3. Transisi Politik Dari Orde Lama ke Era Soeharto

Indonesia dengan mengadakan koordinasi bersama Panglima Angkatan lainnya. 40 Transisi politik dapat diartikan sebagai suatu pergantian dari sebuah era politik kepada era politik yang lain. Biasanya dalam sebuah masah pergantian ini akan banyak sekali dijumpai perbedaan-perbedaan politik bila dilakukan komparasi diantara kedua era politik tersebut. Sejak di kelurakannya Supersemar Soekarno secara perlahan mulai kehilangan kekuasaanya. Ini disebabkan karena fungsi dan kedudukan Presiden sebagai Panglima tertinggi pati telah diberikan perannya kepada Soeharto. Hal ini dianggap sebagai sesuatu Satu hari setelah diterbitkannya Supersemar tersebut, Soeharto langsung menandatangi Surat Keputusan PresidenPangtiMandataris MPRPBR No.131966 yaitu mengenai pembubaran PKI dan organisasi-organisai yang bernaung dan berlindung didalmnya sebagi organisai terlarang. Setelah diberi kekuasan dalam melakukan terhadap penumpasan terhadap pihak-pihak yang terkait dengan Gerakan 30 September, Soeharto semakin leluasa untuk mengkebiri kekuatan PKI hingga ke pelosok-pelosok daerah. Melalui Supersemar pulahlah Soeharto membangun kharisma dirinya sebagai penumpas terhadap unsur-unsur PKI yang dianggap telah melakukan pemberontakan untuk mendapat simpati dari rakyat. Melalu surat itu pulahlah Soeharto melanggengkan kekuasaan yang dimilikinya dan bertindak seolah-oleh semua yang dilakukannya beratasnamakan PresidenPanglima tertinggi. Supersemar merupakan sebuah alat bagi Soeharto untuk mendapat kekuasaan tertinggi dan mengakhiri dominasi kekuasaan Soekarno Orde Lama yang telah bertahan selama dua puluh tahun.

III. 3. Transisi Politik Dari Orde Lama ke Era Soeharto

40 Sekretariat Negara Republik Indonesia, Gerakan 30 September: Pemberontakan Partai Komunis Indonesia, Jakarta,1994, hal. 139. Universitas Sumatera Utara yang wajar, karena dalam keadaan negara yang mengalami intabilitas secara nasional, maka militer adalah pihak yang tepat untuk mengembalikan stabilitas negara. Soeharto ternyata benar-benar memanfaatkan kedudukannya sebagai orang yang memegang mandat dari Presiden. Soeharto tidak hanya menjalankan tugasnya untuk melakuakn segala tindakan yang dapat menjaga stabilitas negara, melainkan juga sembari membangun kekuatan bersama AD yang menjadi kelompoknya. Secara tidak langsung, Soeharto dapat dikatakan sebagai pejabat sementara kepala negara karena wewenang yang dimilikinya. Wewenang ini diperoleh oleh Soeharto melaui hasil keputusan Sidang Umum MPRS ke-IV tahun 1966 mengenai Supersemar tersebut yang berlaku sampai terbentuknya MPR hasil pemilihan umum. Rentangan waktu antara tahun 1965-1971 merupakan sebuah massa yang dapat dikategorikan sebagai masa krisis politik bagi negara Indonesia. Pasca Gerakan 30 Sepetember, tampuk kepemimpinan di Indonesia hanya di pegang berdasarkan surat perintah Supersemar yang di berikan oleh Soekarni kepada Soeharto. Dengan demikian prestiwa genting masih besar kemungkinan terjadi dalam perebutan kekuasaan tersebut. Pada tahun 1968 Soeharto memang telah diangkat sebagai pejabat sementara Presiden, namun yang harus dipahami dalam hal diatas adalah bahwa status lembaga yang mengangkat Soeharto menjadi pejabat sementara Presiden adalah Majelis Permusyawaratan Rakayat Sementara MPRS. Legitimasi lembaga ini jugag masih belum kuat dalam kengukuhkan status seorang kepala negara. Artinya krisis hanya akan berakhir apabila telah dilakukan Pemilihan Umum yang memilih anggota DPR dan MPR yang baru dilakasanakan pada tahun 1971. Itulah sebabnya mengapa masa era politik Soeharto 1965-1971 disebut sebagai masa transisi politik. Setelah PKI dibubarkan dan dinyatakan sebagai organisasi terlarang, perubahan dalam struktur-struktur politik negara pun terjadi secara bertahap. Struktur politik yang terlihat jelas Universitas Sumatera Utara mengalami perubahan adalah lembaga DPR Gotong RoyongGR. Anggota PKI dikeluarkan dari DPR GR, sedangkan partai-partai politik lainnya dapat menggunakan hak recall untuk mengganti anggotanya yang dianggap terlibat atau mempunyai simpati terhadap PKI dengan wakil lain yang bersih dari keterkaitan dengan PKI. Susunan anggota DPR GR pasca dikeluarkannya PKI adalah berjumlah 242 anggota dimana 102 anggota diantaranya berasal dari partai politik 44 anngota PNI, 36 anggota NU selebihnya anggota dari partai kecil sedangkan 140 sisanya berasal dari Golongan Karya termasuk ABRI. Pergantian tampuk kekuasaan dari Soekarno background Partai politik kepada Soeharto background militer membawa dampak perubahan dalam konstalasi politik Indonesia. Hal ini disebabkan karena antara pemimpin sekarang dengan pemimpin sebelumnya berasal dari latar belakang yang berbeda. Belum lagi maslaah krisi politik ini di tambah dengan krisis ekonomi yang sedang melanda rakyat. Dengan keadaan yang serba kurang ini lah masa pemerintahan seperti ini seperti sedang mengalami pencarian terhadap pola pemerintahan yang tepat. Masa seperti ini lah yang disebut sebagai masa transisi politik. Transisi politik yang terjadi dia antara pergantian Orde Lama ke Era Soeharto secara tidak langsung telah membawa dampak perubahan politik, baik itu yang menyangkut perubahan pada kelembagan politik ataupun proses politik itu sendiri. Transisi merupakan sebuah masa penyesuaian sebuah sisitem dalam sebuah keadaan yang mengalami perubahan dari sebelumnya. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut sedikit banyaknya telah mempengaruhi konstalasi politik yang ada. Masa orde lama berakhir sejalan dengan runtuhnya kekuatan Soekarno dan komunis yang diganti dengan kekuatan militerAngkatan Darat. Pada masa transisi ini AD adalah kelompok yang paling tepat memanfaatkan keadaan sehingga seterusnya mampu memimpin lebih dari tiga dekade. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB IV ANALISA DATA IV. 1. Komunisme Pada Era Politik Soeharto 1965-1971 IV. 1. 1. Pembubaran Partai Komunisme Indonesia PKI Ormas-Ormasnya Operasi penumpasan yang dilakukan oleh Angkatan Darat AD terhadap keberadaan Komunisme hingga ke akar-akarnya menunjukan bahwa AD benar-benar tidak lagi menginginkan keberadaan komunisme. Unsur komunisme yang dianggap paling membahayakan adalah Partai Komunis Indonesia PKI. PKI merupakan instrumen terpenting dalam pergerakan komunisme di Indonesia karena berhubungan langsung dengan perserikatan Komunisme Internasional Komintern. PKI adalah alat penggerak bagi ajaran- ajaran komunisme yang diperaktekan di negara Republik Indonesia. Rambu-rambu hukum yang mengatur mengenai pembubaran PKI dan ormas- ormasnya tertera dalam Keputusan Presiden Kepres Nomer 131966. Keputusan ini diambil hanya satu hari setelah Soeharto menerima Supersemar Surat Perintah yang diberikan oleh Soekarno untuk menjaga stabilitas negara yang di keluarkan pada tanggal 15 Maret 1966. Keputusan itu bagi beberapa pengamat sepertinya terkesan diambil secara terburu-buru, namun bagi beberapa pengamat lain hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar. Soeharto merupakan seorang figur yang berasal dari militerTNI AD yang dalam sejarah perpolitikan Indonesia selalu bersebrangan dengan PKI. Perseteruan antara PKI dan AD selalu berkutat disekitar masalah perebutan kekuasaan. Banyak kalangan berpendapat bahwa konflik terbuka antara PKI dan AD tidak terjadi pada Orde Lama adalah karena kemampuan Soekarno yang mampu menempatkan diri sebagai penyeimbang diantara kedua kekuatan tersebut. Kebencian AD terhadap PKI sudah berlangsung dalam waktu yang lama. AD menganggap PKI sudah Universitas Sumatera Utara seharusnya dari duluh diberantas karena selalu terlibat dalam pemberontakan-pemberontakan, baik yang terjadi di tingkat pusat maupun yang terjadi di daerah-daerah. Namun posisi Soekarno yang memiliki kedekatan tersendiri terhadap pimpinan PKI pada saat itu D.N. Aidit membuat PKI selalu terhindar dari pemberantasan karena selalu mendapatkan perlindungan dari Soekarno. Jadi apa yang dilakukan AD terhadap PKI merupakan bentuk akumulasi dari kebencian-kebencian yang selama ini tidak dapat diluapkan. Oleh sebab itu keputusan Soeharto yang langsung menyatakan pembubaran PKI yang dilakukan hanya satu hari setelah dikeluarkannya Supersemar merupakan sesuatu yang sudah ada dibenak Soeharto bersama AD sebelumnya. Pembubaran yang dilakukan terhadap PKI pada saat itu praktis berdampak pada komposisi yang terdapat dalam Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong DPR GR . Semua wakil rakyat yang berasal dari PKI dikeluarkan seluruhnya sehingga dalam DPR GR tidak lagit terdapat unsur PKI. Tidak sampai disitu, AD melalui komando Soeharto juga memebrikan peringatan kepada partai-partai politik lainnya untuk merecall para anngotanya yang mempunyai kedekatanbersimpati terhadap PKI dan menggantinya dengan anggota lain yang tidak mempunyai hubungan apapun terhadap PKI. PKI menjadi partai terlarang dan tidak diperbolehkan berdiriberaktifitas dalam waktu yang tidak ditentukan. Keputusan Presiden Kepres Nomer 131966 tidak hanya melarang keberadaan PKI sebagai partai politik, tetapi juga melarang segala kegiatan-kegiatan dari ormas-ormas yang bernaung dibawahnya. Underbow-underbow PKI seperti BTI, Pemuda Rakyat, Gerwani, CGMI dan lainnya juga turut dibubarkan sejalan dengan pembubaran yang dilakukan oleh PKI. Setiap petani yang tergabung kedalam BTI Barisan Tani Indonesia diberikan pembinaan dan dilarang untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang selama ini dilakukan oleh BTI. Sementara itu organisasi kemahasiswaan yaitu CGMI Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia juga dilarang melakukan kegiatannya dikampus-kampus dan menjadi organisasi Universitas Sumatera Utara kemahasiswaan yang dilarang keberadaannya. Pelarangan kegiatan-kegiatan dan pembubaran organisasi juga terjadi pada semua ormas yang berada dibawah naungan PKI. Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya sedikit banyaknya telah membawa perubahan dalam konstalasi politik di Indonesia. PKI dan ormas-ormasnya yang selama ini bergerak secara radikal dan revolusioner kini sudah tidak ada lagi keberadaannya. Dengan dibubarkannya PKI dan ormas-ormasnya tersebut, praktis tidak lagi gerakan-gerakan yang bersifat radikal yang selalu melakukan pergolakan. Sifat yang dimiliki oleh PKI dan ormas- ormasnya sangat terdoktrin oleh ideologi komunisme yang selalu mengkedepankan konflik terbuka terhadap pihak yang dianggap menghalangi kepentingannya. Dengan demikian, pada era politik soeharto 1965-1971 kekuatan PKI benar benar dikebiri dan melakukan tindakan tegas bagi setiap orang yang berusaha untuk menentangnya. Dengan kondisi seperti ini, kekuatan PKI semakin melemah karena para kadernya telah ditanagkap dan mendapatkan sanksi hukum. Sementara itu bagi kader-kader PKI yang tidak tertangkap terpaksa memilih untuk melarikan diri ke luar negeri karena keberadaannya didalam negeri sangat berbahaya.

IV. 1. 2. Komunisme Sebagai Paham Ideologi Terlarang