25 emansipatoris. Melihat itu semua, maka sesungguhnya pendidikan sangatlah
terpengaruh oleh faktor lingkungan. Lingkungan tersebut terdiri dari keadaan objektif yang menyangkut kondisi negara, masyarakat, model konsumsi, dan
distribusi ekonomi politik
2.3. Teori Dahrendorf tentang Kekuasaan
Ralf Dahrendorf menggunakan teori perjuangan kelas Marxian untuk membangun teori kelas dan pertentangan kelas dalam masyarakat industri
kontemporer. Baginya, kelas tidak berarti pemilikan sarana-sarana produksi seperti yang dilakukan oleh Marx tetapi lebih merupakan pemilikan kekuasaan,
yang mencakup hak absah untuk menguasai orang lain. Perjuangan kelas dalam masyarakat modern, baik dalam perekonomian kapitalis maupun komunis, dalam
pemerintahan bebas dan totaliter, berada di seputar pengendalian kekuasaan. Menurut Dahrendorf
hubungan-hubungan kekuasaan authority yang
menyangkut atasan dengan bawahan menyediakan unsur-unsur bagi kelahiran kelas. Dahrendorf 1959: 173 mengakui terdapat perbedaan diantara mereka yang
memiliki sedikit dan banyak kekuasaan. Perbedaan dalam tingkat dominasi kekuasaan itu dapat dan selalu sangat besar. Tetapi pada dasarnya tetap terdapat
dua sistem kelas sosial dalam perkumpulan khusus yaitu, mereka yang berperan serta dalam struktur kekuasaan melalui penguasaan dan mereka yang tidak
berpartisipasi melalui penundukan. Perjuangan kelas yang dibahas olehnya lebih berdasarkan kekuasaan daripada pemilikan sarana-sarana produksi.
Universitas Sumatera Utara
26 Dahrendorf berpendapat bahwa di dalam setiap asosiasi yang ditandai oleh
pertentangan terdapat ketegangan diantara mereka yang ikut dalam struktur kekuasaan dan yang tunduk pada struktur itu . Kepentingan yang dimaksudkan dia
mungkin bersifat manifes disadari atau laten kepentingan potensial, kepentingan laten adalah tingkah laku potensil yang telah ditentukan oleh
seseorang karena dia menduduki peranan tertentu, tetapi masih belum disadari. Menurut perumusannya pertentangan kelas harus dilihat sebagai “ kelompok-
kelompok pertentangan yang berasal dari struktur kekuasaan asosiasi-asosiasi yang terkoordinir secara pasti”. Kelompok-kelompok itu ditetapkan sebagai
kelompok kepentingan yang akan terlibat dalam pertentangan dan akan menimbulkan perubahan struktur sosial, pertentangan antara buruh dan
manajemen yang merupakan permasalahan utama bagi Marx, misalnya, akan terlembaga lewat serikat-serikat buruh.
Dahrendorf berpendapat bahwa kekayaan, status ekonomi, dan status sosial walau bukan determinan kelas, ia mengatakan seperti berikut :” semakin
rendah antara korelasi kedudukan kekuasaan dan aspek-aspek status sosial ekonomi lainnya semakin rendah intensitas pertentangan kelas dan sebaliknya.
Dahrendorf mempunyai gagasan bahwa berbagai posisi didalam masyarakat mempunyai kualitas otoritas kekuasaan yang berbeda. Hanya saja
kekuatan otoritas itu tidak terletak didalam diri individu masyarakat melainkan dalam posisi. Ia tak hanya tertarik pada struktur posisi, tapi juga pada konflik
antara berbagai struktur posisi itu: “ sumber struktur konflik harus dicari didalam
Universitas Sumatera Utara
27 tatanan peranan sosial yang berpotensi untuk mendominasi atau ditundukkan”.
Otoritas secara tersirat menyatakan superordinasi dan subordinasi, mereka yang menduduki posisi otoritas diharapkan mengendalikan bawahan, artinya mereka
berkuasa karena harapan dari orang yang berada disekitar mereka bukan karena ciri-ciri psikologis mereka sendiri.
Otoritas dalam setiap asosiasi bersifat asosiasi karena hanya ada dua kelompok konflik yang dapat terbentuk didalam setiap asosiasi, kelompok yang
memegang posisi otoritas dan kelompok subordinat yang mempunyai kepentingan tertentu. Disini dihadapkan pada konsep teori konflik Dahrendorf yakni
kepentingan, kelompok yang berada di atas dan yang berada dibawah
didefinisikan berdasarkan kepentingan bersama.
2.4. Teori Alienasi Manusia