4.5. Kondisi Fisik dan Sifat Fisik – Kimia Air Sungai Bedagai
Kondisi fisik dan sifat fisik – kimia air sungai Bedagai dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kondisi Fisik Sungai dan Sifat Fisik-Kimia Air Sungai pada Masing- masing Stasiun Penelitian di Sepanjang Aliran Sungai Bedagai
Kabupaten Serdang Bedagai
Parameter Fisik-Kimia Stasiun
1 2
3 4
5
1. Dalam sungai cm 45-87
80-150 52-60
67-98 45-200
2. Transparansi cm 45-87
30 22
21 19
3. Warna kondisi air Jernih
KK KK
KH KH
4. Dasar sungai BP
PL PL
PLS PLS
5. Kecepatan arus mdetik 0,15
0,15 0,14
0,14 0,16
6. Temperatur
o
C 26
27 27
28 28
7. Keasaman pH 7,03
7,8 6,1
5,5 5,2
8. DO mgl 7,3
7,1 6,8
3,6 3,7
9. BOD
5
mgl 4,7
25,9 53,0
80,6 80,6
Keterangan: 1 = lokasi Dusun V Desa Pergulaan Kecamatan Sei Rampah 2 = lokasi Dusun I Desa Senangkong Kecamatan Sei Rampah
3 = lokasi Kota Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah 4 = lokasi Dusun I Desa Pekan Kecamatan Tanjung Beringin
5 = lokasi Desa Tebing Tinggi Dungun Kec. Tanjung Beringin BP = Berbatu dan Pasir, PL = Pasir berlumpur, KK = Keruh
Kecoklatan KH = Keruh keHitaman, PLS = Pasir berlumpur dan sampah
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 9 bahwa hasil pengamatan menunjukkan temperatur air pada kelima stasiun penelitian berkisar 26-28
C, dengan temperatur tertinggi terdapat pada stasiun 4 dan 5 lokasi pemukiman, perkebunan, pertanian, industri dan
penambatan perahu nelayan sebesar 28 C dan terendah pada stasiun 1 sebesar 26
C. Tingginya suhu tersebut disebabkan karena pada stasiun 4 dan 5 disebabkan oleh karena pemukiman penduduk yang padat dan terdapatnya industri, sehingga akibat
dari aktivitas tersebut dapat menyebabkan meningkatnya suhu di perairan tersebut. Brehm Meijering 1990 dalam Barus 2004, menyatakan bahwa suhu perairan
dipengaruhi oleh aktivitas manusia seperti pembuangan limbah baik dari pemukiman maupun kegiatan industri.
Transparansi air sungai Bedagai dari kelima penelitian berkisar 19 – 87 cm. Transparansi tertinggi terdapat pada stasiun 1 lokasi pemukiman dan terendah pada
stasiun 5 lokasi pembuangan limbah dari pemukiman, perkebunan, pertanian, industri dan penambatan perahu. Rendahnya nilai transparansi air pada stasiun 5
tersebut disebabkan karena pengaruh pembuangan limbah rumah tangga, industri, perkebunan dan pertanian serta penambatan perahu. Warna air sungai dari kelima
penelitian bervariasi yaitu jernih, keruh kecoklatan dan keruh kehitaman. Pada stasiun 1 merupakan kondisi air yang jernih lokasi hulu yang masih sedikit pemukiman,
sedangkan kondisi air yang buruk adalah dengan kekeruhan yang tertinggi berada pada lokasi 4 dan 5 yaitu keruh kehitaman. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
aktivitas manusia. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Abdunur, 2002, bahwa banyaknya partikel terlarut dalam perairan akan menyebabkan kekeruhan yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Kecepatan arus pada setiap stasiun penelitian berkisar 0,14 – 0,16 mdet. Kecepatan arus tertinggi terdapat pada stasiun 5 sebesar 0,16 mdet dan terendah pada
stasiun 3 dan 4 sebesar 0,14 mdet. Rendahnya nilai kecepatan arus pada stasiun 3 dan 4 tersebut disebabkan karena adanya bendungan irigasi untuk pengairan
pertanian, sehingga kecepatan arus berkurang. Menurut Barus 2004, arus mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyebaran organisme, mengangkut
gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Derajat keasaman atau kebasahan pH pada setiap stasiun penelitian berkisar
5,2 – 7,8. pH yang tinggi terdapat pada stasiun 2 sebesar 7,8 dan pH terendah pada stasiun 5 sebesar 5,2. Rendahnya pH tersebut disebabkan oleh terdapatnya beberapa
pabrik tapioka dan terdapatnya sampah dialiran sungai. Menurut Barus 2004, bahwa nilai pH yang ideal bagi organisme air pada umumnya berkisar 7 sampai 8,5, kondisi
perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi. Nilai oksigen terlarut DO yang diperoleh dari kelima stasiun penelitian
berkisar 3,6 – 7,3 mgl. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 7,3 mgl dan terendah pada stasiun 5 sebesar 3,6 mgl. Tingginya DO pada stasiun 1 berkaitan
dengan rendahnya temperatur perairan pada stasiun tersebut, dan pada daerah tersebut sedikit aktivitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sastrawijaya 1991, hlm: 99,
temperatur mempunyai pengaruh besar terhadap kelarutan oksigen, jika suhu naik maka oksigen terlarut dilokasi penelitian masih dapat ditoleransi oleh organisme.
Universitas Sumatera Utara
Kehidupan organisme perairan dapat bertahan jika organisme terlarut sebanyak 5 mgl dan tergantung juga terhadap daya tahan organisme.
Nilai BOD
5
pada kelima stasiun penelitian berkisar 4,7 – 80,6 mgl, dengan nilai tertinggi terdapat pada stasiun 4 dan 5 sebesar 80,6 mgl dan terendah pada
stasiun 1 sebesar 4,7 mgl. Tingginya nilai BOD
5
pada stasiun 4 dan 5 disebabkan karena lokasi tersebut merupakan lokasi pembuangan limbah industri dan
pemukiman. Brower et al 1990, bahwa apabila konsumsi oksigen selama 5 hari berkisar 5 mgl O
2
, maka perairan perairan tersebut tergolong baik. Sebaliknya apabila konsumsi oksigen antara 10 – 20 mgl O
2
menunjukkan bahwa tingkat pencemaran oleh senyawa organik tinggi.
4.6. Indeks Diversitas Makroinvertebrata Air pada Stasiun-stasiun Penelitian