1. 3. Penggolongan Terhadap Anggota PKI

Ketetapan MPRS Nomor XXVMPRS1966 juga berdampak terhadap masyarakat yang masih mennganut kepercayaan-kepercayaan lokal yang mayoritas berada pada daerah- daerah politik. Masyarakat yang masih menganut kepervayaan lokal sangat mungkin untuk diidentikan sebagai golongan komunis yang tidak mempercayai Tuhan. Kondisi ini akan membuat mereka menjadi berbahaya apabila tetap bertahan pada ajaran lokal tersebut karena takut disangka sebagai penganut faham komunisme. Untuk itu mereka akan cenderung lebih memilih memeluk salah satu agama yang diakui oleh pemerintah untuk sekedar menghindari tudingan sebagai orang yang dinyatakn komunis. Ini berarti, mereka menjadi beragama bukan atas pemahaman mereka tentang ajaran tersebut, melainkan hanya sekedar ketakutan belaka. Selama pemerintahan Soeharto, komunisme selalu di ilustrasikan sebagai sesuatu yang menakutkan dan sama sekali tidak memiliki nilai-nilai kebaikan yang patut ditiru. Hal ini tentu sangat jauh berbeda ketika kita melihat keberadaan komunisme di era Soekarno Orde lama. Pada masa pemerintahan Soekarno, komunisme selalu mendapat tempat yang cukup istimewa dalam dunia politik. Komunisme PKI bahkan selalu mendapat pembelaan dari Soekarno apabila mendapat tekanan dari lawan-lawan politiknya. Pada masa pemerintahan Soekarno, komunisme merupakan salah satu pilar politik negara yang terangkum dalam konsep Nasakom Nasioanalis, Agama, Komunis. Namun sejak era politik Soeharto bergulir, konsep Nasakom di bubarkan dan mengeluarkan komunisme sebagai pilar politik bernegara.

IV. 1. 3. Penggolongan Terhadap Anggota PKI

Universitas Sumatera Utara Pemerintahan Soeharto benar-benar serius dalam melakukan penumpasan terhadap PKI dan pihak-pihak yang pernah terlibat didalamnya. Untuk memudahkan dalam memberikan hukuman terhadap orang-orang yang teridentifikasi sebagai PKI, maka pemerintahan Soeharto melakukan penggolongan kepada setiap orang yang di nilai mempunyai keterkaitan dengan PKI. Penggolongan ini di lakukan berdasarkan kadar keterlibatan seseorang dengan PKI, mulai dari mereka yang terlibat aktif dalam setiap gerakan PKI sampai kepada mereka yang hanya sekedar bersimpati terhadap PKI. Sejalan dengan Ketetapan MPRS Nomor XXVMPRS1966 mengenai pembubaran PKI dan ormas-ormasnya, serta pelaranagan atas faham komunisme Marxisme-Leninsme maka pemerintah dibawah pimpinan Soeharto menetapkan penggolongan terhadap PKI dan para pendukungnya. Penggolongan tersebut terbagi kedalam tiga bagian yaitu: 1. Golongan A, golongan ini merupakan semua pihak yang terlibat dalam pemberontakan dalam aksi 30 September baik itu yang berada ditingkatan pusat maupun di tingkatan daerah. 2. Golongan B, golongan ini merupakan semua pihak yang telah disumpah atau menurut para saksi merupakan anggota dari PKI, atau pengurus organisasi-organisasi yang seasas dengan PKI atau mereka yang melakukan tindakan penghambatan terhadap penumpasan aksi gerakan 30 september. 3. Golongan C, golongan ini merupakan pihak-pihak yang pernah terlibat dalam aksi PKI di Madiun Pemberontakan Madiun, dan anggota daro ormas-ormas PKI seperti Lekra, BTI, CGMI, Pemuda Rakyat dan organisasi lainnya yang berada dibawah naungan PKI. Universitas Sumatera Utara Pemerintahan Soeharto memberikan sanksihukuman yang berbeda terhadap golongan-golongan anggota PKI. Setiap anggota PKI yang dinyatakan sebagi golongan A akan mendapatkan hukuman sesuai dengan pengadilan dan proses yuridis formal. Ini disebabkan karena golongan ini merupakan mereka yang terlibat langsung dalam aksi gerakan 30 September, sehingga semua pihak yang terlibat herus mendapat sanksi hukum yang serius agar kejadian yang sama pemberontakan tidak terulang dimasa yang akan datang. Golongan A mendapatkan hukuman yang bervariasi, ada yang mendapatkan hukuman mati, seumur hidup, ataupun mendekam dalam penjara dalam waktu yang lama. Semua pihak yang dinyatakan masuk sebagai golongan B mendapatkan hukuman dengan cara diasingkan di suatu tempat yang jauh dari jangkauan masyarakat yakni Pulau Buruh. Pmerintahan Soeharto berpendapat bahwa langkah ini dilakukan untuk menghindari mereka dari amukan massa yang telah mempunyai kebencian tersendiri dengan PKI. Namun belakangan banyak pihak yang mengatakan bahwa cara ini merupakan sebuah ketakutan pemerintahan Soeharti karena mereka justru akan menjadi ancaman apabila tetap diperbolehkan hidup secara bebas dalam masyarakat secara luas. Hal ini dikarenakan anggota PKI golongan B ini bisa saja kembali menyebarkan faham komunisme kepada masyarakat yang kemudian dapat memepengaruhi mereka. Tentu pemerintah berpendapat, bahwa tindakan isolasi fisik dan ideologi atas mereka bisa membuat mereka insyaf dan tidak berminat lagi untuk ideologi komunisme, dan juga tidak lagi meras dendam politik. 42 Sementara itu, anggota PKI yang dinyatakan masuk kedalam golongan C diberikan bimbingan terhadap pemerintah mengenai bahaya komunisme. Pemerintah berharap mereka Namun yang perlu kita lihat dalam hal ini adalah bagaimana sebenarnya pemerintah memperlakukan anngota PKI golongan PKI di pulau buruh tersebut, karena media pun dilarang untuk mencari informasi dari keberadaan mereka. 42 Aco Manafe, Op.Cit, hal. 170. Universitas Sumatera Utara dapat kembali hidup sebagai warga negara yang baik, hidup dengan asas falsafah Pancasila dan tidak lagi terpengaruh terhadap ajaran-ajaran komunisme yang bagi pemerintah dinilai menyesatkan. Pemerintah melakukan usaha bimbingan-bimbingan penyadaran ini sampai kepada pelosok-pelosok desa demi menghilangkan faham komunisme. Keberadaan mereka juga tidak diisolasi, melainkan dapat hidup berbaur dengan masyarakat. Hal ini disebabkan karena pemerintah menganggap bahwa golongan ini masih dapat di bina sehingga hanya diberikan bimbingan saja.

IV. 1. 4. Kebijakan P4 Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasiala dan Kebebasan Berideologi