38 Herba memiliki jumlah spesies yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai tumbuhan obat. Hal ini diakibatkan tumbuhan dengan habitus herba memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat serta masa umur pendek sehingga
ketersediaan di alam pun melimpah. Dengan adanya ketersediaan habitus herba yang melimpah perlu dilakukan pemanfaatan yang optimal misalnya dengan
dilakukan pemanenan terhadap tumbuhan obat. Tumbuhan obat yang berada di Kampung Sinarwangi berdasarkan status
budidaya terbagi menjadi 2 yaitu tumbuhan yang sudah dibudidaya dan tumbuhan obat yang belum dibudidaya atau liar. Tumbuhan obat liar paling banyak
ditemukan dengan persentase sebanyak 53 dan sisanya sebanyak 47 adalah tumbuhan obat yang sudah dibudidayakan oleh masyarakat Gambar 16.
Tumbuhan obat yang dibudidayakan oleh masyarakat adalah tumbuhan yang sering digunakan dan mudah dalam proses budidayanya. Proses budidayanya pun
menggunakan metode yang praktis dengan menanam di pekarangan atau pun didalam pot.
Gambar 16 Persentase status tumbuhan obat. Status budidaya tumbuhan obat di Kampung Sinarwangi sebagian besar
yaitu liar. Liar yang dimaksud yaitu tumbuh secara alami atau tidak sengaja ditanam oleh masyarakat. Tumbuhan obat yang liar ditemukan diberbagai habitat
di Kampung Sinarwangi. Hal ini menunjukkan bahwa Kampung Sinarwangi merupakan kampung yang kaya dengan berbagai spesies tumbuhan obat.
5.3.2 Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat
Pengetahuan masyarakat Kampung Sinarwangi terhadap tumbuhan obat masih tinggi. Hal tersebut terbukti bahwa masyarakat masih menggunakan
tumbuhan obat yang ada di sekitarnya untuk mengobati penyakit. Masyarakat
budidaya 47
liar 53
39 Sinarwangi sangat mengetahui 26,67 dan 53,33 mengetahui, dan 10 kurang
mengetahui terkait tumbuhan yang berkhasiat untuk obat. Beberapa spesies tumbuhan obat yang sering digunakan oleh masyarakat Kampung Sinarwangi
diantaranya adalah spesies-spesies yang mempunyai fungsi lain seperti digunakan sebagai sayur dan bumbu. Sayur dan bumbu dapur merupakan bahan yang selalu
digunakan dalam sehari-hari oleh masyarakat. Selain untuk konsumsi pangan sehari-hari, sayur dan bumbu dapur memiliki banyak khasiat sebagai obat.
Beberapa spesies tumbuhan penghasil bumbu dan sayuran yang memiliki khasiat obat adalah bawang merah Allium cepa, takokak Solanum torvum, lengkuas
Alpinia galanga dan sebagainya. Masyarakat Kampung Sinarwangi sebagian besar mengetahui spesies
tumbuhan obat dari turun-temurun. Hasil wawancara sebesar 86,67 mengetahui tumbuhan obat dari turun-temurun, sisanya berasal dari tetangga 10 dan
informasi lain sebesar 3,33. Masyarakat Kampung Sinarwangi sebesar 90 menyatakan bahwa tumbuhan obat berkhasiat manjur dalam menyembuhkan
penyakit, 10 menyatakan kurang manjur. Masyarakat yang merasakan khasiat manjur sering menggunakan tumbuhan secara terus menerus, sehingga khasiat
tumbuhan obat dapat dirasakan bagi pengguna tumbuhan obat tersebut. Sedangkan masyarakat yang menyatakan kurang manjur adalah masyarakat yang
mengkonsumsi tumbuhan obat tidak rutin atau terus menerus dalam mengobati penyakitnya, sehingga efek dari khasiat tumbuhan obat belum dirasakan oleh
pengguna. Telah diketahui bahwa tumbuhan obat memerlukan waktu yang lama untuk menyembuhkan penyakit.
Di samping penggunaan tumbuhan obat, masyarakat pun menggunakan obat warung dalam mengobati penyakitnya. Sebanyak 17,24 membeli obat warung,
72,41 kadang-kadang membeli obat warung dan 10,34 masyarakat Kampung Sinarwangi yang tidak membeli obat warung. Alasan masyarakat membeli obat
warung adalah lebih praktis penggunaannnya serta lebih cepat menyembuhkan dibanding dengan menggunakan tumbuhan obat.
Tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat masing-masing tergantung jenis dan penyakit baik cara penggunaan maupun pengolahan. Teridentifikasi 11
spesies tumbuhan obat yang sering digunakan oleh masyarakat dalam mengobati
40 penyakitnya Tabel 14. Penyakit yang sering diderita oleh masyarakat
Sinarwangi adalah pegal-pegal. Sebanyak 4 spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat untuk mengobati penyakit demam tersebut, yaitu meliputi
akar gedang gandul, akar cecenet, akar alang-alang, daun alpuket. Tabel 14 Spesies tumbuhan obat yang sering digunakan oleh masyarakat
No Nama Lokal
Nama Ilmiah Bagian yang digunakan
Manfaat
1 Rane
Selaginella willdenowii
Daun Luka luar, luka dalam
Setelah persalinan 2
Lempuyang Zingiber aromaticum
Air Nafsu makan
3 Baluntas
Pluchea indica Daun
Luka dalam, bau badan
4 Buntiris
Kalanchoe crenata Daun
Demam, bisul, sakit gigi
5 Pohpohan
Pilea trinervia Daun
Bau mulut 6
Kisepet Commelina obliqua
Daun Setelah melahirkan
7 Babadotan
Ageratum conyzoides Daun
Luka 8
Bawang merah Allium cepa
Umbi Masuk angin, perut
kembung pada anak, sakit gigi
9 Alang-alang
Imperata cylindrical Akar
Pegal-pegal, menjaga kesehatan
10 Cecenet
Physalis peruviana Akar
Pegal-pegal, menjaga kesehatan
11 Sirih
Piper betle Daun
Keputihan
Proses pembuatan obat untuk mengobati pegal-pegal dan menjaga kesehatan yaitu dengan cara membuat godogan. Godogan tersebut terdiri dari
beberapa spesies tumbuhan yang direbus secara bersamaan. Penyediaan jenis tumbuhan tersebut ada yang berupa simplisia kering dan segar. Simplisia kering
yaitu dengan mengambil berbagai jenis tumbuhan tersebut kemudian dijemur dan dipotong-potong menjadi potongan halus. Simplisia segar berupa bagian
tumbuhan yang langsung diperoleh dari alam dan langsung diproses.
Gambar 17 Jamu godogan. Gambar 18 Simplisia kering.
41 Jamu godogan merupakan obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat
Kampung Sinarwangi. Jamu godogan dimanfaatkan masyarakat untuk menjaga kondisi kesehatan tubuh agar tubuh terasa lebih segar dan sehat. Jenis tumbuhan
yang digunakan untuk ramuan jamu godogan yaitu akar cecenet, akar gedang gendol, daun alpuket, kumis kucing dan akar alang-alang. Spesies tumbuhan
tersebut diambil kemudian dicuci, dijemur dan disimpan. Masyarakat biasa membuat jamu godogan dengan menyimpan simplisia kering sebelum dikonsumsi
sebagai jamu godogan. Masyarakat Kampung Sinarwangi juga memanfaatkan tumbuhan obat
dengan membuat jamu golohgor. Jamu golohgor merupakan jamu habis bersalin yaitu jamu yang diberikan kepada ibu yang baru melahirkan dengan tujuan untuk
memperbaiki sirkulasi darah, menguatkan tubuh, mempercepat pemulihan rahim, mendorong involusi uterus dan meningkatkan produksi air susu Tilaar 1994 diacu
dalam Masruroh 2004. Jamu golohgor biasanya diminum 2 kali sehari pagi dan sore sehabis melahirkan sampai 40 hari setelah melahirkan. Secara empirik jamu
golohgor memiliki manfaat antara lain meningkatkan kondisi kesehatan ibu setelah melahirkan dan meningkatkan produksi ASI Masruroh 2004.
Jamu golohgor terdiri dari 56 spesies tumbuhan obat diantaranya daun rane, lampuyang, rendeu, kisepet, kunyit, hantap dan sebagainya. Proses pembuatan
jamu golohgor, pertama jenis tumbuhan obat di ambil langsung, disangrai, kemudian ditumbuk. Tumbuhan yang digunakan terdiri dari beberapa bagian yaitu
daun, rimpang dan seluruh bagian tumbuhan herba. Berdasarkan hasil penelitian Masruroh 2004, jamu golohgor mengandung antioksidan alami, antara lain
vitamin C, karotenoid, vitamin E dan senyawa fenol yang terdiri dari 2- Chlorophenol, 2-Methylphenol, 3-Methylphenol dan 2,4-Dichlorophenol.
Sumbangan antioksidan alami dari jamu untuk ibu menyusui setiap hari adalah 8,68 mg vitamin C; 15 mg betakaroten; 0,2 mg vitamin E dan 1,507 mg total
fenol. Jumlah spesies tumbuhan obat tertinggi yang digunakan untuk mengobati
kelompok penyakit perawatan kehamilan dan persalinan, yaitu sebanyak 15 spesies. Spesies yang digunakan untuk mengobati kelompok penyakit tersebut
diantaranya Rane Selaginella willdenowii, kibeling Clinacantlzus nutans
,
42 dadap Erythrina lithosperma, kisepet Commelina obliqua, rendeu Staurogyne
elongate , singugu Clerodendrum serratum, kapol Amomum cardamomum,
hantap Sterculia longifolia dan lain-lain. Terdapat juga 1 spesies tumbuhan yang digunakan untuk mengobati 1
kelompok penyakit yaitu nangka yang digunakan untuk mengobati kelompok penyakti saluran pendengaran. Nangka Artocarpus heterophyllus yang
digunakan yaitu buah nangka berukuran ibu jari dan merupakan buah yang gagal menjadi buah. Masyarakat biasa menyebutnya dengan nama tongtolang nangka.
Tongtolang nangka diambil kemudian cairan yang ada didalamnya di teteskan ke
dalam telinga. Sadagori Sida cordifolia merupakan tumbuhan yang digunakan untuk
mengobati kelompok penyakit otot dan persendian pegal-pegal dan kelompok penyakit saluran pernafasan asma. Bagian daun dan batang sadagori digunakan
untuk mengobati pegal-pegal. Untuk mengobati penyakit asma, bagian yang digunakan yaitu akar sadagori. Kedua bagian tumbuhan sadagori tersebut
digunakan dengan cara digodog.
Gambar 19 Sadagori. Gambar 20 Akar sadagori.
Proses pengolahan akar sadagori yaitu akar sadagori yang baru diambil kemudian dicuci, setelah dicuci bersih masak bersamaan dengan air sebanyak 4
gelas digodog, diamkan mendidih sampai air rebusan mencapai 1 gelas, disaring kemudian diminum.
43
5.4 Pangan fungsional