tingkat pengetahuan. Dimana semakin dewasa umur seseorang berarti semakin banyak pengalaman dan semakin matang dalam menanggapi suatu masalah dalam hal
ini kaitannya dengan AIDS, dimana pelaut yang rata-rata pengetahuan paling tinggi adalah umur 20
– 39 tahun dan pengetahuan yang paling rendah adalah umur dibawah 20 tahun.
Umur termasuk variabel yang penting dalam mempelajari dalam masalah kesehatan karena ada kaitannya dengan kebiasaan hidup, misalnya : kebiasaan hidup
orang yang sudah dewasa dalam hal ini pola perilaku hubungan seks berbeda dengan remaja Azwar, 1988
Ditinjau dari umur dan distribusi umur penderita AIDS di Amerika Serikat, Eropa Dan Afrika jauh berbeda, kelompok terbesar umur 30
– 39 tahun, menurun pada kelompok yang lebih besar dan lebih kecil. Ini membuktikan bahwa trasmisi
utama. Dan infeksi terbesar terjadi pada kelompok seksual yang paling aktif yaitu 20 -30 tahun.
Hal tersebut sesuai dengan penelitan yang dilakukan oleh Utami, Dwi dan Leibo 1998 pada gelandangan Yogyakarta bahwa frekuensi melakukan hubungan
seksual pada umur 25 – 45 tahun sebesar 76,2 dan menurun frekuensinya pada
umur yang lebih besar 46 – 56 tahun sebesar 12,69 dan umur yang lebih kecil 13
– 24 tahun sebesar 11,11.
2.7.1.2 .Pendidikan
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan untuk mengembangkan diri. Semakin tinggi pendidikan semakin mudah menerima
Universitas Sumatera Utara
serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi, sedangkan semakin meningkat produktivitas, semakin meningkat kesejahteraan keluarga. Selanjutnya dikatakan
bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Semakin tinggi pendidikan seseorang secara teoritis
semakin positif dalam perilaku kesehatan mereka, termasuk juga dalam hal perilaku seksualnya dalam hubungannya dalam penularan AIDS Astawa, 1995.
Penelitian yang dilakukan oleh Olenik 1998 yang melakukan penelitian pada pria di Mexico, Philipina dan Republik Dominica menganalisa bahwa
karakteristik peserta ditemukan bahwa tingkat pendidikan pria berhubungan dengan kegagalan kondom. Dari penelitan-penelitian diketahui bahwa tingkat pendidikan pria
berhubungan dengan kegagalan kondom. Dari penelitian
– penelitian diketahui bahwa tingkat pendidikan formal para PSK pada umumnya rendah 40 tidak lulus SD bahkan 13nya tergolong buta huruf,
yang merupakan kendala apabila hendak melakukan penyuluhan pada PSK.
2.7.1.3 Pendapatan dan Pekerjaan
Sutrisna 1986, yang sering dilakukan ialah melihat hubungan antara tingkat penghasilan dengan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan
secara popular keadaan keluarga baik perorangan maupun keluarga lebih dikenal dengan sebutan status ekonomi keluarga yang berperan di dalam pengambilan
keputusan bertindak utama terhadap tindakan yang berkaitan dengan keuangan keluarga. Karena status ekonomi yang rendah di desa kebanyakan penduduk pindah
kekota untuk mencari nafkah. Para pendatang ini seringkali menetap di daerah
Universitas Sumatera Utara
perkotaan untuk jangka waktu yang lama dan secara pelan-pelan manjadi bagian dari penghuni lingkungan kumuh perkotaan.
Status pekerjaan sebagian penduduk perkotaan dapat dikategorikan sebagai “sector formal:”, seperti : pegawai kantoran, pegawai negeri, dsb. Dan sebagian lagi
yang lebih besar bekerja disektor informal pedagang asongan, pencari kerja, gelandangan, petani, nelayan, pengrajin, pelacur dsb yang sifatnya tidak tetap dan
berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Iskandar, M, dkk, 1996 Tingginya angka Pelacuran di Indramayu, menemukan bahwa factor
kemiskinan merupakan penyebab utama 46, kemudian tingkat pendidikan 28 Wibowo, dkk, 1989 dalam Hull, T, dkk, 1997, pelacur adalah sekelompok
perempuan yang melakukan aktivitas hubungan seksual secara berulang-ulang diluar perkawinan yang sah untuk mendapatkan uang, materi atau jasa bagi kalangsungan
hidup. Kebanyakan mereka menawarkan pelayanan seksual kepada laki-laki, hanya sedikit yang melakukannya kepada perempuan.
Selanjutnya Emma Goldman, dalam Husein 1997 bahwa seorang aktivis abad 19 yang mengatakan mengapa anda buang-buang waktu untuk beberapa shilling
dengan menjadi tukang cuci piring, bekerja seminggu, delapan belas jam sehari, sementara wanita bisa mendapat bayaran yang lebih tinggi dengan menjual tubuh
mereka. Jika dilihat dari definisinya maka Pekerja Seks komersial adalah seorang yang bekerja menjaul jasa melayani nafsu seksual dari pasangannnya pelanggan
dengan imbalan bayaran Roberts,N, 1992
dalam
Husein, A, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Browfield, 1992
dalam
Iskandar, M, 1996 menyatakan bahwa setiap laki-laki di Surabaya yang seksual aktif bisa dicurigai menjadi klien industry
seks sebagian besar klien adalah orang Indonesia, baik yang datang maupun yang menetap di Surabaya, walaupun sejumlah pendatang asing turut ambil bagian dalam
pelayanan industri seks ini. Sedangkan klien waria bisa dijumpai di berbagai sosio ekonomi, tetapi
mempunyai cirri-ciri yang berbeda. Banyak remaja pria memakai pekerja seks waria dikarenakan :
a. Karena larangan agama untuk melakukan hubungan seksual di luar pernikahan
membuat waria menarik bagi mereka yang tidak mau menggunakan industri seks. b.
Karena klien pendapatan yang rendah hanya berminat pada harga yang murah, dan waria sering memberikan pelayanan secara Cuma-Cuma terhadap klien yang
dianggap menarik. c.
Untuk klien yang heteroseksual, waria menyediakan pelayanan seks oralanal sambil
berperilaku seperti
wanita kepad
pasangannya. Serta
untuk mendapatkannya murah karena tidak perlu mengeluarkan uang ekstra untuk
menyewa penginapan. Sanjay 1996 Elifsa 1994
dalam
Cathy Emilia 1997 menyatakan bahwa adanya hubungan diskriminasi jender, akses legal dan social, diskrominasi
pekerjaan dengan menjadi pekerja seks, sebanyak 37 dari sempel melaporkan beberapa diskriminasi pekerjaan seperti tidak diterima pekerjaan atau kehilangan
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan karena jender yang dimilikinya sekarang. Karena hal tersebut sehingga memaksa untuk tidak mempunyai pilihan dan akhirnya menjadi pekerja seks
2.7.1.4 Tingkat Pengetahuan