BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra adalah ungkapan kesadaran penulisnya. Jadi, karya sastra bersifat subjektif. Karya sastra mengandung penilaian kehidupan nyata dalam bentuk pikiran
tertentu. Karya sastra adalah refleksi kesadaran pengarangnya tentang apa yang dialaminya, diketahuinya, sehingga realitas kehidupan menjadi realitas keadaan
pengarangnya. Sastra merupakan cerminan zamannya Damono, 1978 : 8-9. Karya sastra harus bersifat menarik. Sastra harus memiliki struktur dan tujuan
estetis, koherensi, keseluruhan, dan efek tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Wellek dan Austin Warren 1995 : 276. Sastra harus mempunyai kaitan yang jelas
dengan kehidupan, tetapi hubungan itu sangat beragam. Kehidupan dalam karya sastra dapat diperindah, diejek, atau digambarkan bertolak belakang dengan
kenyataan. Karya sastra adalah suatu seleksi kehidupan yang direncanakan dengan tujuan tertentu. Kita harus mempunyai pengetahuan di luar sastra untuk mengetahui
hubungan antara suatu karya tertentu dengan “kehidupan”. Sesuai dengan uraian di atas, seperti yang terjadi pada dunia sastra beberapa
tahun belakangan ini, muncullah banyak pengarang yang mencoba menghasilkan karya sesuai dengan refleksi keadaan tentang hal-hal yang dialaminya dan
diketahuinya. Pengarang mencoba menciptakan karya sastra sesuai dengan tujuan yang ingin disampaikanya kepada pembaca. Tujuan itu adalah pemahaman kehidupan
Universitas Sumatera Utara
yang tidak selamanya manis dan indah, tetapi ada hal-hal yang bertolak belakang dengan itu.
Novel Simfoni Bulan karya Feby Indirani adalah salah satu novel yang berisi tentang kehidupan tokoh-tokoh dengan kondisi kepribadian yang beragam. Kondisi
kepribadian ini adalah sebagai akibat dari kehidupan yang dialaminya, keinginan- keinginan yang ingin diwujudkan, dan kehidupan masa lalu yang tidak dapat
dilupakan. Banyak hal menarik dari novel Simfoni Bulan. Pertama, pengarangnya tidak
bercerita secara linier. Ia meletakkan beberapa kilas balik yang berfungsi untuk saling menjelaskan. Kedua, novel Simfoni Bulan tidak menciptakan tokoh hitam dan putih,
melainkan abu-abu, manusiawi, dan realistis. Bahkan, tokoh Bulan yang selayaknya dibela karena serangkaian beban penderitaannya itu pun bukan orang suci di mata
Tuhan. Ketiga, tokoh novel Simfoni Bulan mengalami perubahan hidup yang luar biasa. Keempat, ada banyak kejutan dalam novel Simfoni Bulan yang tidak terasa
sengaja diletakkan, namun menunjukkan bahwa setiap kejadian di belakang memiliki musabab. Hal inilah yang melatarbelakangi sehingga novel ini menarik untuk diteliti.
1.2 Rumusan Masalah