Pencemaran Sungai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Makroinvertebrata Air

2.3. Pencemaran Sungai

Aktivitas dalam suatu komponen ekosistem selalu memberikan pengaruh pada komponen yang lain. Manusia merupakan salah satu komponen yang sangat penting. Sebagai komponen yang dinamis, juga seringkali mengakibatkan dampak pada salah satu komponen lingkungan yang mempengaruhi suatu ekosistem secara keseluruhan Asdak, 1995. Kristanto 2002, menyatakan bahwa manusia merupakan bagian dari sistem ekologi sebagai objek sekaligus subjek pembangunan. Permasalahan lingkungan sangat mendasar berkaitan dengan kepadatan penduduk maka kebutuhan akan pangan, pemukiman dan kebutuhan dasar lainnya yang akan meningkatkan limbah domestik dan limbah industri yang dihasilkan, sehingga terjadi pencemaran yang mengakibatkan perubahan besar dalam lingkungan hidup. Pada umumnya ekosistem sungai dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai keperluan misalnya untuk perikanan budidaya ikan keramba, industri sebagai penunjang proses produksi dan tempat akhir pembuangan limbah, untuk pertanian digunakan untuk irigasi, untuk rekreasi pemandian dan untuk kebutuhan domestik misalnya kebutuhan air minum dan kebutuhan sehari-hari Loebis et al, 1993. Banyaknya bahan pencemar dapat memberikan dua pengaruh terhadap organisme perairan yaitu membunuh spesies tertentu dan sebaliknya dapat menunjang perkembangan spesies lain. Penurunan dalam keanekaragaman spesies dapat juga dianggap sebagai suatu pencemaran. Jika air tercemar ada kemungkinan terjadi Universitas Sumatera Utara pergeseran dari jumlah yang banyak dengan populasi yang sedang menjadi jumlah spesies yang sedikit tetapi populasinya tinggi Sastrawijaya, 1991.

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Makroinvertebrata Air

Suhu air pada suatu perairan merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan dan distribusi makroinvertebrata air, pada umumnya temperatur di atas 30 o C dapat menekan pertumbuhan populasi. Hewan makroinvertebrata air pada masa perkembangan awal sangat rentan terhadap temperatur tinggi dan pada tingkatan tertentu dapat mempercepat siklus hidup sehingga lebih cepat menjadi dewasa Odum, 1994. Menurut James dan Evison 1979 suhu yang tinggi menyebabkan semakin rendahnya kelarutan oksigen yang menyebabkan sulitnya organisme akuatik dalam respirasi yang disebabkan rendahnya oksigen. Kehidupan makroinvertebrata air pada suatu habitat sangat dipengaruhi oleh faktor fisik-kimia perairan, seperti kecepatan arus, suhu, substrat dasar, pH, oksigen terlarut DO, BOD dan lain sebagainya. Di samping itu faktor biotik juga turut menentukan keberadaannya di habitat tersebut, seperti organisme produsen sebagai sumber makanan dan predator Moss, 1980. Kecepatan arus merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kelimpahan dan keanekaragaman makroinvertebrata air. Perairan yang relatif tenang dan banyak ditumbuhi oleh tumbuhan air biasanya banyak ditemukan dari kelompok Molusca, sedangkan yang memiliki arus yang kuat atau jeram makroinvertebrata air Universitas Sumatera Utara yang banyak ditemukan biasanya dari kelompok Insekta dan Hirudinea Hynes, 1972. Derajat keasaman pH dapat menjadi faktor pembatas bagi kehidupan organisme akuatik dalam ekosistem perairan, sehingga pH air pada suatu perairan dapat dijadikan indikator dalam menentukan distribusi hewan akuatik. Kisaran toleransi hewan akuatik terhadap pH tergantung pada temperatur, oksigen terlarut DO, adanya anion dan kation, serta stadia masing-masing hewan akuatik, tetapi pada umumnya hewan akuatik dapat hidup lebih baik pada kisaran pH antara 6,5 – 8 Welch, 1980. Di samping faktor-faktor fisik – kimia perairan pH, DO dan BOD merupakan salah satu parameter yang penting dalam menentukan kualitas suatu perairan. Nilai BOD dapat menyatakan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerob untuk menguraikan senyawa organik yang terdapat dalam air pada temperatur 20 o C. Semakin banyak senyawa organik yang terdapat dalam air tersebut, maka semakin banyak oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme, sehingga defisit oksigen akan semakin besar, keadaan ini menyebabkan berkurangnya kadar oksigen di perairan tersebut sehingga menjadi faktor pembatas bagi fauna air, terutama makroinvertebrata air Hutter, 1990. Universitas Sumatera Utara

2.5. Organisme Air Tawar dan Indeks Pencemaran