Konsepsi Pengelolaan Sungai TINJAUAN PUSTAKA

Sastrawijaya 1991, menyatakan bahwa indikator biologis terhadap pencemaran organik pada beberapa tingkat stadium untuk hewan makroinvertebrata dibagi atas: 1. Indikator air bersih, ditemukan adanya Ephemeroptera, Leutra, Nemurella dan Perla. 2. Indikator pencemaran ringan, ditemukan adanya Amphinemura, Ephemerella, Caenis, Gammorus, Baetis, Valvata, Bythynia, Hydropsyche, Limnodrillus, Rhyacophyla dan Sericostoma. 3. Indikator pencemaran sedang, ditemukan adanya Asellus, Sialis, Limnaea, Physa dan Sphaerium. 4. Indikator pencemaran berat, ditemukan adanya Nais, Chironomus, Tubifex dan Eristalis.

2.6. Konsepsi Pengelolaan Sungai

Pengelolaan sama dengan manajemen. Manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas, seni, cara, gaya, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian dalam mengelola, mengendalikan kegiatan. Aktivitas dimulai dari dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, operasi dan pemeliharaan serta evaluasi dan monitoring dan termasuk didalamnya pengorganisasian, kepemimpinan, pengawasan, penganggaran dan keuangan Robert, 2008. Pengelolaan sungai secara terpadu mengandung pengertian bahwa unsur- unsur atau aspek-aspek yang menyangkut pengelolaan sungai secara optimal sehingga Universitas Sumatera Utara terjadi sinergi positif yang akan meningkatkan pengelolaan sungai dan dapat menekan dampak sehingga tidak merugikan pengelolaan sungai secara keseluruhan. Sungai dapat dimanfaatkan bagi berbagai kepentingan pembangunan misalnya untuk pengairan areal pertanian, perkebunan, perikanan, pemukiman, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air, rekreasi dan lain-lain. Semua kegiatan tersebut akhirnya adalah memenuhi kepentingan manusia khususnya peningkatan kesejahteraan. Namun demikian hal yang harus diperhatikan adalah berbagai kegiatan tersebut dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan penurunan tingkat produksi, baik produksi pada masing- masing sektor maupun kualitas sungai. Karena itu upaya untuk mengelola air sungai secara baik dengan mensinergikan kegiatan-kegiatan pembangunan yang ada di sekitar sungai sangat diperlukan bukan hanya untuk kepentingan menjaga kemampuan produksi atau ekonomi semata, tetapi juga untuk menghindarkan dari bencana alam yang dapat merugikan seperti banjir, longsor, kekeringan dan lain-lain Bappenas, 2011. Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup 2002, bahwa tanpa partisipasi yang aktif dari sektor pemerintah, stakeholder dan masyarakat sesuai dengan tanggung jawab masing-masing maka akan sulit untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Adapun tugas dan tanggung jawab dari setiap sektor tersebut antara lain: Universitas Sumatera Utara 1. Pemerintah Daerah a. Membuat hukum dan peraturan untuk pengelolaan sungai. b. Membangun teknologi yang tepat untuk pengelolaan sungai. c. Mengembangkan perangkat sosial untuk mencegah dampak lingkungan. d. Memberikan arahan dan kerjasama dengan pihak swasta. e. Memberikan pendidikan dan pengarahan kesadaran masyarakat. f. Mendukung aktivitas lingkungan di masyarakat. 2. StakeholderSwasta a. Mengikuti dan melaksanakan hukum dan pereturan yang ada. b. Membangun teknologi yang tepat untuk mengelola limbah industri. c. Mengurangi bahan pencemar ke sungai. d. Meningkatkan kembali penggunaan kembali bahan-bahan produksi. e. Meningkatkan produk-produk yang dapat didaur ulang. 3. Masyarakat a. Melakukan tindakan yang disarankan oleh pemerintah. b. Menjaga lingkungan sungai agar selalu bersih. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air, menyebutkan Daerah Pengaliran Sungai adalah suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah di mana air meresap danatau mengalir melalui sungai dan anak-anak sungai yang bersangkutan, sedangkan wilayah sungai adalah kesatuan wilayah tata pengairan. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODA PENELITIAN