responden dalam menawarkan kondom di kota Medan. Karena nilai p 0,001 0,25 maka variabel ini juga dapat dimasukkan ke dalam uji multivariat.
4.5.2 Uji Statistik
Chi-Square
Χ
2
Antara Variabel
Reinforcing
Peran Lsm, Peran Petugas Kesehatan dan Petugas KPA Kecamatan
terhadap Ketererampilan Waria Dalam Menawarkan Kondom Di Kota Medan
Hasil analisis bivariat setelah dilakukan tabulasi silang dan uji statistik
chi-square
χ
2
antara variabel
reinforcing
peran LSM, peran petugas kesehatan dan Petugas
KPA Kecamatan terhadap keterampilan waria dalam menawarkan kondom
di Kota Medan Tahun 2010 adalah dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.18 Hasil Uji Chi Square X
2
pada Variabel
Reinforcing
Peran LSM, Peran Petugas Kesehatan dan Petugas KPA Kecamatan
Terhadap Keterampilan Waria Dalam Menawarkan Kondom di Kota Medan
No Variabel
Reinforcing
Keterampilan Waria Total
P
Baik Buruk
F f
f Peran LSM
0,336 1
Baik 16
17,6 45
49,5 61
67,0 2
Buruk 11
12,1 19
20,9 30
33,0
Total 27
29,7 64
70,3 91
100 Peran Petugas
Kesehatan
0,820 1
Baik 12
13,2 31
34,1 43
47,3 2
Buruk 15
16,5 33
36,3 48
52,7
Total 27
29,7 64
70,3 91
100 Peran Petugas KPA Kecamatan
0,000 1
Baik 21
23,1 21
23,1 42
46,2 2
Buruk 6
6,6 43
47,3 49
53,8
Total 27
29,7 64
70,3 91
100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari responden yang mengatakan peran LSM baik sebanyak 45 orang 49,5 mempunyai keterampilan
komunikasi yang buruk dan 16 orang 17,6 memiliki keterampilan komunikasi yang baik. Responden yang menyatakan peran LSM buruk sebanyak 19 orang
20,9 memiliki keterampilan komunikasi buruk dan 11 orang 12,1 memiliki keterampilan komunikasi baik.
Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa nilai p 0,336 0,1, artinya tidak terdapat hubungan signifikan antara peran LSM dengan keterampilan komunikasi
waria dalam menawarkan kondom, karena nilai p 0,336 0,25, variabel ini tidak dapat dimasukkan kedalam uji multivariat.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari responden yang menyatakan peran petugas kesehatan baik sebanyak 31 orang 34,1 mempunyai
keterampilan berkomunikasi yang buruk dan 21 orang 23,1 memiliki keterampilan komunikasi yang baik. Dan responden yang mengatakan peran petugas
kesehatan buruk sebanyak 33 orang 36,3 memiliki keterampilan komunikasi yang buruk dan 15 orang 16,5 memiliki keterampilan komunikasi yang baik.
Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa nilai p 0,423 0,1, artinya tidak terdapat hubungan signifikan antara peran petugas kesehatan dengan keterampilan
komunikasi waria dalam menawarkan kondom, karena nilai p 0,423 0,25, variabel ini tidak dapat dimasukkan kedalam uji multivariat.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari responden yang menyatakan peran petugas KPA Kecamatan baik sebanyak 21 orang 23,1
mempunyai keterampilan berkomunikasi yang baik dan 21 orang 23,1 memiliki keterampilan komunikasi yang buruk, sedangkan responden yang mengatakan peran
petugas KPA Kecamatan buruk sebanyak 43 orang 47,3 memiliki keterampilan komunikasi yang buruk dan 6 orang 6,6 memiliki keterampilan komunikasi yang
baik. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa nilai p 0,000 0,1, artinya terdapat hubungan signifikan antara peran petugas KPA Kecamatan dengan
keterampilan komunikasi waria dalam menawarkan kondom di kota Medan, karena nilai p 0,000 0,25, variabel ini dapat dimasukkan kedalam uji multivariat.
4.6 Uji Multivariat
Hasil analisa multivariat menggunakan uji regresi logistik untuk mengetahui besar pengaruh variabel
predisposing
dan
reinforcing
terhadap keterampilan waria dalam menawarkan kondom di Kota Medan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel
berikut: Tabel 4.19 Hasil Uji Regresi Logistik tentang Pengaruh Variabel
Predisposing
dan
Reinforcing
Terhadap Keterampilan
Waria dalam
Menawarkan Kondom di Kota Medan Variabel
B Df
Sig. ExpB
Pendidikan Pengetahuan
Sikap
Petugas KPA Kecamatan Constant
0,161 1,525
1,564 1,527
-4,050 1
1 1
1 1
0,853 0,007
0,008 0,007
0,001 1,032
5,786 4,818
5,573 0,000
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil uji regresi logistik dapat dilihat bahwa dari lima variabel hanya tiga variabel yang dapat dimasukkan dalam persamaan model regresi yaitu variabel
pengetahuan, sikap, peran petugas KPA Kecamatan, karena signifikansi ketiga variabel tersebut 0,10. Berikut ini adalah model regresi yang dihasilkan:
ỷ = βo + β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
+ β
4
X
4
ỷ = -8,751 + 1,525 X
2
+ 1,564 X
3
+ 1,527 X
4
Di mana: ỷ
= Probabilitas keterampilan berkomunikasi waria βo
= Konstanta X
2
= Pengetahuan X
3
= Sikap X
4
= Petugas KPA Kecamatan
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Faktor
Predisposing
Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan dan Sikap,
terhadap Keterampilan
Berkomunikasi Waria
Dalam Menawarkan Kondom di Kota Medan Tahun 2010
5.1.1 Pendidikan
Pendidikan waria pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap keterampilan berkomunikasi waria dalam menawarkan kondom kepada pelanggannya. Penelitian
ini tidak sejalan dengan pendapat yang di ungkapkan Astawa 1995, bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang secara teoritis semakin positif dalam perilaku kesehatan
mereka, termasuk juga dalam hal perilaku seksualnya dalam hubungannya dalam penularan AIDS.
Pendidikan yang tinggi dapat meningkatakan pengetahuan seseorang, pengetahuan yang tinggi dapat meningkatakan kemampuan seseorang untuk
melakukan sesuatu. Berdasarkan penjelasan tersebut idealnya pendidikan waria memberikan dampak positif terhadap kemampuan dalam menawarkan kondom. Akan
tetapi dari data penelitian tidak terbukti. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini juga bertentangan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Olenik 1998 yang melakukan penelitian pada pria di Mexico, Philipina dan Republik Dominica menganalisa bahwa karakteristik peserta
ditemukan bahwa tingkat pendidikan berhubungan dengan kegagalan kondom. Dari
Universitas Sumatera Utara