5 Tabel 1 Hasil penelitian mengenai tumbuhan pangan dan obat
No Nama Peneliti Tahun
Lokasi Hasil
1 Dian Arafah
2005 Taman Nasional
Bali Barat Teridentifikasi sebanyak 206 spesies,
sebanyak 66 spesies digunakan untuk obat dan 16 pangan.
2 Barkah Ilham
Purnawan 2006
Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango TNGP
Teridentifikasi 762 tumbuhan, 111 famili dan 461 spesies, 210 spesies
untuk obat dan pangan 38 jenis.
3 Herna Hamidu
2009 Masyarakat
sekitar Hutan Lambusango
Teridentifikasi sebanyak 169 spesies dari 66 famili, sebanyak 83 spesies
digunakan untuk tumbuhan obat dan 80 spesies untuk pangan.
4 Irzal Fakhrozi
2009 TN Bukit Tiga
Puluh Riau Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat suku MelayuTradisional sebanyak 266 spesies dari 94 famili.
Penghasil pangan sebanyak 73 dan obat 173 spesies.
5 Sopian Hidayat
2009 Masyarakat
Kampung Adat Dukuh Garut
Tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat sebanyak 292 spesies
dari 81 famili dan sebanyak 101 spesies digunakan untuk pangan dan
150 spesies untuk obat.
6 Aisyah Handayani
2010 Cagar Alam
Gunung Simpang
Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dusun Miduana yakni
berjumlah 191 spesies dari 69 famili. Sebanyak 62 untuk pangan dan 74
spesies untuk obat
7 Muhrina Anggun
Sari Hasibuan 2011
Masyarakat Suku Angola
Teridentifikasi sebanyak 93 spesies tumbuhan dari 47 famili diantaranya
sebanyak 49 spesies untuk pangan dan 67 spesies untuk obat.
8 Rona
2011 Masyarakat
Kampung Cigeurut,
Kuningan, Jawa Barat
Teridentifikasi sebanyak 110 spesies tumbuhan pangan dan 201 spesies
tumbuhan obat
9 Arya Arismaya
Metananda 2012
Taman Nasional Gunung Rinjani
Teridentifikasi sebanyak 215 spesies diantaranya 136 spesies tumbuhan
pangan dan 156 spesies tumbuhan obat.
10 Rizka Novia
Setyaning Rahayu 2012
Tahura KGPAA
Mangkunagoro I Teridentifikasi sebanyak 140 spesies
dari 57 famili diantaranya sebanyak 78 spesies tumbuhan pangan.
Berdasarkan data pada Tabel 1, menunjukkan bahwa banyak spesies yang dimanfaatkan untuk keperluan pangan dan obat oleh berbagai suku di Indonesia.
2.3 Kearifan Lokal
Konsep sistem pengetahuan dan kearifan berakar dari sistem pengetahuan dan pengelolaan lokal dan tradisional. Munculnya pengetahuan dan pengelolaan
tradisional atau kearifan, telah menjadi kebenaran bahwa sepanjang sejarah
6 manusia, selalu ada kelompok masyarakat yang begitu peduli terhadap
penggunaan sumberdaya alam yang berkelanjutan Ansaka 2006. Menurut Pulunggono 1999, masyarakat tradisional dan modern hingga
saat ini masih banyak menggunakan tumbuhan yang bersumber dari alam yang sebagian besar merupakan tumbuhan potensial. Mengingat pemanfaatannya yang
sangat strategis dalam menunjang pembangunan di masa kini dan masa mendatang. Bahkan, masyarakat tradisional Isurolo di Kenya memanfaatkan
tumbuhan sebagai sumber penghasilan dalam pemanfaatan tumbuhan berasas kearifan masyarakat Chikamai 1994 diacu dalam Hasibuan 2011.
Masyarakat tradisional telah lama hidup secara berdampingan dengan sumberdaya alam yang ada di sekitarnya. Mereka tidak melakukan perusakan
besar-besaran terhadap sumberdaya alam, di sebagian besar tempat yang ada di sekitarnya tersebut. Dalam sejarah perkembangan manusia, tumbuhan memiliki
peranan yang penting dalam perkembangan budaya masyarakat. Namun, saat ini masyarakat tradisional sedang dihadapkan pada perubahan lingkungan secara
besar-besaran akibat meningkatnya interaksi masyarakat dengan dunia luar, sehingga seringkali timbul perbedaan yang mencolok antara generasi tua dengan
generasi muda Primack et al. 1998. Menurut Keraf 2002 yang dimaksud dengan kearifan tradisional adalah
semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam
komunitas ekologis. Jadi, kearifan tradisional ini bukan hanya menyangkut pengetahuan dan pemahaman masyarakat adat tentang manusia dan bagaimana
relasi yang baik antara manusia, melainkan juga menyangkut pengetahuan, pemahaman adat dan kebiasaan tentang manusia, alam, dan bagaimana relasi
diantara semua penghuni komunitas ekologis ini harus dibangun. Kearifan tradisional menyangkut pengetahuan, pemahaman adat dan
kebiasaan tentang manusia, alam, dan bagaimana hubungan diantara semua penghuni komunitas ekologis harus dibangun. Berdasarkan hal tersebut di atas
Keraf 2002 menyebutkan bahwa : 1.
Kearifan tradisional adalah milik komunitas bukan individu.
7 2.
Kearifan tradisional yang juga berarti pengetahuan tradisional, lebih bersifat praksis mencakup bagaimana memperlakukan setiap kehidupan di alam
dengan baik. 3.
Kearifan tradisional lebih bersifat holistik karena menyangkut pengetahuan dan pemahaman tentang seluruh kehidupan dengan segala relasinya di alam
semesta. 4.
Berdasarkan kearifan tradisional masyarakat adat juga memahami semua aktivitasnya sebagai aktivitas moral.
Tradisi berarti adat kebiasaan yang turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat tetapi bersifat hukum yang tidak tertulis.
Tradisional berarti bersifat adat kebiasaan yang turun temurun, hasil kreatifitas dan uji coba secara terus menerus dengan inovasi internal dan eksternal dalam
usaha menyesuaikan dengan kondisi baru.
2.4 Ketahanan Pangan Lokal