Fungsi kendala konversi lahan terbangun

Upaya mencapai ruang terbuka hijau sebesar 30 dari luas wilayahnya, maka minimal luas ruang terbuka hijau di kecamatan Cileduk seluas 265 ha, dan kecamatan larangan seluas 244,1 ha. Dengan demikian maka masih terdapat kekurangan luas ruang terbuka hijau pada kecamatan Cileduk seluas 59 ha dan Larangan seluas 136,4 ha.

4.2. Strategi pengendalian Ruang Terbuka Hijau

Pengendalian apapun yang kita lakukan sebaiknya sebelum masalah-masalah timbul, atau akan ada masalah dikemudian hari, sehingga apa yang menjadi tujuan akan berhasil secara efektip dan efisien. Pembangunan daerah khususnya Kota Tangerang membutuhkan adanya penerimaan atau pendapatan asli daerah PAD. Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang yang berhubungan erat dengan keberadaan ruang terbuka hijau RTH adalah penerimaan yang bersumber dari retribusi Izin Mendirikan Bangunan IMB dan Pajak Bumi dan Bangunan PBB. Dua sumber penerimaan asli daerah ini IMB dan PPB merupakan faktor penting yang menentukan perubahan lahan terbuka hijau. Data penerimaan PAD dari IMB dan PBB beberapa kurun waktu terakhir tertera pada Tabel 4. Tabel. 4 Penerimaan asli daerah dari retribusi IMB dan PBB di Kota Tangerang Tahun IMB Rp. PBB Rp. Peningkatan IMB PBB 2001 5.009.000.000 82.025.589 - - 2002 5.604.000.000 97.568.255 11,8 18,9 2003 10.271.062.922 114.765.872 83,3 17,6 2004 10.006.328.571 132.687.117 -2,6 115,6 2005 12.025.728.738 146.687.000 20,2 10,5 2006 8.639.128.490 177.589.133 -28,2 21,1 2007 11.102.792.245 194.185.332 28,5 9,3 Rata-Rata 16,4 27,58 Sumber: Kantor KPP Kota Tangerang dan Dinas Penanaman Modal dan Perizinan 2008 Data diolah 2012 Penerimaan asli daerah Kota Tangerang Tabel 4,dari penerimaan IMB mengalami peningkatan rata-rata sebesar 16,4 per tahun dan dari PBB mengalami peningkatan rata-rata 27,9 per tahun. Meningkatnya restribusi yang diterima dari IMB mengindikasikan semakin banyaknya izin yang diberikan untuk pembangunan perumahan dan bagunan. Pajak bumi dan bangunan terkait dengan lokasi, dan luas bangunan. Peningkatan pajak bumi dan bangunan mengindikasikan pembagunan makin banyak. Dengan demikian baik IMB maupun PBB berpotensi terhadap peningkatan laju konversi lahan terbuka hijau menjadi lahan terbagun. Gambar 8dan 9 memperlihatkan dan membandingkan penutupan lahan di Kota Tangerang pada dua titik tahun yaitu tahun 1991 dan tahun 2005. 49 Gambar. 8 Peta Pengunaan Lahan Kota Tangerang Tahun 1991 50 Gambar9 . Peta Pengunaan Lahan Kota Tangerang Tahun 2005 Gambar 8 dan 9 menunjukan bagaimana pola konversi yang terjadi di Kota Tangerang selama 14 Tahun, dari tahun 1991 sampai dengan Tahun 2005, yang jika diterjemahkan bagaimana laju konversi dan perubahan yang terjadi, seperti dalam Tabel 5 di bawah ini. Tabel. 5 Pola Konversi Lahan dan Perubahannya dari Thn 1991 sd 2005 Kota Tangerang Jenis Pengunaan Lahan Tahun 1991 ha Tahun 2005 ha Perubahan ha Perubahan Perubahan Rata- rataThn Sawah Perkotaan Tegalan, Air Hutan 2.225,78 12.552,99 2.848,04 284,42 637,12 911,20 16506,50 1022,91 107,72 -1314,58 3953,52 -1825,13 -176,70 -637,52 -59,1 31,5 -64,1 -62,1 -100 -93,89 282,39 -130,36 -12,62 -7,14 Sumber: Kusritarini Y 2006 Data diolah 2012 Dari tabel 5, terlihat bahwa rata-rata lahan sawah di Kota Tangerang berkurang dalam 1satu tahunnya 93,89 ha, sedangkan Tegalan berkurang 130,36 ha per tahun, air berkurang 12,62 ha pertahun dan hutan berkurang 7,14 ha pertahun yang menambah pertahunnya adalah Lahan perkotaan infrastruktur Kota yaitu rata-rata 282,39 ha pertahun. Strategi pemerintah Kota Tangerang dengan tetap memperoleh sumber penerimaan asli daerah dari IMB dan PBB dengan tetap mempertahankan dan mengatur luasan Ruang terbuka Hijau maka selain memberikan IMB dan PBB pada setiap aktivitas pengembangan perumahan atau bangunan, maka harus memberikan tambahan beban biaya pada masyarakat untuk tetap menjaga dan mengatur RTH yang terdapat pada wilayah tersebut. Pengenaan tambahan beban biaya atau biaya kompensasi ini sangat penting untuk kelestarian RTH, namun demikian membutuhkan dukungan dan kemauan membayar masyarakat.

4.3. Kemauan Membayar Masyarakat Willingess to Pay

4.3. 1. Deskripsi Responden Kemauan Membayar dan Nilai WTP

Analisis kemauan membayar WTP untuk tetap menjaga kelestarian RTH dilakukan terhadap 130 responden di Kota Tangerang, dengan komposisi 10 reponden per kecamatan.Beberapa variabel yang diamati dari responden meliputi status asal penduduk, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status kepemilikan rumah, lama berdomisili dan kemauan membayar dari masyarakat. Status asal penduduk responden berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, rata-rata merupakan penduduk yang berasal dari luar Tangerang yaitu sebanyak 73,1 sementara penduduk orang asli Tangerang hanya 26,9. Berdasarkan variabel pendidikan menunjukan rata-rata responden berpendidikan sebagai Sarjana yaitu sebanyak 93,8, sedangkan yang berpendidikan Diploma dan Pasca Sarjana sebanyak 2,3 dan yang lainnya berpendidikan SMA. Pekerjaan responden berdasarkan hasil analisis yang berkerja sebagai wiraswasta sebanyak 64,6, PNS sebanyak 13,1 dan berkerja pada sektor swasta senbayak 22,3. Dari segi pendapatan menunjukan rata-rata pendapatan responden per bulan berkisar anatar 2 – 4 juta sebanyak 0,8, pendapatan antara 4 – 6 juta sebanyak 34,6 dan lebih dari 6 juta per bulan sebanyak 64,6 dari jumlah responden. Status kepemilikan rumah meliputi rumah milik pribadi sebanyak 98,5 dan sisanya rumah kontrakan. Sementara lama berdomisili di Kota Tangerang ada yang kurang dari 3 tahun sebanyak 16,2, antara 3 -6 tahun sebanyak 27,7, antara 6 – 9 tahun sebanyak 25,4 dan lebih dari 9 tahun sebanyak 30,8.

4.3.2. Pelaksanaan Contingent Valuation Method CVM

Pendekatan Contingent Valuation Method CVM ditujukan untuk mengetahui kemauan membayar willingness to pay biaya perawatan atau pengadaan RTH oleh masyarakat. Pelaksanaan analisisContingent Valuation Method mencakup tahapan:

4.3.2.1. Pembentukan Pasar Hipotesis

Pembentukan pasar hipotesis dilakukan dengan cara memberikan pemahaman kedapada masyarakat tentang bagaimana kondisi lingkungan saat ini serta membandingkan dengan kondisi lingkungan yang baik sehingga masyarakat mau bersedia membayar biaya perbaikan RTH. Adapun bentuk Hipotesa yang di bangun dalam kuesioner adalah sebagai berikut: Kartu 1 Yang dimaksud dengan Ruang Terbuka Hijau selain Taman Kota, Lapangan Olah Raga, Taman dengan kurang dari 100 pohon, taman yang mengikuti sepanjang jalan, sepadan sungai dan jalur hijau adalah juga temasuk semak rumput,tanaman semusim, tanaman sejenisnya, juga seluruh yang bervegetasi pohon. Ini amat penting bagi kualitas lingkungan yang baik sesuai dengan fungsinya. Sementara konsisi saat ini, apakah lingkungan tempat tinggal andasudah cukup baik, karena kondisi ini akan sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat secara langsung terutam tempat tinggal.