Pajak Bumi dan Bangunan Objek Pajak Yang Tidak Dikenakan PBB Dasar Pengenaan PBB

dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel.1 Kriteria Penilaian Alternatif NILAI KETERANGAN 1 Alternatif A sama penting dengan alternatif B 3 A sedikit lebih penting dari B 5 A jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 A mutlak lebih penting dari B 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan Nilai perbandingan A dengan B adalah 1 satu dibagi dengan nilai perbandingan B dengan A. Ada berbagai cara untuk menentukan tingkat kepentingan kriteria atau alternatif tersebut, antara lain adalah : - Menentukan bobot secara sembarang. - Membuat skala interval untuk menentukan ranking setiap kriteria. - Menggunakan prinsip kerja AHP, yaitu perbandingan berpasangan pairwise comparison, tingkat kepentingan importance suatu kriteria relatif terhadap kriteria lain dapat dinyatakan dengan jelas. • Penentuan Prioritas Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan pairwise comparisons.Nilai-nilai perbandingan relative kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif.Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas.Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. • Konsistensi Logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah administrasi Kota Tangerang, Propinsi Banten.Proses penelitian dimulai dengan pengumpulan data, analisis dan diakhiri dengan penyusunan tesis, pada bulan Januari 2011 hingga Juli 2012. Kota Tangerang secara geografis terletak antara 6º6 Lintang Utara sampai dengan 6º13’ Lintang Selatan dan 106º36 Bujur Timur sampai dengan 106º42 Bujur Timur. Batas-batas wilayah penelitian adalah:  Sebelah utara, berbatasan dengan Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang.  Sebelah selatan, berbatasan dengan Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang, dan Kecamatan Serpong dan Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.  Sebelah timur berbatasan dengan DKI Jakarta.  Sebelah Barat, berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang. Secara rinci, posisi geografis wilayah Kota Tangerang disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

3.2. Bahan dan Alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah UU No. 26 Thn. 2007 tentang Tata Ruang, UU No. 12 Thn. 1994 tentang PBB, Peraturan Mentri PU No. 05 Thn.2008 tentang Pedoman penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Peraturan Daerah Kota tangerang No. 7 Thn. 2001 tentang IMB, kusioner,peta Penutupan Lahan Kota Tangerang, sedangkan alat yang digunakan komputer dan kelengkapannya, software seperti Excel, Solver Parameter, Expert Choice.

3.3. Metode Penelitian

Tahapan penelitian dalam penelitian ini mengikuti seperti yang ada dalam bagan alur penelitian seperti pada gambar 3. Gambar 3. Bagan Alur Penelitian Pengendalian Melalui IMB dan PBB -Harga Lahan - kemauan Membayar untuk masing- masing klasifikasi lahan untuk IMB PBB Willingnes To Pay WTP α 1 β 1 α 2 β 2 α 3 β 3 α 4 β 4 RTH 30 Terdistribusi Merata Bentuk dan Lembaga Pengelola RTH Pengelola RTH Bentuk RTH AHP Optimasi Program Linear RTH Terdistribusi Tidak Merata Penutupan Lahan Aktual Penerimaan PEMDA

3.3.1. Penutupan Lahan Aktual

Penutupan lahan aktual adalah penutupan lahan yang ada di Kota Tangerang, yang di klasifikasikan dalam 4 empat klasifikasi, yaitu Klasifikasi lahan bervegetasi pohon, bervegetasi semak tanaman semusim, bervegetasi lahan kosong dan vegetasi lahan terbangun. Berdasarkan penutupan lahan ini RTH terdiri dari Vegetasi pohon dan vegetasi semak tanaman semusim. RTH berdasarkan luas wilayah sudah memenuhi ketentuan UU, namun jika diperhatikan secara detailrinci maka bentuk penyebaran RTH yang ada belum mencerminkan pemerataan secara adil dan seimbang, terutama di 2 dua kecamatan yaitu Kecamatan Cileduk dan Larangan.

3.3.2. PengendalianLuasan RTH Melalui IMB dan PBB

Pengendalian luasan RTH melalui IMB dan PBB adalah suatu cara yang dapat digunakan untuk tetap menjaga luasan RTH yang ada dan mengatur penyebarannya di masing-masing kecamatan, dengan menggunakan instrument Izin Mendirikan bangunan IMB dan Pajak Bumi dan Bangunan PBB. IMB adalah instrument yang di gunakan oleh Pemerintah Daerah dalam mengatur pendirian bangunan di wilayah tersebut yang pengenaannya diatur oleh Peraturan Daerah PERDA. Makin banyak IMB yang dikeluarkan atau penerimaan dari instrument ini mennandai makin banyak konversi lahan yang terkonversi menjadi lahan terbangun.Hasni 2009 mengatakan salah satu media yang dapat digunakan untuk mengendalikan Ruang Terbuka Hijau adalah Izin Mendirikan Bangunan IMB dimana setiap izin yang dikeluarkan benar- benar sesuai dengan keadaanya. Untuk itu perlu ada beban lainbiaya lain yang menyertainya untuk tetap menjaga RTH. PBB adalah iuran wajib yang dibayarkan atas kepemilikan luas lahan dan bangunan, luas lahan cendrung tetap, sedangkan jumlah bangunan selalu berubah, makin tinggi penerimaan PBB ini mencerminkan makin banyak bangunan berdiri di wilayah tersebut. Yang berarti pula makin banyak lahan yang terkonversi menjadi lahan terbangun. Untuk itu perlu ada beban lainbiaya lain yang menyertainya untuk tetap menjaga luasan RTH

3.3.3. Willingness To Pay WTP

Willingness to pay adalah salah satu alat analisa untuk mengetahui berapa besar yang mau dibayarkan oleh masyarakatuntuk perbaikan lingkungan yang ada, dan harga lahan M 2

3.3.4. Kontribusi Pemasukan Pemerintah Daerah

dari masing-masing klasifikasi di masing-masing kecamatan, data yang digunakan adalah data primer yang di dapat dari kusioner, kuesioner yang disebar sebanyak 130, dengan rincian 10 kuesioner untuk setiap kecamatan, sampel yang dipilih adalah sampel yang berciri khusus purposive sampling diolah mengunakan Excel untuk mengetahui besaran secara rata-rata yang mau di bayarkan oleh masyarakat untuk perbaikan lingkungan RTH, dan ini menjadi sumber penerimaan Pemerinta Daerah yang nantinya di alokasikan untuk perbaikan lingkungan. Konstribusi pemasukan adalah angka konstanta persentase yang akan menyertai setiap penerimaan Pemerintah Daerah dari IMB dan PBB yang di bebankan kepada masyarakat yang disesuaikan berdasarkan klasifikasi lahan yang ada. Tabel 2. Rencana Konstribusi Pemasukan Pemda Bervegetasi Pohon Semak Rumput Tanaman Semusim Lahan Kosong Lahan Terbangun IMB α α 1 α 2 α 3 4 PBB β β 1 β 2 β 3 4 Pe rsentase Konstribusi pemasukan dari α 1 sd α 4 adalah besarnya persentase yang diterima berasal dari IMB yang mengkonversi masing-masing klasifikasi lahan, dan β 1 sd β 4 adalah besarnya persentase yang diterima berasal dari PBB berdasarkan klasifikasi lahan, yang besarnya akan sangat tergantung pada