Hubungan antara Komunitas Rayap dengan Parameter Lingkungan

30 Tabel 7 Parameter yang digunakan sebagai indikator tingkat gangguan habitat HL I WW II HP III AF IV PM V Tumbuhan atas 3050ha LBD 115.95 m 2 ha 1200ha, LBD 76.06 m 2 ha 850ha LBD 92.20 m 2 ha 1050ha LBD 21.98 m 2 ha 900ha LBD 9.17 m 2 ha Tajuk 3 lapisan, rapat 2 lapis, rapat 2 lapis, terbuka 2 lapis, lebih terbuka 1 atau 2 lapis, sangat terbuka Keberadaan tumbuhan bawah Tanah tertutup rapat, tumbuhan bawah tinggi, 168.5m 2 Tanah tertutup rapat, tapi tidak tinggi, 90.5m 2 Tanah tertutup rapat, tapi tidak tinggi 133.0m 2 Tanah kurang tertutup rapat, rendah 270.5m 2 Tanah banyak yang terbuka, rendah 155.3m 2 Paparan sinar matahari Tidak tembus Tidak tembus Tembus Sangat tembus Sangat tembus sekali Aksesibilitas Sangat jarang berburu dan mencari rumput Jarang mencari rumput, jalan alternatif Sering penyadapan pinus, ada ladang, dekat permukiman ±200 m Sering, lahan pertanian semusim Sangat sering, pertanian dan permukiman Keberadan Tidak diketahui 1980 1980 1995 Tidak diketahui Keterangan kode tipe penggunaan lahan merujuk pada Tabel 1. Keterangan huruf romawi pada keterangan tipe penggunaan lahan menunjukan tingkat ketergangguan habitat. Sumber pengukuran di lapangan berdasarkan Bickel dan Watanasit 2004 dan Koneri 2007 yang telah dimodifikasi.

C. Hubungan antara Komunitas Rayap dengan Parameter Lingkungan

Kekayaan spesies rayap, biomassa rayap, kelimpahan relatif rayap, kemerataan spesies rayap dan keanekaragaman rayap memiliki hubungan antar masing-masing parameter serta memiliki korelasi positif. Sedangkan, hubungan antara tingkat gangguan habitat dan tipe penggunaan lahan menunjukan korelasi positif namun hubungannya rendah. Kekayaan spesies rayap, biomassa rayap, kelimpahan relatif rayap, kemerataan spesies rayap dan keanekaragaman hayati rayap menunjukan penurunan dengan peningkatan gangguan habitat dan tipe penggunaan lahan Gambar 15. Namun, keanekaragaman hayati rayap tidak berkorelasi dengan tipe penggunaan lahan. Tingkat gangguan habitat merupakan penyebab utama dari menurunnya struktur komunitas rayap dan pengaruhnya nyata λ = 0.38, p = 0.038, F = 4.84, sedangkan tipe penggunaan lahan merupakan penyebab kedua dari penurunan struktur komunitas rayap, namun pengaruhnya tidak nyata λ = 0 , p = 0.965, F = 0.07 Tabel 8. 31 Tabel 8 Ringkasan hasil ordinasi RDA pengaruh parameter lingkungan terhadap struktur komunitas rayap pada lima tipe penggunaan lahan yang berbeda di Gunung Slamet bagian Timur Sumbu 1 2 3 4 Akar ciri eigen value 0.268 0.080 0.303 0.192 Korelasi struktur komunitas rayap-lingkungan 0.825 0.656 0.000 0.000 Total inersia = 1.000 Persentase variasi 77.0 100.0 Parameter lingkungan λ p F Tingkat gangguan habitat TK 0.38 0.038 4.84 Tipe penggunaan lahan PL 0.00 0.965 0.07 Gambar 15 Ordinasi RDA antara tingkat gangguan habitat TK, tipe penggunaan lahan PL dengan kemerataan spesies E, biomassa BM, kelimpahan relatif KR dan keanekaragaman spesies H serta kekayaan spesies S rayap pada lima tipe penggunaan lahan yang berbeda di Gunung Slamet bagian Timur. Keterangan: panjang anak panah menunjukan kekuatan korelasi antar parameter. Parameter dengan arah anak panah yang sama berarti berkorelasi positif, sedangkan arah anak panah yang berlawanan berarti berkorelasi negatif dan arah anak panah yang tegak lurus antar parameter berarti tidak berkorelasi. Semakin kecil sudut yang terbentuk antara dua parameter berarti semakin tinggi korelasinya Braak Smilauer 2002. -1.5 1.0 -0.8 0.2 BM KR S H E TK PL 32 Kondisi lingkungan habitat mempengaruhi keberadaan beberapa spesies rayap Gambar 16. P. semarangi merupakan spesies yang paling terpengaruh terhadap perubahan parameter lingkungan karena P. semarangi paling banyak parameter lingkungan yang mempengaruhi yaitu: luas bidang dasar, keanekaragaman tumbuhan bawah, bulk density, ketebalan serasah, laju dekomposisi, dan keanekaragaman tumbuhan atas. Sedangkan, Macrotermes gilvus dan Microtermes insperatus terpengaruh oleh satu parameter lingkungan saja yaitu pH untuk M. gilvus dan kandungan nitrogen total untuk Microtermes insperatus. Keberadaan spesies rayap S. javanicus, Procapritermes setiger, N. matangensis dan N. javanicus terpengaruh oleh beberapa parameter lingkungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 16. Parameter lingkungan yang paling berpengaruh terhadap keberadaan spesies rayap adalah ketebalan serasah λ = 0.30, p = 0.03, F = 3.43 sedangkan parameter lingkungan yang lain tidak berpengaruh secara nyata secara statistik Tabel 9. Tabel 9 Ringkasan hasil ordinasi CCA dari parameter lingkungan yang mempengaruhi keberadaan spesies rayap pada lima tipe penggunaan lahan yang berbeda di Gunung Slamet bagian Timur Sumbu 1 2 3 4 Akar ciri eigen value 0.515 0.275 0.171 0.090 Korelasi struktur komunitas rayap-lingkungan 1.000 1.000 1.000 1.000 Total inersia = 1.096 Persentase variasi 47.0 72.1 87.7 95.6 Parameter lingkungan λ p F Ketebalan serasah KSE 0.30 0.030 4.34 Bulk density BD 0.20 0.160 1.73 Keanekaragaman tumbuhan atas KTA 0.18 0.225 1.33 pH pH 0.14 0.290 1.25 Luas bidang dasar LBD 0.13 0.130 3.27 Laju dekomposisi R 0.07 0.495 0.94 Kandungan nitrogen total NTO 0.06 1.000 0.00 Kandungan karbon organik COR 0.02 0.765 0.40 Keanekaragaman tumbuhan bawah KTB 0.00 1.000 0.00 33 Gambar 16 Ordinasi CCA parameter lingkungan → dengan spesies rayap . pada lima tipe penggunaan lahan yang berbeda di Gunung Slamet bagian Timur. Keterangan kode parameter lingkungan singkatan dengan huruf kapital sesuai yang tertera pada Tabel 9. Keterangan kode spesies rayap singkatan dengan format italik sesuai yang tertera pada Tabel 2. Panjang anak panah mengidentifikasikan kuatnya parameter lingkungan yang mempengaruhi pola perubahan komposisi spesies Braak Smilauer 2002. -0.6 1.0 -0.4 0.6 Mic Mac Nj a Nma Per Pro Sch pH COR NTO BD HTB LBD HTA KSE R

V. PEMBAHASAN