Laju Perkembangan Intrinsik Rm

17 kerapatan kulit dan keke rasan biji-b ijian berkaitan dengan ketahanan biji-b ijian terhadap serangan hama sela ma masa penyimpanan. Kerusakan ka rena serangan hama leb ih banyak terjadi pada gabah yang me miliki seka m yang ikatannya longgar. Sifat me kanis seka m seperti keke rasan, kerapuhan, dan kemudahan terpotong diduga juga berkaitan dengan kemudahan diserang oleh serangga. Kerentanan ini ke mungkinan dipengaruhi oleh kandungan amilosa yang tinggi pada beras varietas Silugonggo sehingga berpengaruh terhadap sifat antifeedant, dimana sifat ini me mpengaruhi selera makan bagi induk pada masa infestasi atau saat stadium la rva. Daya antifeedant tidak bersifat me mbunuh, menangkis atau menje rat tetapi leb ih bersifat menghalangi kegiatan ma kan serangga Boror, 1992. Dobie 1974 menyatakan bahwa terdapat korelasi negatif antara indeks kepekaan terhadap kandungan amilosa pada jagung. Se ma kin tinggi kandungan amilosa sema kin rendah tingkat kepekaan biji-bijian terhadap serangan Sitophilus zeamais. Tetapi kandungan amilosa tidak dapat dijadikan satu-satunya faktor yang me mpengaruhi tingkat kepekaan biji- bijian. Hal ini d ika renakan a milosa dapat me mpengaruhi ko mponen atau atribut la in pada biji-b ijian seperti kekerasan biji. Ko mponen utama pada beras sosoh adalah 75 karbohidrat dan 8 protein pada kadar a ir 14. Sebagian besar ka rbohidrat disusun atas pati dan hanya sebagian kecil pentosa, selulos a, hemiselulosa, dan gula. Pati beras terdiri atas rangkaian α -D-glukosa yang terdiri atas fraksi berantai lurus yaitu a milosa dan fraksi berantai cabang yaitu amilopektin Ha ryadi, 2008. Menurut Baker 1982 a milosa merupakan feeding deterrent, sedangkan amilopektin me rupakan feeding stimulant bagi Sitophilus zeamais. Sifat ini terka it dengan ke ma mpuan Sitophilus zeamais dala m mencerna ma kanannya yang dominan karbohidrat. Sitophilus zeamais memiliki α-amilase yang dapat memecah baik amilosa maupun amilopektin. Pada awal pe mecahan amilosa, maltodekstrin terbentuk akibat akt ivitas enzimatik pada proses pencernaan. Rantai ma ltodekstrin jauh lebih la mbat dih idrolisis menjad i g lukosa sehingga proses pencernaan Sitophilus zeamais a kan men jadi lebih la mbat dan pada a khirnya mengganggu pertumbuhannya.

4. Laju Perkembangan Intrinsik Rm

La ju pertu mbuhan intrinsik Rm adalah konstanta yang menggambarkan dina mika perke mbangan sebuah populasi. La ju perke mbangan intrinsik dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui sesuai atau tidaknya suatu habitat dan makanan bagi pertumbuhan serangga. Laju perke mbangan intrinsik me miliki kore lasi positif terhadap kesesuaian habitat atau makanan serangga dimana semakin tinggi n ila i Rm ma ka sema kin sesuai habitat atau makanan tersebut bagi perke mbangan serangga. Nila i rata-rata pengujian terhadap nilai la ju perke mbangan intr insik dapat dilihat pada Tabel 7. 18 Tabel 7. Nila i rata-rata perke mbangan intrinsik S. zeamais pada media beras Varietas La ju Pe rke mbangan Intrinsik Batutegi 0,5867 a ± 0,01 Mambera mo 0,4944 bc ± 0,02 Indragiri 0,4831 c ± 0,01 Silugonggo 0,3781 d ± 0,02 Ciherang 0,5216 b ± 0,12 Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata satu sama lain Uji Duncan pada p=0,05 Hasil penelit ian menunjukkan bahwa beras varietas Batutegi me miliki n ila i la ju perke mbangen intrinsik tertinggi dibandingkan beras varieats la innya, disusul oleh beras varietas Mambera mo , Ciherang, Indragiri, dan Silugonggo. Dari hasil penelitian diketahui bahwa varietas beras yang sesuai sebagai habitat dan ma kanan Sitophilus zeamais adalah beras varietas Batutegi dan yang kurang sesuai sebagai habitat dan makanan adalah beras varietas Silugonggo. Berdasarkan analisis sidik raga m pada La mpiran 10 d iketahui bahwa perbedaan varietas beras me miliki perbedaan yang nyata terhadap nila i perke mbangan intrinsik Sitophilus zeamais. Kesesuaian habitat dan ma kanan bagi Sitophilus zeamais terka it dengan ko mposisi amilosa dan a milopektin pada beras. Beras varietas Silugonggo me miliki kandungan amilosa tertinggi dibandingkan beras varietas la innya. Tingginya kadar a milosa pada beras akan me mpengaruhi pertumbuhan Sitophilus zeamais khususnya pada tahap larva dimana me mbutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk perke mb angan ke tahap pupa. Ba ker dan Woo 1992 menunjukkan bahwa la rva Sitophilus sp. tidak dapat hidup jika hanya mengkonsumsi a milosa sebagai sumber karbohidrat terka it dengan ke ma mpuan sistem enzim di dala m tubuh serangga.

5. Kapasitas Multiplikasi Mingguan λ