Pola Berpikir
Pola-pola berpikir suatu budaya mempengaruhi bagaimana individu-individu dalam budaya itu berkomunikasi, yang akan
mempengaruhi bagaimana setiap orang merespon individu- individu dari suatu budaya lain. Kita tidak dapat mengharapkan
setiap orang untuk menggunakan pola-pola berpikir yang sama, namun memahami bahwa terdapat banyak pola berpikir dan
belajar menerima pola-pola tersebut akan memudahkan komunikasi antarbudaya kita.
3. Proses Non Verbal
Dalam proses non verbal, yang relevan dengan komunikasi antarbudaya, terdapat tiga aspek yaitu :
a. Perilaku Non Nerbal
Sebagai suatu komponen budaya, ekspresi non verbal mempunyai banyak persamaan dengan bahasa. Keduanya
merupakan system penyandian yang dipelajari dan diwariskan sebagai bagian pengalaman budaya.Seperti yang kita tahu, bahwa
kata stop dapat berarti berhenti, demikian pula kita telah mengetahui bahwa lengan yang diangkat lurus diudara dan
telapak tangan mengahadap ke muka sering diartikan berhenti
Universitas Sumatera Utara
juga. Dengan Begitu, dapat dilihat bahwa kebanyakan komunikasi non verbal
berlandaskan budaya,apa yang dilambangkannya sering kali merupakan hal yang telah budaya
sebarkan kepada anggota-anggotanya. b.
Konsep Waktu Waktu merupakan komponen budaya yang penting. Terdapat
banyak perbedaan mengenai konsep ini antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya dan perbedaan-perbedaan tersebut
mempengaruhi komunikasi. c.
Penggunaan Ruang Cara kita mengatur ruang merupakan suatu fungsi budaya.
Contohnya, rumah kita secara non verbal menunjukkan kepercayaan dan nilai yang kita anut.
II.2.3 Hambatan-Hambatan Komunikasi Antarbudaya
Dalam mempelajari komunikasi antarbudaya ada beberapa hambatan yang akan kita jumpai, yaitu :
1. Prasangka Sosial
Prasangka sosial merupakan suatu sikap yang sangat negatif, yang diarahkan kepada kelompok tertentu dan lebih difokuskan kepada
suatu ciri-ciri negatif pada kelompok tersebut. 2.
Etnosentrisme Dalam sikap etnosentrisme setiap kelompok budaya merasa arah
pemikiran tentang budaya yang dianut lebih baik daripada arah
Universitas Sumatera Utara
pemikiran kelompok budaya lainnya, sehingga meremehkan budaya kelompok lain dan memutlakkan kebudayaan sendiri.
II.3 Respresentasi
Respresentasi biasanya dipahami sebagai gambaran sesuatu yang akurat atau realita yang terdistorsi. Respresentasi tidak hanya sebatas to present, to
image, atau to depict. Representasi diartikan sebagai suatu cara dimana memaknai apa yang di berikan pada objek yang digambarkan. Konsep awal mengenai
representasi didasarkan pada premis bahwa ada suatu gap representasi yang menjelaskan perbedaan makna yang diberikan oleh representasi dan arti objek
yang sebenarnya di gambarkan. Berlawanan dengan pemahaman awal tersebut, Stuart Hall menyatakan
bahwa representasi harus dipahami dari peran aktif dan kreatif memaknai dunia. “So the respresentation is the way which meaning is some how given to the things
which are depicted through the image or wherever it is, on screens or the words on a page which stands what we ‘re talking about”
Hall menjelaskan bahwa sebuah imaji yang dibuat mempunyai makna yang berbeda dan tidak dapat di pastikan imaji tersebut dapat berfungsi dan
bekerja sebagaimana mereka di ciptakan atau di kreasikan. Hall menyatakan bahwa resprentasi di anggap sebagai suatu konstitutif, ini karena representasi
tidak akan terbentuk sebelum ada kajadian yang menyertainya. Representasi adalah konstitutif dari sebuah kejadian dan representasi merupakan sebuah objek
dari bagian representasi itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Jhon Fiske, saat menampilkan objek, peristiwa, gagasan kelompok atau seseorang paling tidak ada proses yang dihadapi oleh wartawan.
Pada level pertama, adalah peristiwa yang ditandakan encode sebagai realitas.Pada level kedua, ketika kita sedang memandang sesuatu sebagai realitas,
pernyataan berikut adalah bagaimana realitas itu digambarkan. Pada level ketiga, bagaimana peristiwa itu diorganisir kedalam konvensi-konvensi yang diterima
secara ideologis. Menurut Fiske, ketika kita melakukan representasi tidak bisa dihindari kemungkinan menggunakan ideologi tersebut.
1. Bahasa
Respresentasi sekaligus misrepresentasi tersebut adalah peristiwa kebahasaan. Bagaimana seseorang ditampilkan dengan tidak baik,
biasa terjadi pertama-tama dengan menggunakan bahasa. Melalui bahasalah berbagai tindakan mispresentasi tersebut ditampilkaan oleh
media dan dihadirkan dalam pemberitaan. Oleh karena itu, yang perlu dikritisi disini adalah pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas
untuk dibaca oleh khalayak. Ada dua proses yang dilakukan media untuk memaknai realitas yaitu
pertama, memilih fakta. Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi bahwa wartawan tidak mungkin, melihat peristiwa tanpa
perspektif. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan
itu diungkapkan dengan kata, kalimat dan preposisi apa, dengan bantuan aksentualisasi foto dan gambar apa dan sebagainya
Universitas Sumatera Utara
Proses pemilihan kata mau tidak mau sangat berhubungan dengan pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas untuk dibaca oleh
khalayak. Pilihan kata-kata tertentu yang dipakai sekedar teknis jurnalistik, tetapi bagian penting kata-kata yang dipilih dapat
menciptakan realitas tertentu pada khalayak. Kenneth Burke mengatakan bahwa kata-kata tertentu tidak hanya memfokuskan
perhatian khalayak pada masalah tertentu tapi juga membatasi persepsi kita dan mengarahkannya pada cara berfikir dan keyakinan tertentu.
2. Mispresentasi
Dalam respresentasi, sangat mungkin terjadi mispresentasi: ketidakbenaran penggambaran, kesalahan penggambaran. Seseorang,
suatu kelompok. Suatu pendapat, sebuah gagasan tidak ditampilkan sebagaimana semestinya atau adanya, tetapi digambarkan secara
buruk. Setiap hari kita mendengar, membaca atau melihat bagaimana kesalahan respresentasi itu terjadi.
a. Ekskomunikasi Excomunication