48
F. Komunitas Rayap sebagai Bioindikator
Pada penelitian ini kelompok rayap pemakan tanah merupakan kelompok rayap yang paling peka terhadap gangguan habitat. Habitat yang terganggu
komposisi jenis antara rayap pemakan tanah dengan pemakan kayu makin menurun. Bahkan, pada habitat dengan tingkat gangguan yang tinggi rayap
pemakan tanah tidak muncul pada habitat tersebut Gambar 14. Beberapa penelitian yang sama, juga melaporkan bahwa kelompok rayap pemakan tanah
paling terpengaruh terhadap tingkat gangguan habitat seperti rayap dari genus Procapritermes, Pericapritermes dan Termes Eggleton Bignel 1995; Eggleton
et al. 1995; 1996; 1999; 2002; Gathorne-Hardy Jones. 2000; Gahtorne-Hardy et al. 2002 Jones Prasetyo 2002; Davies et al. 2003; Gillison et al. 2003; Jones et
al. 2003. Kekayaan spesies rayap semakin menurun dengan meningkatnya tingkat gangguan habitat Eggleton et al. 2002. Respons kelompok rayap
pemakan tanah terhadap tingkat gangguan habitat dapat digunakan sebagai bioindikator kualitas lingkungan.
Hal ini sesuai dengan pendapat McGeoch 1998 yang menyatakan bahwa bioindikator adalah organisme atau kelompok organisme yang menunjukan
sensitivitas atau toleransi terhadap kondisi lingkungan sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai alat penilai kondisi lingkungan. Spesies indikator adalah
spesies yang memiliki amplitudo terhadap satu atau beberapa pengaruh faktor lingkungan yang sempit.
Usulan untuk menggunakan rayap sebagai bioindikator telah dikemukan oleh Speight et al. 1999; Jones Eggleton 2000; dan Vanclay 2004.
Informasi dasar dari rayap juga sudah diperoleh sebagai pembanding dengan tingkat gangguan yang lain. Hilty dan Merenlender 2000 menyatakan bahwa
organisme yang akan dijadikan sebagai bioindikator harus menunjukan perubahan respons terhadap perubahan tekanan yang terjadi. Namun, respons perubahan
memiliki kepekaan yang tidak kuat. Karena bila responsnya terlalu kuat maka akan memberikan informasi yang tidak tepat. Kelompok spesies rayap pemakan
tanah memiliki respons terhadap tingkat perubahan tekanan yang bertahap. Ini ditandai dengan penurunan kelimpahan relatif dan jumlah spesies rayap pemakan
49 tanah yang menurun secara bertahap dalam merespons perubahan tingkat
gangguan habitat. Namun, kecenderungannya tidak konstan. Pemilihan rayap sebagai bioindikator juga didukung oleh adanya metode
standar yang dapat digunakan secara luas. Selain, tentang informasi biologi, suatu bioindikator juga harus memiliki suatu metode yang aplikatif dan mudah
digunakan serta dapat dianalisis secara statistik Hilty Merenlender 2000; Hodkinson Jackson 2005. Rayap mudah diukur, jumlahnya melimpah,
taksonominya jelas sehingga mempermudah penggunaan rayap sebagai bioindikator. Serta memiliki tipe makanan yang khusus, yaitu memakan selulosa
Hilty Merenlender 2000.
VI. SIMPULAN DAN SARAN