18
Tabel 7. Nila i rata-rata perke mbangan intrinsik S. zeamais pada media beras Varietas
La ju Pe rke mbangan Intrinsik Batutegi
0,5867 a ± 0,01 Mambera mo
0,4944 bc ± 0,02 Indragiri
0,4831 c ± 0,01 Silugonggo
0,3781 d ± 0,02 Ciherang
0,5216 b ± 0,12 Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata satu sama
lain Uji Duncan pada p=0,05 Hasil penelit ian menunjukkan bahwa beras varietas Batutegi me miliki n ila i la ju
perke mbangen intrinsik tertinggi dibandingkan beras varieats la innya, disusul oleh beras varietas Mambera mo , Ciherang, Indragiri, dan Silugonggo. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa varietas beras yang sesuai sebagai habitat dan ma kanan Sitophilus zeamais adalah beras varietas Batutegi dan yang kurang sesuai sebagai habitat dan makanan adalah beras
varietas Silugonggo. Berdasarkan analisis sidik raga m pada La mpiran 10 d iketahui bahwa perbedaan varietas beras me miliki perbedaan yang nyata terhadap nila i perke mbangan
intrinsik Sitophilus zeamais. Kesesuaian habitat dan ma kanan bagi Sitophilus zeamais terka it dengan ko mposisi
amilosa dan a milopektin pada beras. Beras varietas Silugonggo me miliki kandungan amilosa tertinggi dibandingkan beras varietas la innya. Tingginya kadar a milosa pada beras akan
me mpengaruhi pertumbuhan Sitophilus zeamais khususnya pada tahap larva dimana me mbutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk perke mb angan ke tahap pupa. Ba ker dan
Woo 1992 menunjukkan bahwa la rva Sitophilus sp. tidak dapat hidup jika hanya mengkonsumsi a milosa sebagai sumber karbohidrat terka it dengan ke ma mpuan sistem enzim
di dala m tubuh serangga.
5. Kapasitas Multiplikasi Mingguan λ
Nilai Multiplikasi mingguan λ menunjukkan kemampuan dari seekor induk untuk menggandakan populasi dalam waktu satu minggu. Dengan semakin tinggi nila i mult iplikasi
mingguan ma ka ke ma mpuan seekor induk untuk menggandakan populasi semakin t inggi sehingga populasi akan se makin banyak. Nila i rata-rata hasil pengujian terhadap nilai
kapasitas multip likasi mingguan dapat dilihat pada Tabel 8.
19
Tabel 8. Nila i rata-rata kapasitas mu ltip likasi mingguan S. zeamais padamedia beras
Varietas La ju Pe rke mbangan Intrinsik
Batutegi 1,7981 a ± 0,02
Mambera mo 1,6398 bc ± 0,03
Indragiri 1,6211 c ± 0,01
Silugonggo 1,4596 d ± 0,02
Ciherang 1,6851 b ± 0,05
Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata satu sama lain Uji Duncan pada p=0,05
Hasil penelit ian menunjukkan bahwa beras varietas Batutegi me miliki nilai kapasitas multip likasi tertinggi d ibandingkan beras varietas lainnya, disusul oleh
Mambera mo, Ciherang, Indragiri, dan Silugonggo. Be rdasarkan hasil analisis sid ik raga m pada La mpiran 12 diketahui bahwa perbedaan varietas berpengaruh nyata terhadap nilai
kapasitas multip likasi mingguan Sitophilus zeamais. Nila i kapasitas mingguan Sitophilus zeamais pada media beras berkore lasi negatif
terhadap kandungan amilosa dimana secara u mu m ma kin tinggi kandungan amilosa maka semakin rendah nilai kapasitas multip likasi mingguan. Penelit ian yang dila kukan oleh Ba ker
1987 pada lima bahan pangan sumber ka rbohidrat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perke mbangan Sitophilus zeamais yang diyakini disebabkan oleh perbedaan komposisi
amilosa-amilopektin dan bentuk struktur pada pati. Dengan mengetahui nilai Rm dan λ maka dapat diperkirakan serangga yang
terbentuk dalam jangka waktu tertentu minggu. Se lanjutnya jumlah serangga yang terbentuk tersebut dapat digunakan untuk menduga ju mlah kerusakan yang akan terjadi.
Sebagai contoh dari hasil penelitian yang dilaku kan dipero leh bahwa beras varietas Batutegi, Ciherang, Indragiri, Ma mbera mo, dan Silugonggo me miliki nilai Rm berturut-turut sebesar
0,5867, 0,5216, 0,4831, 0,4944 dan 0,3781 dan nilai λ berturut-turut sebesar 1,7901, 1,6851,
1,6212, 1,6398 dan 1,4596. Misalnya ju mlah serangga yang diinfestasikan adalah 5 pasang 10 e kor maka setelah tiga bulan 12 minggu penyimpanan, ju mlah serangga yang
terbentuk pada media beras dari varietas Batutegi, Ciherang, Indragiri, Ma mbe ra mo, dan Silugonggo berturut-turut adalah 11.494, 5.455, 3.306, 3849 dan 948 eko r serangga.
B. KARAKTERISTIK KEHILANGAN BOBOT