4.3. Kepadatan Relatif KR Spesies Makroinvertebrata pada Masing-masing
Stasiun Penelitian
Kepadatan relatif masing-masing spesies makroinvertebrata air pada masing- masing stasiun penelitian memperlihatkan perbedaan yang sangat bervariasi, yaitu
dari kepadatan relatif 0,10-77,37, seperti terlihat pada Tabel 6. Di mana nilai kepadatan relatif yang lebih besar dari 10 yang didapatkan pada stasiun 1 ada tiga
spesies, dengan kepadatan relatif paling tinggi adalah spesies Thiara sp 22,97, kemudian diikuti oleh Limnodrillus sp2 dan Cordulegaster boltenii masing-masing
dengan nilai kepadatan relatif 13,51. Pada stasiun 2 didapatkan tiga spesies, yaitu spesies Quoyia decollate 45,49, spesies Thiara sp 22,86 dan spesies
Sphaerium sp 15,01. Di stasiun 3 satu spesies, yaitu Quoyia decollate 69,91. Di stasiun 4 ditemukan dua spesies makroinvertebrata air dengan kepadatan
relatif yang tinggi, yaitu spesies Quoyia decollate 50,18 dan Tubifex sp 40,83, pada stasiun 5 hanya satu spesies, yaitu Tubifex sp dengan nilai kepadatan relatif
77,37. Secara umum jika diperhatikan tentang keberadaan jenis dan nilai kepadatan
relatif spesies makroinvertebrata air antar stasiun penelitian, seperti spesies Thiara sp siput air tawar, Limnodrillus sp2 cacing air dan Cordulegaster boltenii memiliki
nilai kepadatan relatif yang cukup banyak pada perairan yang masih jernih hingga sedikit keruh dengan dasar perairan berbatu dan pasir serta berlumpur, dengan
temperatur air berkisar antara 26-27
o
C, pH 6,1-7,03 , oksigen terlarut DO 6,8-7,3 mgl dan BOD 4,7-53,0 mgl stasiun 1, 2 dan 3, namun demikian masih ditemukan
Universitas Sumatera Utara
dan dapat hidup pada perairan yang telah tercemar, walaupun dengan nilai kepadatan relatif yang sangat sedikit, yaitu pada stasiun 4 dan 5 yang memiliki temperatur 28
o
C, pH berkisar antara 5,2-5,5, oksigen terlarut 3,6-3,7 mgl dan BOD
5
80,6 mgl. Keadaan ini menunjukkan bahwa spesies Thiara sp lebih menyukai lingkungan
perairan yang masih bersih hingga sedikit tercemar, namun demikian juga cukup mampu bertoleransi terhadap lingkungan perairan yang telah tercemar.
Spesies Sphaerium sp hanya ditemukan pada dua stasiun stasiun 2 dan 3 dengan nilai kepadatan relatif cukup tinggi, yaitu pada kondisi perairan yang airnya
sedikit keruh, dasar sungai pasir berlumpur, pH 6,1-7,8, oksigen terlarut 6,8-7,1 mgl dan BOD
5
25,9-53,0 mgl. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa spesies Sphaerium sp tidak menyukai perairan dengan substrat berbatu dan berpasir stasiun 1 dan
perairan yang asam. Menurut Pennak 1989 kerang dari spesies Sphaerium sp lebih menyukai dan banyak ditemukan pada perairan dengan substrat lembut, suplai
makanan yang cukup, kandungan oksigen tinggi dan mempunyai pH sekitar 6,0. Selanjutnya dijelaskan bahwa jumlahnya akan berlimpah pada perairan yang dangkal.
Spesies Quoyia decollate ditemukan pada stasiun 2, 3 dan 4 dengan nilai kepadatan relatif termasuk tinggi, yaitu pada kondisi perairan yang airnya sedikit
keruh hingga keruh, dasar sungai pasir berlumpur dan pasir berlumpur yang mengandung sampah organik, pH 5,5-7,8, oksigen terlarut 3,6-7,1 mgl dan BOD
5
25,9-80,6 mgl. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa spesies Quoyia decollate tidak menyukai perairan dengan substrat berbatu dan berpasir stasiun 1 dan perairan yang
asam dengan kandungan oksigen terlarut yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
Spesies Tubifex sp baru ditemukan pada stasiun 3 dengan nilai kepadatan relatif yang termasuk kecil, semakin ke hilir, yaitu pada stasiun 4 sampai 5 nilai
kepadatan relatifnya semakin besar, sedangkan pada stasiun 1 dan 2 sama sekali spesies Tubifex sp tidak didapatkan, keadaan ini menunjukkan bahwa kondisi perairan
sungai Bedagai pada stasiun 1 dan 2 tidak cocok untuk kehidupan spesies Tubifex sp yang disebabkan karena airnya yang relatif masih bersih, substrat berbatu dan
berpasir serta kandungan oksigen terlarut yang masih tinggi 7,1-7,3. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Pennak 1989 bahwa spesies Tubifex sp tidak
menyukai lingkungan perairan dengan substrat yang didominasi oleh batuan dan pasir serta mengandung oksigen terlarut relatif tinggi.
Besarnya nilai kepadatan relatif spesies Tubifex sp didapatkan pada stasiun 4- 5 disebabkan karena kondisi lingkungan pada daerah ini sangat mendukung untuk
kehidupannya, yaitu substrat yang terdiri dari pasir, lumpur dan sampah organik, kandungan oksigen terlarut relatif rendah 3,6-3,7, BOD
5
80,6 serta pH 5,2-5,5 yang cukup tinggi. Kondisi perairan seperti ini dapat dikategorikan telah mengalami
pencemaran oleh limbah organik yang termasuk tinggi. Menurut Hynes 1976 makroinvertebrata air dari kelompok Tubificidae khususnya dari spesies Tubifex sp
adalah makroinvertebrata air yang mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang telah tercemar sedang sampai berat, sehingga hewan ini sering digunakan
sebagai indikator pencemaran suatu perairan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Spesies dan Kepadatan Relatif Makroinvertebrata Air yang Didapatkan pada Masing-masing Stasiun Penelitian di Sepanjang
Aliran Sungai Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai
Spesies Stasiun
1 2
3 4
5
1.Blatta sp 8,10
3,00 -
- -
2.Platambus maculates 5,40
0,46 -
0,15 -
3.Orectochilus sp 1,35
- -
- -
4.Haliplus sp 6,75
- -
- -
5.Caenis moesta -
0,92 -
- -
6.Baetis sp 4,05
- -
- -
7.Hiptogenia sp 1,35
- -
- -
8.Asellus aquaticus -
0,46 -
- -
9.Cordulegaster boltenii 13,51
3,46 0,41
0,21 -
10.Hypsibius sp -
- -
- 0,28
11. Coenagrion mercuriale -
- -
0,10 -
12. Gerris sp 4,05
- -
- -
13. Gomphus vulgatissimus 8,10
2,07 0,41
0,15 0,57
14. Enallagma cyathigerum -
- -
- 0,28
15. Mayatrichia ayama -
0,46 -
- 0,28
16. Philopotamus montanus 5,40
- -
- -
17. Rhycophila dorsalis 2,70
- -
- -
18. Lumbriculus sp -
- -
0,15 1,29
19. Megascolex sp -
- -
0,15 0,72
20. Branchiura sowerbyi -
0,69 -
0,37 -
21. Limnodrillus sp1 -
0,69 0,41
1,00 0,28
22. Limnodrillus sp2 13,51
0,46 0,41
0,26 -
23. Tubifex sp -
- 2,69
40,83 77,37
24. Helobdella stagnalis -
- -
5,15 2,73
25. Penaeus sp -
1,61 5,60
0,53 8,93
26. Sphaerium sp -
15,01 8,92
- -
27. Pila ampullaceal -
- 0,82
- -
28. Heliacus variegates -
- 0,41
- -
29. Thiara sp 22,97
22,86 7,26
- 1,00
30. Liotina sp -
- -
0,10 -
31. Quoyia decollate -
45,49 69,91
50,18 3,60
32. Strombus sp 2,70
0,46 -
0,10 0,43
33. Euchelus atratus -
0,92 -
- -
34. Bellamya javanica -
0,92 2,69
0,47 2,16
Jumlah spesies 14
17 12
16 14
Total Kepadatan Relatif 100,00
100,00 100,00
100,00 100,00
Universitas Sumatera Utara
Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dan beragamnya aktivitas manusia dari hulu ke hilir sungai menyebabkan terjadinya perbedaan kondisi fisik
serta sifat fisik-kimia air dan biota yang terdapat pada masing-masing stasiun penelitian yang berbeda, seperti substrat dasar, kedalaman, transparansi, warna
kekeruhan, kecepatan arus, temperatur, pH, DO dan biochemical oxygen demand BOD seperti tercantum pada Tabel 9 yang sangat menentukan kepadatan spesies
yang terdapat di habitat tersebut.
4.4. Frekuensi Kehadiran FK atau Konstansi Spesies Makroinvertebrata