TUJUAN MANFAAT BERAS Kajian Resistensi Lima Jenis Beras Varietas Lokal Terhadap Serangan Sitophilus zeamais Motsch.

2

B. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ketahanan lima jenis varietas beras unggul lokal terhadap serangan Sitophilus zeamais Motsch. Resistensi atau ketahanan diukur dari ka rakteristik d ina mika populasi Sitophilus zeamais, kara kteristik kehilangan bobot dan persen biji berlubang.

C. MANFAAT

Manfaat dari penelitian ini adalah me mbe rikan ga mbaran tentang tingkat resistensi atau ketahanan beras varieatas lokal terhadap serangan Sitophilus zeamais Motsch. selama penyimpanan sehingga dapat me mberikan pedoman pengembangan beras pada tahap pra panen maupun pasca panen. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. BERAS

Beras merupakan daging biji dari buah padi yang tersusun dalam mayang setangkai padi. Sedangkan padi sendiri adalah tanaman yang berasal dari fa mili Gra mineae, subfamili Ory zydae, dan genus Oryzae. Pad i merupakan tanaman semi aquatis yang cocok ditanam di lahan tergenang. Padi juga cocok ditanam di lahan kering asalkan kebutuhan airnya tercukupi Manurung dan Ismunadji, 1991. Beras dala m pengertian sehari-hari me rupakan gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh dengan menggunakan alat pengupas dan penggiling Huller serta alat penyosoh polisher. Gabah yang terkelupas bagian luar seka mnya saja disebut beras pecah kulit. Sedangkan gabah yang seluruh atau sebagian kulit arinya telah dipisahkan dala m proses penggilingan, umu mnya berhubungan dengan proses penyosohan, disebut beras giling Hubeis, 1984. Menurut Luh 1980, penggilingan gabah merupakan keseluruhan proses pengolahan padi menjad i beras yaitu meliputi proses pembersihan, penghilangan sekam, kulit ari dan proses pemisahan beras yang dihasilkan menurut ukurannya. Beras me rupakan salah satu pangan yang me mpunyai susunan makanan yang agak lengkap. Sela in mengandung karbohidrat yang tinggi, kadar protein beras juga tinggi. Ko mposisi kimia be ras berbeda-beda tergantung jenis varietas dan cara pengolahan yang dilakukan. Ko mposisi kimia beras pecah kulit dan beras giling dapat dilihat pada Tabel 1. Beras yang banyak beredar di Indonesia umumnya dikategorikan atas sub -familia Indica, Japonica, dan Javanica. Beras sub-fa milia Indica me miliki c iri-c iri berbentuk panjang hingga pendek dan agak pipih. Be ras sub-familia Japonica berbentuk pendek dan agak bulat. Sedangkan beras sub-familia Javanica me miliki bentuk panjang, lebar,dan tebal Manurung dan Ismunadji, 1991. Ko mponen terbesar yang terkandung dalam beras adalah karbohidrat teruta ma pati. Pati merupakan polimer glu kosa dengan ikatan glu kosida. Po lime r g lukosa pembentuk pati ada dua maca m yaitu amilosa dan amilopekt in. Amilosa merupakan polimer berantai lu rus deng an ikatan 1,4 α-glikosida yang bersifat larut air. Amilopektin adalah polimer berantai cabang dengan ikatan lurus 1,4α- glukosida dan ikatan cabang 1,6α-glukosida serta tidak larut dalam air Be miller dan Whistler, 1996. Tabel 1. Ko mposisi beras pecah kulit dan beras giling Ko mponen Beras pecah kulit Beras giling Energ i ka l 360 339 Protein gr 100gr 6,8 7,7 Le ma k gr100gr 0,7 4,4 Karbohidrat gr 100gr 78,9 73,0 Kalsiu m mg 6,0 22,0 Fosfor mg 140,0 272,0 Besi mg 0,8 3,7 4 Sumber: Ke mentan 2010 Amilosa berpengaruh terhadap mutu masak beras. Kandungan amilosa berkorelasi positif pengembangan dan penyerapan air sela ma pe masakan dan berkorelasi negatif dengan kelengketan, ke lunakan, kepulenan, dan nilai rasa nasi. Antara te kstur nasi de ngan amilosa terdapat hubungan nyata. Beras dengan kadar amilosa rendah akan menghasilkan nasi yang pulen, empuk, dan mengkilat. Beras bera milosa sedang akan menghasilkan nasi yang masih bersifat e mpuk wa laupun jika dib iarkan beberapa ja m nasi akan pera da n berbera i Da mard jati dan Purwani, 1991. Kadar protein beras giling sekita r 6,8-7,0. Protein merupakan ko mponen utama kedua setelah pati dalam susunan gizi beras. Kadar protein bila diu kur dengan Kjeldahl menggunakan fa ktor pengali 5,95. Fa ktor ini berdasarkan kandungan nitrogen dala m fra ksi protein beras utama glutelin sebesar 70,1 Ju liano, 1972. Sebagai bahan makanan pokok d i Indonesia, beras dala m menu makanan masyarakat menyu mbang sekurang -kurangnya 45 protein Da ma rdjat i, 1983. Kadar protein me mpengaruhi ke kerasan biji dan warna beras. Beras yang mengandung kadar protein yang tinggi cenderung lebih bening, warnanya lebih kecoklatan, dan me miliki ke kerasan biji lebih t inggi Ju liano et al., 1965. Kadar protein me miliki korelasi positif te rhadap rendemen beras kepa la dan berbanding negatif dengan derajat putih biji beras. Da la m biji, protein mengikat dan mengepak granula pati. Oleh karena itu, se makin t inggi kadar protein beras semakin keras dan tahan gesekan selama penyosohan. Sehingga endosperma yang tersosoh men jadi leb ih rendah. Dengan demikian, peningkatan kadar protein beras menurunkan derajat putih biji dan menaikkan rendemen beras kepala Da mard jati dan Purwani, 1991. Penampa kan butir beras ditentukan oleh kapasitas endosperma, banyaknya pengapuran sisi dorsal, dan banyaknya pengapuran pada bagian tengah butir beras. Granula pati yang mengapur kurang padat dibandingkan pada bagian bening sehingga terdapat rongga udara diantara granula pati. Dengan de mikian bagian yang mengapur tidak sekeras bagian bening beras sehingga butir mengapur lebih mudah rusak sela ma proses penggilingan Khush et al., 1979. Keke rasan biji me miliki kore lasi nyata terhadap kadar a ir. Sifat keke rasan me mpunyai hubungan dengan tingkat ke matangan dan variet as yang lebih dipengaruhi oleh keko mpa kan dan ikatan antar granula pati dala m endosperma beras. Rende men beras me miliki korelasi dengan indeks kekerasan biji Da mardjat i dan Purwani, 1991.

B. KERUSAKAN AKIBAT SERANGGA HAMA GUDANG