Ruang Lingkup Penelitian PENDAHULUAN

22 pendekatan pooled ordinary least square, fixed effect, difference generalized method of moments dan system generalized method of moments. Hasil penelitian menyatakan bahwa perubahan iklim berpengaruh secara signifikan terhadap ketahanan pangan, namun harga pangan tidak berpengaruh. Pendapatan penduduk pedesaan berpengaruh negatif terhadap konsumsi pangan. Jumlah tabungan penduduk desa dan kota tidak memengaruhi konsumsi. Nurlatifah 2011 menganalisis ketahanan pangan regional dan rumah tangga di Provinsi Jawa Timur. Data yang digunakan merupakan data Susenas modul konsumsi tiga tahunan yaitu tahun 2002, 2005, dan 2008. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi data panel untuk menggambarkan faktor- faktor yang memengaruhi ketahanan pangan regional dan menggunakan model logistik untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ketahanan pangan rumah tangga di KTI tahun 2010. Hasil penghitungan ketahanan pangan menunjukkan bahwa persentase penduduk yang rawan pangan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

2.3. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

Ketahanan pangan yang stabil baik antarwaktu maupun antardaerah perlu mendapatkan perhatian yang serius. Kebijakan pangan yang komprehensif sangat dibutuhkan untuk menanggulangi berbagai tantangan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Ketahanan pangan akan tercipta jika tiga pilar utamanya saling mendukung dan menguatkan yaitu ketersediaan pangan, aksesibilitas pangan, dan pemanfaatan pangan. Apabila ada satu saja pilar yang tidak bekerja maka belum menjamin terciptanya ketahanan pangan yang stabil. Salah satu upaya dalam mewujudkan ketahanan pangan yang stabil yaitu melalui pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian. Oleh karena itu, peran penduduk yang terlibat di bidang pertanian perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius lagi dalam upaya peningkatan ketahanan pangan. Kawasan Timur Indonesia merupakan kawasan yang lebih banyak dijumpai kabupaten rentan pangan dibandingkan Kawasan Barat Indonesia. Dilihat dari ketersediaan pangannya, produksi padi dan palawija di KTI masih lebih rendah dibandingkan produksi padi dan palawija di KBI. Pembangunan 23 infrastruktur di KTI sebagai salah satu pendukung aksesibilitas pangan juga masih rendah dikarenakan daerah yang luas dengan dikelilingi lautan, hutan, dan sungai. Pemanfaatan pangan masyarakat KTI pun masih rendah dimana banyak dijumpai komoditas lokal yang tinggi akan gizi namun tidak dimanfaatkandiolah dengan baik sehingga nilai gizinya turun. Hal ini dirasa menarik untuk menganalisis situasi ketahanan pangan di KTI. Gambar 4 Kerangka Pemikiran. Penelitian ini pada awal analisis melakukan klasifikasi status ketahanan pangan hubungan antara pangsa pengeluaran pangan dengan ketahanan pangan yang dihitung dari konsumsi kalori dan protein. Selanjutnya dilakukan klasifikasi rumah tangga yang rawan pangan, rentan pangan, kurang pangan, dan tahan pangan. Pada tahap berikutnya dilakukan analisis determinan ketahanan pangan