21
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kebijakan
Secara Etimologis, istilah Kebijakan policy berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani
masalah-masalah publik atau pemerintahan.
7
Secara umum, saat ini kebijakan lebih dikenal sebagai keputusan yang dibuat oleh lembaga pemerintah, yang bertujuan untuk menyelesaikan
permasalah-permasalahan yang terjadi dimasyarakat dalam sebuah negara.
8
Dalam defenisi diatas dapat dilihat dengan jelas adalah bahwa pelaku yang melahirkan kebijakan adalah pemerintah. Dimana untuk melahirkan suatu
kebijakan tidaklah dapat dilakukan hanya dalam waktu yang seketika. Namun untuk membuat suatu kebijakan dibutuhkan suatu proses yang sering disebut
dengan proses pembuatan kebijakan. Proses pembuatan kebijakan itu sendiri memiliki makna sebagai serangkaian aktivitas intelektual yang divisualisasikan
sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu.
Adapun tahapan yang harus dilalui dalam proses pembuatan kebijakan adalah penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi
kebijakan, serta evaluasi kebijakan.
7
William Dunn, Pengantar Analisa Kebijakan Publik Edisi II, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999. Hal. 51.
8
William Dunn, Ibid, Hal. 132.
Universitas Sumatera Utara
22
Gambar 2 : Proses Pembuatan Kebijakan
Sumber : Dikutip dari Buku William Dunn, Pengantar Analisa Kebijakan Publik Edisi II, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999. Hal. 25.
Dalam proses melahirkan kebijakan yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalah yang dihadapi, tidak tertutup kemungkinan bahwa kebijakan yang
akan dilahirkan nantinya akan dapat dipengaruhi oleh kepentingan pihak lain.
Penyusunan Agenda
Formulasi Kebijakan
Adopsi Kebijakan
Implementasi Kebijakan
Evaluasi Kebijakan
Universitas Sumatera Utara
23
2.2. Teori Hegemoni
Hegemoni adalah sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan, yang di dalamnya sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan
dalam masyarakat baik secara institusional maupun perorangan; ideologi mendiktekan seluruh cita rasa, kebiasaan moral, prinsip-prinsip religius dan
politik, serta seluruh hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral.
Gramsci menjelaskan bahwa hegemoni merupakan sebuah proses penguasaan kelas dominan kepada kelas bawah, dan kelas bawah juga aktif
mendukung ide-ide kelas dominan. Di sini penguasaan dilakukan tidak dengan kekerasan, melainkan melalui bentuk-bentuk persetujuan masyarakat yang
dikuasai. Istilah hegemoni berasal dari bahasa Yunani, yaitu hegeishtai. Istilah
tersebut berarti yang berarti memimpin, kepemimpinan, atau kekuasaan yang melebihi kekuasaan yang lain. Konsep hegemoni menjadi ngetrend setelah
digunakan sebagai penyebutan atas pemikiran Gramsci yang dipahami sebagai ide yang mendukung kekuasaan kelompok sosial tertentu.
Bentuk-bentuk persetujuan masyarakat atas nilai-nilai masyarakat dominan dilakukan dengan penguasaan basis-basis pikiran, kemampuan kritis, dan
kemampuan-kemampuan afektif masyarakat melalui konsensus yang menggiring kesadaran masyarakat tentang masalah-masalah sosial ke dalam pola kerangka
Universitas Sumatera Utara
24 yang ditentukan lewat birokrasi masyarakat dominan. Di sini terlihat adanya
usaha untuk menaturalkan suatu bentuk dan makna kelompok yang berkuasa . Dengan demikian mekanisme penguasaan masyarakat dominan dapat
dijelaskan sebagai berikut: Kelas dominan melakukan penguasaan kepada kelas bawah menggunakan ideologi. Masyarakat kelas dominan merekayasa kesadaran
masyarakat kelas bawah sehingga tanpa disadari, mereka rela dan mendukung kekuasaan kelas dominan.
Sebagai contoh dalam situasi kenegaraan, upaya kelas dominan pemerintah untuk merekayasa kesadaran kelas bawah masyarakat adalah
dengan melibatkan para intelektual dalam birokrasi pemerintah serta intervensi melalui lembaga-lembaga pendidikan dan seni yaitu teori kritis dan teori
tradisional. . Pemikiran kritis merefleksikan masyarakat serta dirinya sendiri dalam
dialektika struktur penindasan dan emansipasi. Pemikiran kritis merasa bahwa dirinya bertanggung-jawab atas keadaan sosial yang nyata. Sejarah itu merupakan
sejarah penindasan, bahwa penindasan itu justru ditutupi sehingga realitas sekarang bagaikan objektifitas yang wajar. Teori kritis bertugas membuka
selubung ideologis tersebut, membuka struktur penindasan, dan kemudian terciptanya terciptanya kebebasan.
Maka, teori kritis yang dimaksudkan Habermas merupakan teori praksis. Ia juga meyakini pendekatan psikoanalisa Sigmund Freud, bahwa ingatan kembali
terhadap sejarah penindasan akan mampu melepaskan kekuatan-kekuatan
Universitas Sumatera Utara
25 emansipatoris. Melihat itu semua, maka sesungguhnya pendidikan sangatlah
terpengaruh oleh faktor lingkungan. Lingkungan tersebut terdiri dari keadaan objektif yang menyangkut kondisi negara, masyarakat, model konsumsi, dan
distribusi ekonomi politik
2.3. Teori Dahrendorf tentang Kekuasaan