19
Tabel 8. Nila i rata-rata kapasitas mu ltip likasi mingguan S. zeamais padamedia beras
Varietas La ju Pe rke mbangan Intrinsik
Batutegi 1,7981 a ± 0,02
Mambera mo 1,6398 bc ± 0,03
Indragiri 1,6211 c ± 0,01
Silugonggo 1,4596 d ± 0,02
Ciherang 1,6851 b ± 0,05
Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata satu sama lain Uji Duncan pada p=0,05
Hasil penelit ian menunjukkan bahwa beras varietas Batutegi me miliki nilai kapasitas multip likasi tertinggi d ibandingkan beras varietas lainnya, disusul oleh
Mambera mo, Ciherang, Indragiri, dan Silugonggo. Be rdasarkan hasil analisis sid ik raga m pada La mpiran 12 diketahui bahwa perbedaan varietas berpengaruh nyata terhadap nilai
kapasitas multip likasi mingguan Sitophilus zeamais. Nila i kapasitas mingguan Sitophilus zeamais pada media beras berkore lasi negatif
terhadap kandungan amilosa dimana secara u mu m ma kin tinggi kandungan amilosa maka semakin rendah nilai kapasitas multip likasi mingguan. Penelit ian yang dila kukan oleh Ba ker
1987 pada lima bahan pangan sumber ka rbohidrat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perke mbangan Sitophilus zeamais yang diyakini disebabkan oleh perbedaan komposisi
amilosa-amilopektin dan bentuk struktur pada pati. Dengan mengetahui nilai Rm dan λ maka dapat diperkirakan serangga yang
terbentuk dalam jangka waktu tertentu minggu. Se lanjutnya jumlah serangga yang terbentuk tersebut dapat digunakan untuk menduga ju mlah kerusakan yang akan terjadi.
Sebagai contoh dari hasil penelitian yang dilaku kan dipero leh bahwa beras varietas Batutegi, Ciherang, Indragiri, Ma mbera mo, dan Silugonggo me miliki nilai Rm berturut-turut sebesar
0,5867, 0,5216, 0,4831, 0,4944 dan 0,3781 dan nilai λ berturut-turut sebesar 1,7901, 1,6851,
1,6212, 1,6398 dan 1,4596. Misalnya ju mlah serangga yang diinfestasikan adalah 5 pasang 10 e kor maka setelah tiga bulan 12 minggu penyimpanan, ju mlah serangga yang
terbentuk pada media beras dari varietas Batutegi, Ciherang, Indragiri, Ma mbe ra mo, dan Silugonggo berturut-turut adalah 11.494, 5.455, 3.306, 3849 dan 948 eko r serangga.
B. KARAKTERISTIK KEHILANGAN BOBOT
1.
Persen Biji Berlubang
Persen biji berlubang merupakan salah satu parameter dala m me lihat tingkat kerusakan dala m bahan pangan biji-bijian. Walaupun demikian para meter in i tidak
menunjukkan tingkat kerusakan spesifik ka rena adanya hidden infestation. Hidden infestation me rupakan serangan hama pascapanen yang tidak dapat dilihat secara kasat mata. Lubang
20
yang dibuat oleh induk Sitophilus zeamais untuk me letakkan telur akan ditutupi oleh cairan seksresi yang dihasilkan o leh kelen jar mu lut. Secara kasat mata lubang tersebut tidak a kan
terlihat. Pada saat penghitungan biji berlubang, biji yang dihitung merupakan b iji yang secara kasat mata dapat terlihat. Lubang ini pada u mu mnya adalah lubang tempat ke luarnya
serangga Sitophilus zeamais dewasa. Sehingga kemungkinan biji rusak akibat infestasi telur, larva maupun pupa tidak terhitung. Hidden infestation dapat dideteksi dengan menggunakan
metode tertentu. Nila i rata-rata hasil pengujian terhadap nilai persen biji berlubang dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Nila i rata-rata persen biji berlubang Varietas
Biji Berlubang Batutegi
21,93 a ± 3,5 Mambera mo
12,27 bc ± 3,5 Indragiri
14,49 b ± 4,9 Silugonggo
10,94 c ± 3,0 Ciherang
13,80 bc ± 3,1 Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata satu sama
lain Uji Duncan pada p=0,05 Hasil penelit ian menunjukkan bahwa beras varietas Batutegi me miliki persen biji
berlubang tertinggi dibandingkan beras varietas lainnya, disusul oleh Indragiri, Ciherang, Mambera mo, dan Silugonggo. Berdasarkan hasil analisis sidik raga m pada La mp iran 14,
diketahui bahwa perbedaan varietas me miliki pengaruh nyata terhadap persen biji berlubang akibat serangan serangga Sitophilus zeamais.
Infestasi telur o leh induk betina Sitophilus zeamais dipengaruhi oleh kuantitas biji dan kepadatan populasi. Se makin t inggi kuantitas biji maka ke mungkinan infestasi telur leb ih
dari satu per biji sema kin kecil. Infestasi lebih dari satu telur pada biji dapat mengakibatkan kanibalis me antara larva yang akan mengakibatkan berkurangnya jumlah Sitophilus zeamais
yang keluar Danho et al., 2001. Sela in itu, fa ktor yang me mpengaruhi perke mbangan Sitophilus zeamais khususnya
pada tahap larva adalah kandungan amilosa. Pene lit ian yang dila kukan o leh Rhine dan Staple 1968 tentang pengaruh amilosa terhadap pertumbuhan larva dan ju mlah dewasa Sitophilus
oryzae yang terbentuk menyimpu lkan bahwa terdapat korelasi negatif antara pertu mbuhan serangga dengan kandungan amilosa. Se ma kin tinggi kadar a milosa pada biji-b ijian maka
semakin t inggi larva yang mati dan sema kin rendah serangga dewasa yang selamat. Tetapi hal in i bukan fa ktor tunggal yang me mpengaruhi kepekaan bi ji-bijian terhadap serangan
hama serangga. Terdapat beberapa faktor lain yang saling terhubung yang menyebabkan kerentanan biji-bijian seperti ke kerasan, bentuk, ke le mbaban, dan la in sebagainya.
21
2.
Persen Kehilangan Bobot
Kehilangan bahan pangan selama penyimpanan dapat disebabkan oleh perubahan kimia wi dala m bahan pangan, perkembangan mikroorganisme , serangga, rodenta, kesalahan
penangan manusia, penggunaan wadah penyimpanan yang tidak baik, dan kondisi penyimpanan yang tidak baik. Jenis -jen is kehilangan selama penyimpanan diantaranya
kehilangan bobot, kehilangan nila i pangan, kehilangan mutu dan keamanan pangan serta kehilangan benih.
Persen kehilangan bobot merupakan salah satu parameter dala m me lihat tingkat kerusakan bahan pangan walaupun tidak men unjukkan t ingkat ke rusakan spesifik ka rena
potensi adanya hidden infestation. Persen kehilangan bobot dapat dihitung dengan beberapa metode diantaranya formu la Krisnamurty, Ada m, de Luca, Haryadi, dan sebagainya. Masing -
masing formula digunakan untuk kepentingan dan keadaan yang berbeda. Dala m penelit ian ini, d igunakan formula Ada m untuk menghitung persen kehilangan bobot. Nila i rata-rata
kehilangan bobot berdasarkan metode Adam dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai rata-rata persen kehilangan bobot
Varietas Kehilangan Bobot
Batutegi 16,00 a ± 5,4
Mambera mo 13,13 bc ± 1,6
Indragiri 14,01 c ± 3,3
Silugonggo 12,45 c ± 3,5
Ciherang 15,87 a ± 1,8
Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata satu sama lain Uji Duncan pada p=0,05
Hasil penelit ian menunjukkan bahwa beras varietas Batutegi me miliki persentase terbesar dibandingkan beras varietas lainnya, disusul oleh Ciherang, Indragiri, Ma mbera mo,
dan Silugonggo. Berdasarkan analisis sidik raga m pada La mpiran 16, perbedaan varietas berbeda nyata terhadap tingkat ketahanan beras terhadap serangan Sitophilus zeamais. Hasil
ini ke mungkinan d isebabkan oleh ko mposisi gizi pada beras. Beras yang digunakan me rupakan beras sosoh yang lapisan aleuronnya telah dib uang mela lui proses penyosohan.
Kandungan gizi pada beras me mpengaruhi pertu mbuhan serangga. Serangga me mbutuhkan ko mposisi gizi yang mencukupi untuk tu mbuh dan berke mbang. Pada beras,
lapisan aleuron merupakan lapisan yang kaya gizi, serat, le ma k dan protein Ha ryadi, 2008. Ko mponen gizi ini d iperlu kan untuk pertumbuhan optima l larva serangga.
Kehilangan bobot dipengaruhi oleh kepadatan infestasi telur per satuan biji. Biji yang diinfestasikan leb ih dari satu telur akan me miliki kehilangan bobot yang lebih besar
dibandingkan biji dengan infestasi satu telur Sitophilus zeamais. Walaupun secara umum berat dari larva dan serangga dewasa yang terbentuk dari telur yang diinfestasikan pada satu
biji leb ih besar dibandingkan larva dan serangga yang berasal dari in festas i dua atau lebih telur dala m satu biji Ada ms, 1976.
22
Sela in itu, besar biji juga me mpengaruhi in festasi dari Sitophilus sp. Induk betina me la kukan in festasi pada biji-bijian yang berukuran besar lebih cepat dibandingkan biji-
bijian yang berukuran kecil. Seh ingga oviposisi pada biji-b ijian berukuran besar lebih t inggi dibandingkan biji-b ijian beru kuran kecil. Ke mungkinan infestasi lebih dari satu pun lebih
tinggi pada biji-bujian berukuran besar Ca mpbel, 2001. Menurut Dobie 1974 fa ktor yang me mpengaruhi in festasi Sitophilus zeamais pada
biji-b ijian salah satunya adalah kekerasan biji-b ijian. A milosa lebih berperan terhadap tahap larva serangga dimana a kan me mpengaruhi t ingkah la ku dan perke mbangan larva.
C. KORELASI PARAMETER-PARAMETER RESISTENSI