Kerawanan Pangan Tinjauan Teori 1. Ketahanan Pangan
26 Susenas mengumpulkan data kor dan modul konsumsipengeluaran dan
pendapatan rumah tangga. Data kor yang dikumpulkan mencakup antara lain keterangan umum anggota rumah tangga, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan,
fertilitas, perumahan, dan sosial ekonomi. Sedangkan susenas modul berisi tentang kuantitas dan nilai konsumsi makanan yang mencakup 215 komoditi
dengan sub kelompok sebanyak 14 sub kelompok komoditi. Empat belas sub kelompok komoditi tersebut yaitu padi-padian, umbi-umbian, ikanudangkerang,
daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-bumbuan, konsumsi lainnya, makanan dan
minuman jadi, serta tembakau dan sirih. Pengeluarankonsumsi rumahtangga untuk non makanan mencakup 108 item pengeluaran dengan sub kelompok
sebanyak 6 sub kelompok yaitu perumahan dan fasilitas rumah tangga, barang dan jasa, pakaianalas kaki dan tutup kepala, barang-barang tahan lama, pajak dan
asuransi, serta keperluan pesta dan upacara serta berisikan pendapatan, penerimaan, dan pengeluaran bukan konsumsi.
Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingkat kecukupan gizi, yang dihitung berdasarkan besar kalori dan protein
yang dikonsumsi. Besarnya konsumsi kalori dan protein dihitung dengan mengalikan kuantitas setiap makanan yang dikonsumsi dengan besarnya
kandungan kalori dan protein setiap jenis makanan, kemudian hasilnya dijumlahkan. Angka kecukupan konsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia
berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII 2004 menetapkan patokan kecukupan konsumsi kalori dan protein per kapita per hari masing-
masing 2000 kkal dan 52 gram protein.
3.2. Metode Analisis 3.2.1. Analisis Deskriptif
Analisis data dilakukan secara deskriptif, baik deskriptif kualitatif maupun kuantitatif. Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang
bertujuan mendeskripsikan dan mempermudah penafsiran yang dilakukan dengan memberikan pemaparan dalam bentuk tabel, grafik, dan diagram. Oleh karena itu,
analisis deskriptif menyangkut berbagai macam aktivitas dan proses. Salah satu
27 bentuk analisisnya adalah kegiatan menyimpulkan data mentah dalam jumlah
yang besar sehingga hasilnya dapat ditafsirkan. Pengelompokkan atau pemisahan komponen atau bagian yang relevan dari keseluruhan data, juga merupakan salah
satu bentuk analisis untuk menjadikan data mudah dikelola. Penghitungan
ketahanan pangan
dalam penelitian
ini dengan
menggunakan dua indikator yaitu ketercukupan kalori yang dikonsumsi dengan besarnya pengsa pengeluaran makanan. Hal ini adalah berdasarkan klasifikasi
silang yang digunakan Jonsson dan Toole dalam Maxwell et al. 2000. Adapun derajat ketahanan pangan rumah tangga berdasarkan ketercukupan gizi dan
pangsa pengeluaran ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5 Derajat Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Ketercukupan kalori Pangsa Pengeluaran Makanan
Rendah 60 Tinggi
≥ 60 Cukup 80
Tahan Pangan food secure
Rentan Pangan vulnerable
Kurang ≤ 80
Kurang Pangan questionable
Rawan Pangan food insecure
Sumber: Jonsson dan Toole dalam Maxwell et al. 2000 Pangsa pengeluaran pangan adalah rasio pengeluaran untuk belanja
pangan dan pengeluaran total penduduk selama sebulan. Pangsa pengeluaran pangan penduduk diperoleh dengan menggunakan data di tingkat rumah tangga
kemudian dibagi dengan jumlah anggota rumah tangga. Besar pangsa pengeluaran terhadap total pengeluaran diperoleh dari data Susenas BPS. Perhitungan pangsa
pengeluaran pangan pada berbagai kondisi, yaitu agregat, desa-kota, dan berbagai kelompok pendapatan penduduk menggunakan formula berikut:
= × 100
dimana, PP = Pangsa pengeluaran pangan
EP = Pengeluaran untuk belanja pangan Rpbulan TP = Total pengeluaran Rpbulan