BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perilaku 2.1.1. Pengertian Perilaku
Perilaku yaitu suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya, baik yang diamati secara langsung ataupun yang diamati secara tidak
langsung. Pada umumnya perilaku manusia berbeda, karena dipengaruhi oleh
kemampuan yang tidak sama. Pada dasarnya kemampuan ini amat penting diketahui untuk memahami mengapa seseorang berbuat dan berperilaku berbeda dengan yang
lain. Jadi dengan kata lain perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme yang bersangkutan Thoha, 1979
Menurut Notoadmodjo 2003 seseorang yang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya dalam 3 tahap, yaitu : pengetahun, sikap, praktek
atau tindakan practice.
2.1.2 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan
Justified true believe.
Artinya seseorang individu membenarkan kebenaran atas kepercayaan berdasarkan observasinya mengenai
dunia. Jadi bila seseorang menciptakan pengetahuan, ia menciptakan pemahaman atas suatu situasi baru dengan cara berpegang pada kepercayaan konstruksi dari
Universitas Sumatera Utara
kenyataan, dibandingkan sesuatu yang benar secara abstrak. Penciptaan pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi dari fakta-fakta, namun suatu proses yang unik
pada manusia yang sulit disederhanakan atau ditiru. Penciptaan pengetahuan melibatkan perasaan dan system kepercayaan
belief system
dimana perasaaan atau system kepercayaan itu bisa tidak disadari. Misalnya, seorang waria mempunyai
pengetahuan mengenai kondom setelah dia dapat melihat atau memegang dan menggunakan kondom tersebut.
Pengetahuan merupakan sesuatu yang eksplisit sekaligus dihayalkan. Beberapa pengetahuan dapat dituliskan di atas kertas, diformulasikan dalam bentuk-
bentuk kalimat-kalimat, atau diekspresikan dalam bentuk gambar. Untuk mengenali nilai dari pengetahuan hayalan dan memahami bagaimana menggunakannya.
Misalnya, seorang waria dapat mengetahui mengenai kondom dengan memperoleh gambaran dari seseorang tanpa harus dia melihat gambar atau bentuk kondom
tersebut. Penciptaan pengetahuan secara efektif bergantung pada konteks yang
memungkinkan terjadinya penciptaan tersebut. Konteks yang dimaksud adalah ruang bersama yang dapat memicu hubungan-hubungan yang muncul. Misalnya, seseorang
dianggap mengetahui tentang kondom dan kegunaannya setelah dia mendapat penjelasan dari orang lain atau melihat orang lain menggunakannya atau mengetahui
dari media.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Sikap
Sikap bisa diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan. Konsep itu kemudian berkembang semakin luas dan digunakan untuk
menggambarkan adanya suatu niat yang khusus atau umum, berkaitan dengan kontrol terhadap respons pada keadaan tertentu YOUNG, 1956. Adapun menurut Ancok
1985 yang mengartikan sikap adalah suatu bentuk sikap positif atau negatif, tergantung pada segi positif atau negatif dari komponen pengetahuan. Misalnya,
seorang waria akan mempunyai sikap positif atau tertarik menggunakan kondom setelah dia mengetahui manfaat penggunaan kondom tersebut.
2.1.4 Tindakan