Kehidupan yang serba gagal dan sulit. Tokoh yang gagal dalam karir wartawannya, gagal sebagai pelacur, gagal sebagai penulis novel, dan gagal pula dalam
percintaannya.
4.1.2 Plot
Plot atau alur di dalam cerita rekaan diartikan sebagai jalan cerita yaitu jalur tempat melintasnya peristiwa-peristiwa tokoh. Pada alur peristiwa dirangkai dengan
seksama dengan memperhitungkan faktor kualitas. Kualitas ini merupakan ciri khas dari sebuah alur untuk mencapai suatu pengertian wajar tentang peristiwa-peristiwa
yang diciptakan. Rangkaian peristiwa tersebut juga mempunyai hubungan sebab akibat dalam suatu cerita. Jalinan kejadian atau peristiwa-peristiwa yang membentuk
konflik akan membangun suatu cerita. Peristiwa pertama akan memberntuk peristiwa selanjutnya. Dengan demikian akan terjadi konflik dan suatu konflik akan
mengakibatkan konflik baru yang mempunyai jalinan cerita. Sumardjo dan Saini K.M. 1997 : 139 memberikan defenisi plot sebagai
berikut, Plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain
dihubungkan dengan hukum sebab-akibat. Artinya, peristiwa pertama menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa kedua, peristiwa kedua
menyebabkan terjadinya peristiwa ketiga, dan demikian selanjutnya, sehingga pada dasarnya peristiwa terakhir ditentukan terjadi oleh peristiwa pertama.
Universitas Sumatera Utara
Stanton dalam Nurgiyantoro, 1998 : 143 memberikan defenisi alur sebagai berikut,
Alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya petistiwa yang lain.
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa plot atau alur adalah suatu rangkaian peristiwa yang mengandung konflik dan menjadi satu kesatuan yang
utuh. Plot merupakan garis dasar atau benang halus yang menghubungkan struktur sebuah cerita.
Plot atau alur di dalam cerita rekaan disusun menurut tingkatan dari awal hingga akhir. Seperti kata Sudjiman ed, 1989 : 4 alur adalah rangkaian peristiwa
yang direka dan dijalin dengan seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesai. Sumardjo dan Saini K.M. 1997 : 49
mengatakan lagi bahwa suautu konflik dalam cerita rekaan tidak bisa dipaparka begitu saja. Harus ada dasarnya. Oleh karena itu, plot sering dikupas menjadi elemen-
elemen berikut ini. 1
Pengenalan 2
Timbul konflik 3
Konflik memuncak 4
Klimaks 5
Pemecahan soal
Universitas Sumatera Utara
Dalam novel Simfoni Bulan ini susunan alur atau plot sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sumardjo dan Saini K.M. Dengan demikian, di bawah ini akan
dikemukakan analisis susunan alur tersebut. Pelukisan awal atau pengenalan biasanya merupakan gambaran awal sebuah
cerita. Pada novel Simfoni Bulan ini pengenalan dilukiskan dengan memperkenalkan tokoh Bulan ketika menjalani profesi pertamanya sebagai pelacur. Bulan
diperkenalkan sebagai wanita yang pada awalnya sangat gugup dengan profesi barunya tersebut. Tetapi pada bagian ini digambarkan juga pola pikir Bulan yang
mengatakan bahwa ternyata menjadi seorang pelacur tidaklah mudah. Bulan berusaha menenangkan diri dengan membuat pernyataan pada dirinya bahwa selama ini juga
perilaku Bulan sudah mirip dengan pelacur. Siapa yang berani mengatakan menjadi pelacur itu mudah? Kemarilah. Aku
ingin sekali meludahinya. Sekarang. Saat ini juga. Rabalah peluh dingin yang merambati telapak tangannya. Rasakan panas mulasnya yang takkan
terselesaikan di kakus. Simfoni Bulan : 1 Tenang Bulan, selama ini pun kelakuanmu toh sudah mirip pelacur, katanya
pada diri sendiri. Kehilangan keperawanan di bangku SMA, pacaran dengan banyak lelaki, tidur dengan suami orang, apalagi? Simfoni Bulan : 2
Pada tahap pengenalan ini, tokoh Bulan juga menerangkan kepada tokoh Steve mengenai alasannya menjadi pelacur, yaitu bukan semata-mata karena uang,
tetapi ada alasan lain yang mendukungnya yaitu proses penulisan novel Bulan yang memerlukan riset sungguhan mengenai pelacur.
Universitas Sumatera Utara
Tidak pernah ada niatan untuk bermain-main, Steve. Ini riset sungguhan. Aku percaya pengalaman pribadi adalah pintu sejati untuk memahami.
Menghayati. Bukan sekedar sok empati. Simfoni Bulan : 4
Bagian kedua setelah pengenalan adalah timbulnya konflik. Pada bagian ini, pengarang memperkenalkan para tokoh, terutama orang-orang di sekitar Bulan.
Dengan banyaknya tokoh yang diperkenalkan, gambaran akan muncullya konflik telah dipersiapkan. Konflik ini saling bersangkut paut dan mulai bergerak.
Konflik pertama yang ada dalam novel ini yaitu saat Bulan diminta pulang oleh adiknya Adit untuk berkumpul dengan mamanya. Awalnya, Bulan tidak berniat
untuk pulang, tetapi karena sudah berjanji kepada Adit, akhirnya Bulan pulang juga. Pertemuan Bulan dengan keluarganya tidak menciptakan suasana yang harmonis,
melainkan memuncullkan pertengkaran antara Bulan dan Adit. “Mata Bulan menatap lurus pada Mama. Menantang. “Segala gagasan Mama
tentang keluarga itu udah basi. Sudahlah.” Bulan mengibaskan tangannyanya ke udara. “Kita biasa hidup sendiri-sendiri dari dulu, nggak perlu ada yang
berubah” suaranya lantang meski gemetar” Simfoni Bulan : 91
Pada bagian peristiwa-peristiwa yang mulai memuncak, muncullah banyak kejadian yang dialami Bulan. Hal ini terjadi ketika Bulan berusaha untuk memotong
rambut Bayu, anak angkatnya yang sudah lebat. Tetapi saat hendak memotong rambut Bayu, Bayu tiba-tiba histeris dan melawan Bulan dengan sekuat tenaga.
“Bayu, apa rambutmu ga suka gatal? Hmm. Mbak Siti nemuin kutu rambut di bantal Bayu,” lanjut Bulan. “Kutu rambut itu kalau tidak diobati bisa
berbahaya. Nanti kulit kepala Bayu bisa berdarah digigiti kutu. Gatal dan sakit. Bayu mau, ya, diobati?” Simfoni Bulan : 129
Universitas Sumatera Utara
Tapi Bayu berontak. Lalu mendorong perut Bulan kuat-kuat. Tenaganya kuat sekali sehingga Bulan hampir terpelanting ke belakang dengan ulu hati yang
mual. Simfoni Bulan : 130
Bagian puncak atau klimaks dalam novel ini ditandai dengan rasa sakit hati Bulan yang dicampakkan oleh Gangga, pria yang mulai dicintai Bulan. Awalnya
Bulan merasa kehilangan ketika Bayu hendak dijemput oleh kakek dan neneknya. Kemudian Bulan menginginkan anak dari Gangga, tetapi pada saat itu Gangga
mengatakan kalau Bulan hanya dianggap sebagai adik olehnya. Bulan akhirnya marah dan pergi meninggalkan Gangga.
“Aku mau punya anak dari kamu,” kata Bulan hampir menyerupai bisikan. Tapi Gangga mendengarnya. Telapak tangannya mulai berkeringat. Ia
menarik nafas berat sebelum bicara.
“Lan, aku mau bicara.” Bulan mengangkat kepalanya. Menatap Gangga. Dengan binar di matanya.
“Tempo hari itu…,” kalimatnya menggantung sejenak. “Aku pikir kita membuat kekeliruan.”
“Maksudmu?” Tanya Bulan. “Aku tahu itu salahku. Sepenuhnya salahku. Dan aku betul-betul minta maaf.”
Mata yang berbinar itu kini memandang Gangga dengan tatapan tak percaya. ….
“Lan, dengar. Aku sayang kamu. Tapi bukan dalam konteks itu. Aku menyayangimu sabagai adikku. Kemarin itu….”
“Apa? Potong Bulan memekik. “Kamu bercinta denganku dan sekarang bilang bahwa kamu menganggapku sebagai adik? Pembohong” teriaknya. Simfoni
Bulan : 159
Ia mendorong Gangga kuat-kuat. Lalu berlari pergi, menutupi matanya yang manganak sungai.
Universitas Sumatera Utara
“Lan” panggil Gangga. Bulan tidak menoleh lagi. Simfoni Bulan : 160
Pada bagian klimaks ini, ada juga konflik lain yang mendukung memuncaknya permasalahan yaitu ketika Bulan berlari meninggalkan Gangga di
rumahnya, Bulan bertemu dengan Barkah yang dituduh telah membunuh Mariatun ibu Bayu. Dalam perjumpaan mereka, Barkah menjelaskan bahwa bukan dia yang
membunuh Mariatun. Saat malam pembunuhan itu, Barkah memang sedang bersama Mariatun, tetapi dia disuruh pulang oleh Mariatun karena Mariatun ingin menghajar
Bayu. Dari semua yang sudah dijelaskan oleh Barkah, Bulan terkejut dan tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Memuncaknya masalah ini kemudian
berlanjut dengan kematian ibu Bulan diiringi dengan kebencian Adit adiknya dan kecelakaan yang dialami oleh Siti dan Bayu. Bulan merasa sangat menyesal dan
mengutuki dirinya sendiri. Bulan memukul keningnya dengan kepalan tangan. Dia mungkin
pengangguran cengeng tak berguna, tapi ekspresinya tampak jujur. Dan bukankah polisi tidak pernah menemukan sidik jarinya pada gunting itu?
Tidak ada sidik jari siapa pun, kecuali sidik jari Mar dan Bayu. Simfoni Bulan : 162
Bayu? Bulan merasakan jantungnya melorot sampai pinggang. Oh, Tuhan
Mungkinkah Bayu membunuh ibunya sendiri? Simfoni Bulan : 163
Bagian pemecahan soal merupakan bagian akhir suatu cerita. Pada bagian ini, pengarang memperlihatkan perubahan-perubahan nasib para tokoh dan memberi
kebebasan kepada pembaca untuk menyimpulkan bagian akhir cerita.
Universitas Sumatera Utara
Pada novel Simfoni Bulan ini, pemecahan soal ditandai dengan kepindahan Bulan ke Varanasi, India mengikuti Visya. Di sana Bulan diajari untuk menenangkan
hidupnya dan berusaha menyucikan diri dengan kepercayaaan reinkarnasi dari Visya. Di sana Bulan juga bertemu dengan Meerva yang memberinya kelegaan untuk apa
yang dirasakannya. Ada senyawa kimia yang cocok di antara keduanya. Ruang hampa di hati
Bulan dahaga akan persahabatan. Dan Meerva dengan kepekaan dan sikap riangya meniupkan kehangatan. Tiba-tiba saja Bulan bisa dengan lancar
menuturkan cerita patah hati dan kehilangan akan kepergian ibunya. Sesuatu yang kemudian mengantarnya sampai ke sini. Simfoni Bulan : 191
Penecahan soal pada bagian ini juga ditandai dengan kepulangan Bulan ke Jakarta dan mendapati novelnya dulu diterbitkan dengan nama pengarang Gangga
Harsya. Bulan sangat marah dan menyusun rencana pembalasan terhadap Gangga. LELAKI YANG MENIDURIKU LALU MENCURI KARYAKU, AKU
BERSUMPAH AKAN MEMBUATMU MENDERITA SAMPAI AKHIR HAYAT SAMPAI JUMPA DI NERAKA
4.1.3 Tokoh dan Perwatakan