Strategi pengendalian Ruang Terbuka Hijau

ada seluas 206 ha, hal ini jelas untuk memenuhi RTH sampai Tahun 2016 ada konversi lahan, dari lahan terbangun menjadi lahan RTH seluas 22,63 ha atau menambah luas wilayah kecamatan. Sedangkan untuk kecamatan Larangan luas RTH yang diamantkan seluas 60,19 ha, atau 7,39 dari total wiayah kecamatan, untuk kecamatan larangan ini, masih sangat memungkinkan, dikarenakan sedikitnya lahan yang dialokasikan untuk RTH yang diamantkan oleh RTRW sedangkan luas RTH aktual sekarang ini masih seluas 107,07 ha.Namun apa yang diamantkan oleh RTRW Kota Tangerang khusunya mengenai alokasi RTH atau yang lainya tidak menjadi pokok utama kajian saya, ini hanya memberikan gambaran sedikit mengenai perlunya kita mengendalikan luasan RTH yang ada.

4.4.2. Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah Daerah

Penerimaan pemerintah daerah dari hasil optimasi bersumber dari penyertaan IMB dan PBB adalah, 2,5 IMB dan 1,1 PBB secara keseluruhan berjumlah Rp. 721.469.817.000. Sedangkan Pengeluaran pemerintah daerah terkait mengenai biaya yang dibutuhkan untuk penyediaan RTH pada wilayah kecamatan yang mengalami kekurangan RTH, yaitu kecamatan Cileduk dan Kecamatan Larangan. Untuk menyediakan RTH maka harus ada konversi lahan terbangun menjadi lahan hijau RTH dimana pada kecamatan Cileduk membutuhkan lahan seluas 59 ha dan Larangan 136,4 ha. Konversi lahan terbangun menjadi lahan hijau RTH pada Kecamatan Cileduk seluas 59 ha 590.000 M 2 dimana harga jual lahan Rp. 4.000.000 per M 2 maka biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 2.360.000.000.000. Sementara kecamatan Larangan seluas 136,4 ha 1.364.000 M 2 dimana harga jual lahan terbangun Rp. 2.500.000 per M 2 Tabel 12.Pengeluaran biaya untuk Perbaikan RTH maka yang dikeluarkan pemerintah daerah sebesar Rp. 3.410.000.000.000. Hasil hitungan biaya penyediaan RTH pada kecamatan Cileduk dan Larangan pada Tabel. 12. Kecamatan Harga Lahan M Kebutuhan Luas Lahan untuk RTH 2 Beban Biaya Cileduk Larangan Rp. 4.000.000 Rp. 2.500.000 590.000 M 1.364.000 M 2 Rp. 2.360.000.000.000 2 Rp. 3.410.000.000.000 Jumlah Biaya Rp. 5.770.000.000.000 Sumber: Data Primer, diolah 2012 Tabel 12 menunjukan biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan RTH di Kota Tangerang cukup besar yaitu Rp 5.770.000.000.000 dibandingkan pendapatan yang diterima pemerintah daerah. Apabila pendapatan yang diterima pemerintah daerah tetap yaitu Rp 721.469.817.000 per tahun maka maka untuk memenuhi RTH tersebut membutuhkan waktu 8 tahun.

4.5. Bentuk RTH yang Perlu di kembangkan

Pertumbuhan wilayah khusus di kota-kota besar sangat sulit untuk mencari luasan lahan yang dapat diperuntukan menjadi taman kota atau hutan kota, oleh sebab itu perlu pengembangan bentuk ruang terbuka hijau lainnya. Pengembangan ruang terbuka hijau sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05PRTM2008 tentang penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk, maka RTH tersebut dapat berupa Taman di Tingkat Kecamatan, Kelurahan, RW dan RT, tidak hanya bentuk-bentuk RTH yang berpusat di pusat- pusat KotaPemerintahan saja. Di Kota Tangerang dapat ditelusuri bahwa bentuk RTH yang ada berjumlah 6enam bentuk yang dipecah dari 3 tiga kelompok besar, yaitu Kelompok Kawasan yang terdiri dari 2dua bentuk yaitu bentuk taman kota dan lapangan olah raga, kelompok Simpul terdiri dari 2 dua bentuk yaitu bentuk taman dengan kurang dari 100 pohon dan bentuk jalan, serta kelompok Jalur, yang terdiri dari sepadan sungai dan jalur hijau yang hampir keseluruhannya berpusat di pusat KotaPemerintahan Kota. Mengacu pada kondisi ini untuk mengembangkan RTH di Kota Tangerang terutama di Kecamatan Cileduk dan Larangan yang secara nyata kekurangan luasan RTH, yang nantinya akan dipenuhi dengan mengkonversi lahan terbangun menjadi RTH, tentu memilih bentuk, bukan hal yang mudah, karena yang perlu dilihat dan ketahui adalah posisi dari lahan terbangun yang memungkinkan di bangun menjadi RTH, dan selanjutnya adalah juga perlu diketahui preferensi masyarakat mengenai bentuk pilihan yang paling dipilih dari 6 enam bentuk RTH yang ada.

4.6. Pola Pengembangan Ruang Terbuka Hijau RTH

Preferensi masyarakat diperlukan dalam studi ini untuk memberikan masukan tentang bentuk RTH yang diharapkan oleh masyarakat dan lembaga yang sebaiknya mengelola RTH tersebut. Para responden terdiri dari beberapa kelompok para-pihak, yaitu pemerintah, pemerhati lingkungan, masyarakat dan akademisi. Prinsip penilaian AHP adalah membandingkan tingkat kepentingan prioritas antara satu elemen dengan elemen lain yang berbeda, pada tingkatan hierarki yang sama berdasarkan pertimbangan tertentu. Data diolah dengan bantuan program Expert Choice 2000. Gambar 10. memperlihatkan nilai bobot dari masing-masing elemenbentuk RTH yang ada. Gambar 10. Nilai Bobot dari masing-masing elemenBentuk RTH Msyarkat 0.308 PEMDA 0,692 LMBG.LAIN 0,241 TATAKOTA 0,849 LING. HIDUP 0,151 SWASTA 0,759 Analisis yang dilakukan mencakup analisis pendapat individu dan analisis pendapat gabungan. Hasil pendapat gabungan tersebut memiliki nilai Consistency Ratio CR 0,00. Nilai ini merupakan nilai gabungan dari 31 responden, dimana masing-masing individu telah memiliki CR 0,1. Artinya para responden termasuk konsisten dalam memberikan nilai pembobotan dengan tingkat penyimpangan kecil. Sedangkan bentuk yang dipilih adalah prioritas utama, bentuk kawasan dengan bobot nilai 0,405, dengan sub bentuk, bentuk Taman Kota dengan bobot nilai 0,793, sedangkan prioritas kedua adalah bentuk Jalur Hijau dengan bobot nilai 0,760. Tabel 13. Hasil Proses Hierarki Analitik AHP untuk Mendapatkan Prioritas Bentuk Ruang Terbuka Hijau Bentuk Sub Bentuk Nilai Bobot Kawasan 0,405 -Taman Kota 0,793 -Lapangan Olah Raga 0,207 Simpul 0,345 -Taman 100 Pohon 0,584 -Bentuk Jalan 0,416 Jalur 0,251 -Sepadan Sungai 0,240 -Jalur Hijau 0,760 Sumber: Data Primer diolah 2012 Berdasarkan preferensi masyarakat tersebut, pengembangan bentuk RTH pertama diprioritaskan pada RTH berbentuk kawasandengan bobot nilai 0,405 dengan sub bentuk prioritas utama adalah RTH Taman Kota dengan bobot nilai 0,793 dan priroritas kedua RTH bentuk jalur hijau dengan nilai bobot 0,760. Gambar 11. Digram bobot prioritas bentuk RTH kawasan Prioritas kedua adalah RTH berbentuk simpul dengan bobot nilai 0,345 dengan sub bentuk prioritas utama adalah RTH berbentuk Taman 100 pohon dengan bobot nilai 0,584 dan prioritas kedua RTH berbentuk taman yang terbentuk sepanjang jalan dengan bobot nilai 0,416. 0,793 0,207 TAMAN KOTA LAPANGAN OLAHRAGA Gambar 12. Digram bobot prioritas bentuk RTH Simpul Prioritas ketiga adalah RTH berbentuk jalur dengan bobot nilai 0,251 dengan sub bentuk prioritas utama adalah RTH berbentuk jalur hijau dengan bobot nilai 0,760, dan prioritas kedua RTH berbentuk bentuk sepadan sungai dengan bobot nilai 0,240. Gambar 13. Digram bobot prioritas bentuk RTH Jalur Berdasarkan tampilan hasil perhitungan diatas, maka dapat kita ketahui prioritas mana yang menjadi prioritas utama masyarakat dalam memilih bentuk RTH yang terpilih adalah bebagai berikut, prioritas utama adalah bentuk kawsan dengan sub bentuk Taman Kota dengan nilai bobot total 0,321165, sedangkan prioritas kedua adalah bentuk simpul dengan sub bentuk taman 100 pohon, dengan bobot nilai total 0,20148. Tabel 14. Bentuk dan Nilai Bobot Total RTH Bentuk Sub Bentuk Nilai Bobot Total Kawasan 0,405 -Taman Kota 0,793 -Lapangan Olah Raga 0,207 0,321165 0,083835 Simpul 0,345 -Taman 100 Pohon 0,584 -Bentuk Jalan 0,416 0,20148 0,14352 Jalur 0,251 -Sepadan Sungai0,240 Jalur Hijau 0,760 0,06024 0,19076 Sumber: Data Primer Diolah 2012 Berdasarkan tabel 12 maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa prioritas utama mengenai bentuk RTH yang di inggini oleh masyarakat adalah RTH yang berbentuk Taman Kota 0,321165 dan prioritas kedua adalah bentuk RTH Taman dengan jumlah pohon kurang dari 100 batang 0,20148 0,584 0,416 TAMAN 100 POHON TAMAN SEPANJANG JALAN 0,24 0,76 SEMPADAN SUNGAI JALUR HIJAU