Periode Perkembangan D KARAKTERISTIK DINAMIKA POPULASI SERANGGA

14 ini ke mungkinan disebabkan berbagai fa ktor yang saling berhubungan seperti stimulan oviposisi yang me mpengaruhi peleta kan telur dan kua litas biji beras. Stimu lan do minan berasal dari e mb rio b iji beras sosoh. Sifat fisiologis dan ko mposisi kimia erat kaitannya terhadap tahap perke mbangan serangga khususnya pada saat tahap larva. Menurut Vowotor et al. 1994 sifat fisio logis dan kimia wi suatu biji-bijian me mpengaruhi perke mbangan la rva Sitophilus zeamais. Pada biji jagung yang telah dibuang kulit dan endospermanya, pertu mbuhan larva cenderung lebih la ma dan tingkat ke matian larva lebih t inggi dibandingkan larva pada jagung utuh. Hal ini disebabkan kandungan gizi yang tidak seimbang dimana pada perlakuan perta ma ko mposisi karbohidrat sangat dominan. M iskinnya kandungan gizi me mbuat kebutuhan gizi la rva tidak terpenuhi dan mengganggu proses perkembangannya. Perbedaan total populasi Sitophilus zeamais diduga karena perbedaan sifat-sifat fisiologis dan kimiawi dari masing-masing varietas beras. Komposisi kimia seperti kandungan amilosa dan protein dan fisiologis seperti keke rasan dan kerapatan biji-bijian menjad i fa ktor yang me mpengaruhi pertu mbuhan larva dan serangga Sitophilus zeamais. La ju pertu mbuhan populasi turunan pertama Sitophilus zeamais pada beras dapat dilihat pada La mpiran 1. Ga mba r 1 menujukkan gra fik laju pe rta mbahan populasi F1 Sitophilus zeamais. Ga mbar 1. Grafik laju perta mbahan populasi turunan pertama F1 S. zeamais pada lima varietas beras.

2. Periode Perkembangan D

Periode perke mbangan D merupakan wa ktu yang diperlukan oleh serangga untuk perke mbangan dari imago men jadi imago lagi. Pe riode perke mbangan ini dapat juga disebut sebagai periode siklus hidup. Dengan semakin pen deknya periode perke mbangan ma ka siklus hidup serangga tersebut semakin cepat dan serangga juga ma kin cepat berke mbang. Nila i rata-rata hasil pengujian terhadap nilai periode perke mb angan dapat dilihat pada Tabel 5. 20 40 60 80 100 120 140 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 Jum la h se ra ng g a t ur una n pe rt a m a F1 k um ul a ti f Hari Ciherang Indragiri Mamberamo Silugonggo Batutegi 15 Tabel 5. Nila i rata-rata periode perke mbangan S. zeamais pada media beras Varietas Periode Perke mbangan hari Batutegi 31,0 a ± 1,0 Silugonggo 32,3 a ± 0,6 Indragiri 31,3 a ± 1,2 Mambera mo 35,3 b ± 1,5 Ciherang 31,0 a ± 1,0 Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata satu sama lain Uji Duncan pada p=0,05 Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa secara absolut beras varietas Batutegi dan Ciherang me miliki nila i periode perke mbangan terkecil dibandingkan jen is beras lainnya, disusul oleh beras varietas Indragiri, Silugonggo, dan Mambera mo. Dari hasil tersebut diketahui bahwa periode perke mbangan serangga Sitophilus zeamais dari telur hingga dewasa terla ma terdapat pada beras varietas Batutegi dan Cihe rang sedangkan periode perke mbangan terla ma pada beras varietas Mambera mo. Berdasarkan analisis sidik raga m pada La mpiran 6, diketahui bahwa perbedaan varietas berpengaruh nyata terhadap periode perke mbangan Sitophilus zeamais. Beras varietas Batutegi, Ciherang, Indragiri, dan Silugonggo berbeda nyata terhadap beras varietas Mambera mo. Periode perke mbangan dipengaruhi oleh ko mposisi kimia dan kara kteristik fisik da ri masing-masing substrat serangga. Hasil penelitian yang dilakukan Tarmudji 2008 didapatkan hasil periode perke mbangan Sitophilus zeamais pada lima jenis varietas sorgum sebesar 53-57 hari. Pada penelit ian yang lain didapatkan bahwa periode pe rke mbangan beras serangga pada enam jen is varietas beras pecah kulit sebesar 32-33 hari Ro juddin, 1998. Dan menurut Kusumaningru m 1997 la ma penyimpanan gabah berpengaruh terhadap periode perke mbangan serangga dimana periode perke mbangan serangga semakin cepat seiring dengan lama penyimpanan gabah. Terlihat bahwa terdapat ke raga man periode perke mbangan Sitophilus zeamais. Hal in i disebabkan oleh faktor intrinsik seperti ko mposisi kimia substrat dan faktor ekstrinsik seperti pengaruh lingkungan. Periode perke mbangan Sitophilus zeama is dipengaruhi oleh media perke mbangbiakannya. Serangga sebelum me makan media a kan me laku kan pengenalan dan orientasi terhadap bahan makanannya. De mikian juga pada proses peletakan telur, serangga akan mela kukan identifikasi te rhadap media pe letakan telur. Jika media t idak sesuai ma ka serangga dewasa akan menahan proses bertelur bahkan pada kondisi ekstrim te lur tersebut dapat diserap kembali Atkins, 1980. Menurut Vowotor 1992 kandungan nutrisi media penting dalam perke mbangan Sitophilus zeamais. Periode perke mbangan Sitophilus zeamais lebih la ma pada biji jagung yang lapisan embrionya dibuang dibandingkan pada biji jagu ng utuh. 16 Menurut Vowotor et al. 1994 terdapat hubungan antara waktu penetasan telur Sitophilus zeamais dengan suhu. Waktu inkubasi te lur se makin meningkat seiring dengan penurunan suhu. Tetapi, suhu bukan merupakan satu -satunya yang menyebabkan perbedaan waktu in kubasi. Perbedaan waktu in kubasi ini dipe rcaya terkait dengan mikroiklim pada biji jagung. Sehingga terdapat suatu sistem ko mp leks di dala m biji-bijian yang dapat me mpengaruhi wa ktu penetasan telur Sitophilus zeamais. Oviposisi induk Sitophilus zeamais me miliki peranan dalam periode perke mbangan serangga. Perke mbangan larva Sitophilus zeamais sangat dipengaruhi oleh makanannya. La rva dari telur yang diletakkan jauh dari e mbrio biji a kan me miliki periode perke mbangan yang lebih la ma dibandingkan larva dari telur yang diletakkan pada atau dekat e mb rio biji. La rva dari telur yang diletakkan jauh dari e mb rio b iji hanya akan mendapatkan sumber nutrisi berasal dari endosperma sedangkan la rva dari telur yang diletakkan pada atau dekat embrio biji a kan me miliki a kses nutrisi pada embrio dan endosperma Kossou et al. 1992.

3. Indeks Perkembangan ID