ManfaatPenelitian Izin Mendirikan Bangunan

Bangunan KLB, sesuai dengan syarat-syarat keselamatan yang ditetapkan bagi yang menempati bangunan tersebut. IMB bertujuan agar segala desain, pelaksanaan pembangunan, dan bangunan sesuai dengan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku.Ini sangat penting untuk alasan keamanan dan keselamatan. - Garis Sempadan Bangunan GSB adalah batas halaman terdepan atau batas pemetakan atau batas penguasaan jalan. - Garis Sempadan Sungai GSS adalah garis batas luar pengamanan sungai - Koefisien Dasar Bangunan KDB dan Koefisien Luas Bangunan KLB Sebelum memulai mendirikan bangunan, rumah sebaiknya memiliki kepastian hukum atas kelayakan, kenyamanan, keamanan sesuai dengan fungsinya.IMB tidak hanya diperlukan untuk mendirikan bangunan baru saja, tetapi juga dibutuhkan untuk membongkar, merenovasi, menambah, mengubah, atau memperbaiki yang mengubah bentuk atau struktur bangunan.IMB sendiri dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat kelurahan hingga kabupaten. Dalam pengurusan IMB diperlukan pengetahuan akan peraturan- peraturannya sehingga dalam mengajukan IMB, informasi mengenai peraturan tersebut sudah didapatkan sebelum pembuatan gambar kerja arsitektur.

b. Tujuan Pemberian IMB 1. Pembinaan

Pembangunan sebuah bangunan memerlukan pembinaan.IMB dimaksudkan agar lembaga yang berwenang dapat membina orang atau badan yang bermaksud membangun agar dapat membangun dengan benar dan menghasilkan bangunan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

2. Pengaturan

Bangunan-bangunan perlu diatur.Pengaturan bertujuan agar menghasilkan sesuatu yang teratur.Pembangunan perlu memperhatikan peraturan-peraturan yang berlaku.Jarak dari jalan ke bangunan, luas ruang terbuka, dan lain-lain perlu diatur. Tanpa pengaturan, bangunan-bangunan akan semakin semrawut dan tidak memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku.

3. Pengendalian

Pembangunan perlu dikendalikan.Tanpa pengendalian, bangunan bangunan bisa muncul dimana-mana seperti jamur tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku. Lahan yang dimaksudkan menjadi taman bisa saja diubah menjadi rumah tanpa pengendalian. Selain itu laju pembangunan perlu diperhatikan.Pembangunan yang begitu pesat juga bisa membawa dampak buruk bagi lingkungan. 4.Melindungi Kepentingan umum IMB bertujuan melindungi kepentingan umum.Kegiatan pembangunan yang bisa merusak lingkungan bisa saja ditolak.Terjaganya lingkungan juga merupakan kepentingan umum.Kantor tak bisa begitu saja dibangun di atas lahan hijau.Tak boleh ada rumah yang dibangun di pinggir sungai.Semua itu terjadi karena pembangunan yang dimaksud bertentangan dengan kepentingan umum masyarakat.Tak ada orang yang ingin rumahnya kebanjiran. Tak ada orang yang tak ingin menghirup udara segar.

2.3. Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan PBB menurut definisi yang diberikan oleh Mardiasmo 2008 adalah iuaran wajib bagi setiap warga negara atas kepemilikan sah atas tanah dan bangunan yang besaranya ditentukan berdasarkan peraturan. Berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 12 Tahun 1994 adalah “Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman termasuk rawa-rawa, tambak, perairan serta laut wilayah Republik Indonesia.Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan tempat yang diusahakan”. PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumitanah dan atau bangunan. Keadaan subyek siapa yang membayar tidak ikut menentukan besarnya pajak. Objek PBB adalah “Bumi dan atau Bangunan” Bumi Adalah Permukaan bumi tanah dan perairan dan tubuh bumi yang ada di dalam serta laut wilayah Indonesia, Contoh : sawah, ladang, kebun, tanah. pekarangan, tambang,dll. Bangunan Adalah Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Contoh : rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, Emplasemen , pagar mewah, dermaga, taman mewah, fasilitas lain yang memberi manfaat, jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai.

a. Objek Pajak Yang Tidak Dikenakan PBB

Objek pajak yang tidak dikenakan PBB, menurut Mardiasmo 2008 adalah objek yang : 1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan, seperti mesjid, gereja, rumah sakit pemerintah, sekolah, panti asuhan, candi, dan lain-lain. 2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu. 3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah yang belum dibebani suatu hak. 4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik berdasarkan asas perlakuan timbal balik. 5. Digunakan oleh badan dan perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

b. Dasar Pengenaan PBB

Ditetapkan perwilayah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan dengan mendengar pertimbangan Gubernur serta memperhatikan: a. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar b. perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya c. Nilai perolehan baru d. Penentuan Nilai Jual Objek Pajak pengganti 2.4.Program Linier Program Linier Linear Programming adalah suatu cara untuk menyelesaikan, menurut Permana 2008 persoalan pengalokasian sumber- sumber yang terbatas diantara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara yang terbaik yang mungkin dilakukan.Persoalan pengalokasian ini akan muncul manakala seseorang harus memilih tingkat aktivitas-aktivitas tertentu yang bersaing dalam hal penggunaan sumber daya langka yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Beberapa contoh situasi dari uraian diatas antara lain ialah persoalan pengalokasian sumber daya nasional untuk kebutuhan domestik, penjadwalan produksi, solusi permainan game, dan pemilihan pola pengiriman shipping. Satu hal yang menjadi ciri situasi diatas ialah adanya keharusan untuk mengalokasikan sumber terhadap aktivitas. Program linier ini menggunakan model matematis untuk menjelaskan persoalan yang dihadapi. Sifat“linier”disini member arti bahwa seluruh fungsi matematis dalam model ini merupakan fungsi yang linier, sedangkan kata “program” merupakan sinonim untuk perencanaan.Dengan demikian,program linier adalah perencanaan aktivitas-aktivitas untuk memperoleh suatu hasil yang optimum,yaitu suatu hasil yang mencapai tujuan terbaik diantara seluruh aktivitas yang fisibel.Dalam membangun model dari formulasi persoalan programa linier digunakan karakteristik- karakteristik anatara lain, yaitu: a. Variabel keputusan Variabel keputusan adalah variabel yang menguraikan secara lengkap keputusan-keputusan yang akan dibuat fungsi tujuan. b. Fungsi tujuan Fungsi tujuan merupakan fungsi dari dari variabel keputusan yang akan dimaksimumkan untuk pendapatan atau keuntungan atau diminimumkan untuk ongkos. c. Pembatas Pembatas merupakan kendala yang dihadapi sehingga kita tidak bias menentukan harga-harga variabel keputusan secara sembarang.Koefisien dari variabel keputusan pada pembatas disebut koefisien teknologis, sedangkan bilangan yang ada di sisi kanan setiap pembatas disebut ruas kanan pembatas. d. Pembatas tanda Pembatas tanda adalah pembatas yang menjelaskan apakah variabel keputusannya diasumsikan hanya berharga non negative atau variabel keputusan tersebut boleh berharga positif, boleh juga negatif tidak terbatas dalam tanda. Dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian persoalan program linier Linear Programming adalah suatu persoalan optimasi dimana kita melakukan hal-hal berikut ini: 1. Berusaha memaksimumkan atau meminimumkan suatu fungsi linier dari variabel-variabel keputusan yang disebut fungsi tujuan. 2. Hargabesaran dari variabel-variabel keputusan itu harus memenuhi suatu set pembatas.Setiap pembatas harus merupakan persamaan linier atau ketidaksamaan linier. 3. Suatu pembatas tanda dikaitkan dengan setiap variabel. Model Program linier Model merupakan suatu representasi atau formalisasi, dalam bahasa tertentu yang disepakati dari suatu system nyata. Pengembangan model adalah suatu usaha untuk memperoleh model baru yang memiliki kemampuan lebih didalam beberapa aspek. Pengembangan model biasanya menggunakan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:

1. Elaborasi

Pengembangan model dimulai dengan yang sederhana dan secara bertahap dielaborasi sehingga diperoleh model yang representatif. Penyederhanaan dilakukan dengan menggunakan system asumsi yang ketat yang tercermin pada jumlah, sifat dan relasi variabel-variabelnya.Tetapi asumsi yang dibuat tetap harus memenuhi persyaratannya yakni konsistensi, indefendensi, ekuivalensi dan relevansi.

2. Sinektik

Adalah metode yang dibuat untuk mengembangkan pengenalan masalah-masalah secara logis. Sinektik yang mengacu pada penemuan kesamaan-kesamaan akan membantu analis membuat penggunaan satuan analogi yang kreatif dalam mengembangkan suatu model. Banyak studi menunjukkan bahwa orang seringkali gagal mengenali bahwa apa yang tampak menjadi masalah baru pada kenyataannya secara tersembunyi merupakan hal yang sama dan dapat didekati melalui model yang sudah ada.Karena itu, pengembangan model dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip, hukum, teori, aksioma, dan dalil yang sudah dikenal secara luas tetapi belum pernah digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.Sinektik didasarkan pada asumsi bahwa kesadaran mengenai hubungan yang identik atau mirip diantara masalah system nyata dalam skala besar akan meningkatkan kapasitas pemecahan masalah dari seorang analis.

3. Iteratif

Pengembangan model bukanlah proses yang bersifat mekanistik dan linier. Oleh karena itu dalam tahap pengembangannya mungkin saja dilakukan pengulangan atau penijauan-peninjauan kembali iteratif.Ada tiga komponen utama prinsip iteratif ini,yaitu, pengembangan model awal atau dugaan, langkah-langkah atau aturan yang harus ditempuh supaya dapat diperoleh model yang memadai, dan ukuran kompleksitas model sebagai titik akhir dimana kita menghentikan proses iteratif. Program linier merupakan salah satu metodologi, yang merupakan suatu urutan proses dan prosedur yang disusun secara sistematik dan sebagai suatu kesatuan yang akan menghasilkan sesuatu solusi, keputusan, model, dll yang telah direncanakan untuk diperoleh. Menurut klasifikasi fungsi model, program linier merupakan suatu model normative yang memberikan jawaban terbaik dari alternatif yang ada terhadap sebuah masalah. Model ini memberikan aturan dan rekomendasi untuk langkah-langkah atau tindakan yang dapat diambil untuk mengoptimalkan pencapaian beberapa keuntungan nilai. Masalah model normatife biasanya berbentuk penemuan nilai-nilai dari variabel-variabel yang dapat dikendalikan variable keputusan yang akan menghasilkan manfaat nilai yang paling besar seperti yang diukur oleh variabel hasil atau kriteria pencapaian tujuan. Kesulitan utama dari model ini adalah menentukan kriteria yang tepat untuk memilih jawaban terbaik.

2.5. Analisis Kemauan Untuk Membayar Willingness To Pay

Pengertian nilai atau value, khusus yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan, memang bisa berbeda jika dipandang dari berbagai sudut disiplin ilmu, Fauzi 2006.Dari sisi ekologi misalnya nilai dari hutan mangrove bisa berarti pentingnya hutan mangrove sebagai tempat reproduksi spesies ikan tertentu atau untuk fungsi ekologis lainnya.Dari sisi tehnik, nilai hutan mangrove bisa sebagai pencegah abrasi atau banjir dan sebagainya. Perbedaan berbagai konsepsi nilai tersebut tentu akan menyulitkan pemahaman mengenai pentingnya suatu ekosistem. Karena itu diperlukan suatu persepsi yang sama untuk menilai ekosistem tersebut. Salah satu tolok ukur yang relative mudah dan dapat dijadikan persepsi bersama dari berbagai disiplin ilmu tersebut adalah pemberian price tag harga pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam. Dengan demikian, mengunakan apa yang di sebut nilai ekonomi sumber daya alam. Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang inggin mengorbankan barangjasa lainnya, secara formal konsep ini disebut keinggin langsung membayar willingness to pay seseorang terhadap pengukuran nilai moneter barang dan jasa. Atau dalam bahasa yang sederhana berapa besar nilai rupiah yang mau di bayarkan oleh masyarakat untuk perbaikan sumber daya alam yang ada. Untuk mengetahui nilai ekonomi sumber daya alam dan lingkungan secara langsung dapat mengunakan metode Contingent Valuation Method CVM. Metode Valuasi Kontingensi Metode Valuasi Kontingensi Contingent Valuation Method, CVM menurut Anhar 2008 adalah cara perhitungan secara langsung, dalam hal ini langsung menanyakan kesediaan untuk membayar willingness to pay, WTP kepada masyarakat, dengan titik berat preferensi individu menilai benda publik yang penekanan pada standar nilai uang. Metoda ini memungkinkan semua komoditas yang tidak diperdagangkan di pasar dapat diestimasi nilai ekonominya. Dengan demikian nilai ekonomi suatu benda publik dapat diukur melalui konsep WTP. Untuk mengukur WTP biasanya digunakan metode contingent valuation CV. Menurut Husodo 2009 Metode CV telah banyak digunakan untuk mengukur WTP konsumen, khususnya untuk barang-barang yang bersifat non market goods, seperti peningkatan kualitas lingkungan Carson and Mitchell, 1981 atau pengendalian polusi udara Loehman and De, 1982.Metode CV juga banyak digunakan untuk mengevaluasi WTP untuk keamanan pangan. Meski terdapat beberapa metode ekonomi untuk melakukan valuasi non-market goods, CV dianggap sebagai metode yang paling tepat untuk mengukur nilai keamanan pangan Buzby, et al., 1995. Para ekonom juga telah mengembangkan teknik CV untuk mengukur manfaat barang quasi public seperti udara dan peningkatan kualitas air, tempat rekreasi, ijin berburu, pengurangan resiko penyakit atau bahkan label sertifikasi barang dan jasa. Manfaat-manfaat tersebut didefinisikan sebagai penjumlahan willingness to pay WTP setiap individu terhadap adanya peningkatan kualitas lingkungan tertentu. Melalui teknik CVM seseorang akan ditanya kesanggupan dan berapa rupiah yang sanggup ia bayarkan terhadap barang-barang non-market. Wan dan Wang 1996 menggunakan CVM untuk mengestimasi WTP konsumen terhadap sertifikasi keamanan pangan. Misra et al. 1991 dan Weaver et al. 1992 menggunakan harga premiun untuk melakukan survey WTP terhadap produk bebas residu. Prosedur paling penting dalam penggunaan CVM adalah penyusunan kuesioner dan prosedur survey Haab and McConnell, 2001. Metode CV menggunakan survey dimana responden ditanya tentang berapa banyak yang sanggup dia bayar jika ada perubahan kondisi dari suatu sumberdaya lingkungan atau perbaikan jasa yang akan dirasakan manfaatnya oleh responden dalam situasi hipotetis Diamond, et. al., 1993; Haab and McConnell, 2001. Awalnya metode CV banyak menggunakan pertanyaan open ended questiorn seperti, Berapa jumlah maksimum yang sanggup anda bayar?. Namun akhir-akhir ini, dalam metode CV banyak digunakan cara cara lain semacam iterative bidding, payment cards, dan dichotomous choice questions Boyle and Bishop,1988. Kuesioner CVM meliputi empat bagian, yaitu : 1 Penulisan detail tentang benda yang dinilai, persepsi penilaian benda publik, 2 Jenis kesanggupan dan alat pembayaran 3 Pertanyaan tentang WTP yang diteliti 4 Pertanyaan tentang karakteristik sosial demografi responden seperti usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan lain-lain. Sebelum menyusun kuisioner, terlebih dahulu dibuat skenario-skenario yang diperlukan dalam rangka membangun suatu pasar hipotetis, benda publik yang menjadi obyek pengamatan. Selanjutnya dilakukan pembuktian pasar hipotetis menyangkut pertanyaan perubahan kualitas lingkungan yang dijual atau dibeli. Tahap-tahap Studi CVM Menurut Fauzi 2006, implementasi CVM dapat dipandang menjadi lima tahap pekerjaan, yaitu : 1 membangun pasar hipotetis 2 memunculkanmenghasilkan nilai tawaran bid 3 menduga nilai rata-rata WTP 4 menduga kurva nilai tawaran bid curve 5 evaluasi penggunaan CVM. Dari lima tahapan tersebut, hanya tiga tahap yang dilakukan dalam Penelitian ini,yaitu, membangun pasar hipotetis,memunculkan Nilai tawaran,dan menduga nilai rata-rata WTP. Tahap 1 satu : Membangunan Pasar Hipotetis Membangunan sebuah pasar hipotetis bagi jasa lingkungan yang dipertanyakan adalah tahap pertama yang harus dilakukan dalam studi CVM. Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam instrumen survai kuesioner sehingga responden dapat memahami benda lingkungan yang dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Kuesioner yang digunakan juga harus menguraikan apakah semua konsumen akan membayar sejumlah harga tertentu jika perubahan lingkungan jadi dilaksanakan, serta bagaimanakah uang bayaran tersebut dikelola. Selain itu, kuesioner juga harus menjelaskan bagaimanakah keputusan tentang dilanjutkan atau tidaknya rencana kegiatan tersebut. Tahap 2 dua : Penentuan nilai tawaran bid Setelah kuesioner selesai dibuat, maka kegiatan survei dapat dilakukan dengan wawancara secara langsung tatap muka dengan responden, melalui teplepon, atau melalui e-mail. Wawancara melalui telepon sebaiknya merupakan alternative terakhir karena penyampaian informasi benda lingkungan melalui telepon dinilai agak sulit, terutama karena keterbatasan waktu.Survei melalui surat sering digunakan, tetapi seringkali mengalami bias dari jawaban yang diterima.Wawancara menggunakan petugas yang terlatih akan menghasilkan jawaban yang memadai,tetapi perlu juga diwaspadai bias yang mungkin terdapat pada petugas yang melaksanakan wawancara. Dalam kuesioner, setiap individu ditanya mengenai nilai uang yang bersedia dibayarkan atau besaran prosentase yang mau dibayarkan berdasarkan nilai lahan yang dimiliki nilai WTP agar peningkatan kualitas lingkungan jadi dilaksanakan atau nilai WTP untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Untuk mendapatkan nilai tersebut dapat dicapai melalui cara-cara sebagai berikut: a. Bidding game Nilai tawaran mulai dari nilai terkecil diberikan kepada b. Responden hingga mencapai nilai WTP maksimum yang bersedia dibayarkan responden c. Closed-ended referendum Sebuah nilai tawaran tunggal diberikan kepada responden, baik untuk responden yang setuju ataupun yang tidak setuju dengan nilai tersebut jawaban ya atau tidak d. Payment Card kartu pembayaran : Suatu kisaran nilai disajikan pada sebuah kartu yang mungkin mengindikasikan tipe pengeluaran responden terhadap jasa publik yang diberikan e. Open-ended questionpertanyaan terbuka. Setiap responden ditanya maksimum WTP yang bersedia dibayarkan dengan tidak adanya nilai tawaran yang diberikan. Namun dengan cara ini responden sering mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, khususnya jika tidak memiliki pengalaman mengenai nilai perdagangan komoditas yang dipertanyakan. Tahap tiga : Perhitungan nilai rata-rata WTP Setelah nilai tawaran WTP didapatkan maka rata-rata nilai WTP dapat dihitung. Ukuran pemusatan yang digunakan adalah nilai tengah danatau median. Nilai median tidak dipengaruhi oleh nilai tawaran ekstrim, namun hampir selalu lebih rendah dibandingkan dengan nilai tengah. Pada tahap ini nilai tawaran yang tidak lazim protest bid diabaikan dari perhitungan. Keputusan harus diambil tentang bagaimana mengidentifikasi dan memperlakukan pencilan outlier, yaitu nilai tawaran yang ekstrim. Rata-rata nilai tawaran WTP akan lebih mudah dihitung jika model pertanyaan dilakukan melalui pendekatan kartu pembayaran payment card, pertanyaan terbuka, atau bidding game. Namun jika pertanyaannya menggunakan pendekatan pertanyaan tertutup closed-ended referendum, maka perhitungan logit yang berhubungan dengan kemungkinan jawaban “Ya” untuk setiap jumlah yang diberikan harus diestimasi.

2.6. Proses Hierarki Analitik

Proses Hierarki Analitik Analytical Hierarchy Process – AHP dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Bussiness pada tahan 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukai Saaty, 1983. Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya. Prinsip kerja AHP adalah penyerderhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variable diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang