Indeks Perkembangan ID KARAKTERISTIK DINAMIKA POPULASI SERANGGA

16 Menurut Vowotor et al. 1994 terdapat hubungan antara waktu penetasan telur Sitophilus zeamais dengan suhu. Waktu inkubasi te lur se makin meningkat seiring dengan penurunan suhu. Tetapi, suhu bukan merupakan satu -satunya yang menyebabkan perbedaan waktu in kubasi. Perbedaan waktu in kubasi ini dipe rcaya terkait dengan mikroiklim pada biji jagung. Sehingga terdapat suatu sistem ko mp leks di dala m biji-bijian yang dapat me mpengaruhi wa ktu penetasan telur Sitophilus zeamais. Oviposisi induk Sitophilus zeamais me miliki peranan dalam periode perke mbangan serangga. Perke mbangan larva Sitophilus zeamais sangat dipengaruhi oleh makanannya. La rva dari telur yang diletakkan jauh dari e mbrio biji a kan me miliki periode perke mbangan yang lebih la ma dibandingkan larva dari telur yang diletakkan pada atau dekat e mb rio biji. La rva dari telur yang diletakkan jauh dari e mb rio b iji hanya akan mendapatkan sumber nutrisi berasal dari endosperma sedangkan la rva dari telur yang diletakkan pada atau dekat embrio biji a kan me miliki a kses nutrisi pada embrio dan endosperma Kossou et al. 1992.

3. Indeks Perkembangan ID

Indeks perke mbangan ID merupakan para mete r yang dapat dipakai untuk melihat tingkat efekt ifitas bahan terhadap perke mbangan serangga. Indeks perke mbang an disebut juga indeks kepekaan Index of Susceptibility. Se makin t inggi indeks perke mbangan serangga maka se makin peka beras tersebut terhadap serangan serangga. Nilai rata -rata hasil pengujian terhadap nilai indeks perke mbangan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Nila i rata-rata indeks perke mbangan S. zeamais pada med ia beras Varietas Indeks Perke mbangan Batutegi 15,8140 a ± 0,4 Mambera mo 13,5878 b ± 0,6 Indragiri 14,2574 bc ± 0,2 Silugonggo 12,5239 d ± 0,4 Ciherang 14,8835 c ± 0,6 Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata satu sama lain Uji Duncan pada p=0,05 Hasil penelitian menunjukkan bahwa beras varietas Batutegi me miliki indeks kepekaan tert inggi d ibandingkan beras la innya, disusul oleh be ras varieta s Ciherang, Mambera mo, Indragiri, dan Silugonggo. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa beras varietas Batutegi sangat peka susceptible terhadap serangan Sitophilus zeamais dan Silugonggo merupakan varietas beras yang lebih resisten terhadap seranga Sitophilus zeamais. Berdasarkan analisis sidik raga m diketahui bahwa perbedaan varietas me miliki pengaruh yang nyata terhadap indeks perke mbangan Sitophilus zeamais. Menurut Haryadi 2008 ketahanan gabah beras terhadap serangan serangga hama selama penyimpanan diduga dipengaruhi oleh keke rasan endosperma, kandungan protein, amilosa, le ma k dan ukuran granula pati serta ukuran serangga penyerangnya. Sela in itu, 17 kerapatan kulit dan keke rasan biji-b ijian berkaitan dengan ketahanan biji-b ijian terhadap serangan hama sela ma masa penyimpanan. Kerusakan ka rena serangan hama leb ih banyak terjadi pada gabah yang me miliki seka m yang ikatannya longgar. Sifat me kanis seka m seperti keke rasan, kerapuhan, dan kemudahan terpotong diduga juga berkaitan dengan kemudahan diserang oleh serangga. Kerentanan ini ke mungkinan dipengaruhi oleh kandungan amilosa yang tinggi pada beras varietas Silugonggo sehingga berpengaruh terhadap sifat antifeedant, dimana sifat ini me mpengaruhi selera makan bagi induk pada masa infestasi atau saat stadium la rva. Daya antifeedant tidak bersifat me mbunuh, menangkis atau menje rat tetapi leb ih bersifat menghalangi kegiatan ma kan serangga Boror, 1992. Dobie 1974 menyatakan bahwa terdapat korelasi negatif antara indeks kepekaan terhadap kandungan amilosa pada jagung. Se ma kin tinggi kandungan amilosa sema kin rendah tingkat kepekaan biji-bijian terhadap serangan Sitophilus zeamais. Tetapi kandungan amilosa tidak dapat dijadikan satu-satunya faktor yang me mpengaruhi tingkat kepekaan biji- bijian. Hal ini d ika renakan a milosa dapat me mpengaruhi ko mponen atau atribut la in pada biji-b ijian seperti kekerasan biji. Ko mponen utama pada beras sosoh adalah 75 karbohidrat dan 8 protein pada kadar a ir 14. Sebagian besar ka rbohidrat disusun atas pati dan hanya sebagian kecil pentosa, selulos a, hemiselulosa, dan gula. Pati beras terdiri atas rangkaian α -D-glukosa yang terdiri atas fraksi berantai lurus yaitu a milosa dan fraksi berantai cabang yaitu amilopektin Ha ryadi, 2008. Menurut Baker 1982 a milosa merupakan feeding deterrent, sedangkan amilopektin me rupakan feeding stimulant bagi Sitophilus zeamais. Sifat ini terka it dengan ke ma mpuan Sitophilus zeamais dala m mencerna ma kanannya yang dominan karbohidrat. Sitophilus zeamais memiliki α-amilase yang dapat memecah baik amilosa maupun amilopektin. Pada awal pe mecahan amilosa, maltodekstrin terbentuk akibat akt ivitas enzimatik pada proses pencernaan. Rantai ma ltodekstrin jauh lebih la mbat dih idrolisis menjad i g lukosa sehingga proses pencernaan Sitophilus zeamais a kan men jadi lebih la mbat dan pada a khirnya mengganggu pertumbuhannya.

4. Laju Perkembangan Intrinsik Rm