III. METODE
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di tiga jalan utama Kota Bumi, Kabupaten Lampung Utara. Meliputi jalan Soekarno-Hatta, Jenderal Sudirman dan Raden
Intan Gambar 2. Daerah Kota Bumi berada pada 4.34
o
– 5.06
o
Lintang Selatan dan 104.30
o
– 105.08
o
Bujur Timur. Penelitian dilakukan pada bulan April 2004 sampai dengan Mei 2005.
3.2. Metode Studi
Metode studi yang digunakan adalah metode survei, yaitu survei terhadap kondisi fisik jalan, kondisi tanaman lanskap jalan, dan keinginan masyarakat
sebagai pengguna jalan terhadap kondisi lanskap jalan.
Gambar 1. Bagan alur kerja penelitian Ketersediaan
lahan dan ruang untuk
tanaman EXISTING
Lanskap 3 tiga Jalan Utama Kota Bumi
REKOMENDASI Tanaman pada 3 tiga jalan Utama Kota Bumi
1. Dipertahankan 2.
Re-design 3. Pemeliharaan
Keinginan masyarakat
terhadap tanaman
lanskap jalan INVENTARISASI
Jenis, ukuran dan kondisi
kesehatan tanaman
STANDAR UU
Peraturan daerah Kriteria-kriteria
ANALISIS DAN SINTESIS
Keterangan: 1 Jl. Soekarno-Hatta; 2 Jl. Jenderal Sudirman;
3 Jl. Raden Intan
Gambar 2. Lokasi Penelitian
3 2
1
3.2.1. Keinginan Masyarakat terhada Lanskap Jalan
Persepsi masyarakat dimaksudkan untuk mengetahui keinginan masyarakat setempat terhadap perencanaan lanskap jalan sesua i dengan fungsi dan
kesukaan masyarakat. Untuk mengetahui hal tersebut, maka dibuat kuisioner tentang persepsi masyarakat terhadap lanskap jalan yang diinginkan. Responden
merupakan masyarakat sekitar pengguna jalan, yang terdiri dari 30 orang.
3.2.2. Ketersediaan lahan untuk Tanaman
Tanaman pada lingkungan jalan membutuhkan ruang untuk tumbuh dan berkembang sehingga harus tersedia tempat yang sesuai agar pertumbuhan dapat
berlangsung dengan baik.
3.2.2.1. Tipe tapak
Tipe tapak diklasifikasikan dalam tiga kelas, yaitu ideal, acceptable dan impossibl. Tapak ideal adalah tapak yang masih dapat ditanami dengan kondisi
baik. Tapak acceptable adalah tapak yang dapat ditanami tetapi membutuhkan perhatian khusus. Tapak impossible adalah tapak yang tidak mungkin ditanami.
Masing- masing tipe tapak memiliki standar tata guna lahan dan lebar daerah penanaman Tabel 4.
Tabel 4 Standar Tata Guna Lahan Lingkungan Jalan
Tipe Tapak Tata Guna Lahan
Lebar Daerah Penanaman
Tapak ideal bangunan, trotoar, daerah penanaman,
badan jalan 4 m
Tapak acceptable
bangunan, trotoar, daerah penanaman, badan jalan
bangunan, daerah penanaman, trotoar, badan jalan
4 m
Tapak impossible
bangunan, trotoar, badan jalan tidak ada
Keterangan: Pagar Daerah penanaman tanaman
Jalur pedestrian Badan Jalan
Gambar 3. Tipe tapak ideal
Keterangan: Pagar Daerah penanaman tanaman
Jalur pedestrian Badan Jalan
Gambar 4. Tipe tapak acceptable
Keterangan: Pagar Daerah penanaman tanaman
Jalur pedestrian Badan Jalan
Gambar 5. Tipe tapak acceptable
Keterangan: Pagar Daerah penanaman tanaman
Jalur pedestrian Badan Jalan
Gambar 6. Tipe tapak impossible
3.2.2.2. Ruang tumbuh tanaman
Ketersediaan ruang untuk pertumbuhan tanaman, yaitu dengan mengukur jarak antara jalan ke bangunan. Semakin lebar jarak maka akan memberikan ruang
yang luas untuk tanaman. Peraturan Daerah Lampung Utara No. II Tahun 1995 tentang izin mendirikan bangunan dan garis sempadan, menyatakan bahwa dalam
mendirikan bangunan harus ada perizinan bangunan, salah satu peraturan mendirikan bangunan adalah jarak antara rumah dengan jalan, yaitu dengan
menggunakan rumus:
Jarak Jalan-Bangunan ½ x lebar jalan + 1 m
- - - - - - - - a b
Keterangan: a Jarak jalan-bangunan; b Lebar jalan Gambar 7 Garis sempadan jalan
3.2.3. Evaluasi Tanaman 3.2.3.1. Inventarisasi Tanaman
Inventarisasi tanaman yang terdapat pada ketiga jala n utama Kota Bumi. Inventarisasi berupa jenis tanaman yang berada pada ketiga jalan.
3.2.3.2. Penguk uran Fisik Tanaman
1 Diameter batang setinggi dada atau diameter at breast height DBH Pengukuran DBH batang pohon dilakukan 140-145 cm dari permukaan tanah.
Pengukuran dilakukan dengan cara melingkarkan DBHmeter pada batang pohon. Data DBH yang diperoleh kemudian diklasifikasikan ke dalam 4
kategori kelas Tabel 5. Tabel 5 Klasifikasi diameter batang pohon
Kelas Kualifikasi
Diameter cm D1
Semai 10
D2 Kecil tiang
10 – 30 D3
Sedang hampir dewasa 30 – 60
D4 Besar dewasa
≥ 60
Sumber: Daniel, Helms, Baker 1995 2 Tinggi pohon
Pengukuran tinggi pohon menggunakan rumus Phytagoras, yaitu: t
1
= tangen α
. s T = t
1 +
t
2
Sudut α
diperoleh dengan menggunakan busur derajat yang diberi selubung fokus objek dan bandul pengukur derajat.
Gambar 8 Sketsa sistem pengukuran tinggi pohon Data tinggi pohon yang diperoleh selanjutnya diklasifikasikan dalam 4
kategori: semai, pohon muda, tiang dan pohon tuadewasa Tabel 6. Tabel 6 Klasifikasi tinggi pohon
Kelas Kualifikasi
Tinggi m T1
Rendah 1
T2 Sedang
1 – 6 T3
Tinggi 6 – 28
T4 Sangat tinggi
≥ 28
Sumber: Daniel, Helms, Baker 1995 3 Lebar tajuk
Lebar tajuk diukur dengan menggunakan rollmeter. Pengukuran dilakuka dengan menentukan dua titik teerluar tajuk dari pohon tersebut. Data lebar
tajuk yang diperoleh diklasifikasikan menjadi 4 kelas Tabel 7. Tabel 7 Klasifikasi lebar tajuk
Kelas Kualifikasi
Lebar m L1
Semai 2
L2 Kecil
2 – 5 L3
Sedang 5 – 9
L4 Besar
≥ 9
Sumber: Daniel, Helms, Baker 1995 S
α
t
2
t
1
4 Tinggi Tajuk Paling Bawah Pengukuran dengan mengunakan meteran, yaitu mulai dari pangkal pohon
sampai tinggi tajuk paling bawah. Data tinggi tajuk paling bawah yang diperoleh diklasifikasikan menjadi 3 kelas Tabel 8.
Tabel 8 Klasifikasi tinggi tajuk paling bawah
Kelas Kualifikasi
Tinggi m TT1
Buruk 2
TT2 Baik
2-4 TT3
Sangat Baik ≥
5
3.2.3.3 .Kondisi Kesehatan Tanaman
Pengamatan fisik pohon yang dilakukan berdasarkan keadaan visual keseluruhan pohon dengan penekanan pada bagian:
1. Pangkal akar yang berada dipermukaan tanah dan batang 2. Percabangan dan daun
Pengamatan bagian pohon meliputi: 1. Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh hama dan penyakit
a. Tumbuhan parasit benalu, jamur b. Tumbuhan tidak parasit; ulat, embun jelaga
c. Akar keringlapuk; batang keringlapuk d. Akar busukbatang busuk
e. Gerowongkeropos yang tampak f. Klorosis
g. Nekrosis h. Percabangan lapuk
2. Kerusakan mekanik a. Graffiti dan pemasangan papan iklan
b. Goresan c. Sayatan
d. Patah cabang f. Tersambar petir
3.2.3.4. Standar Tanaman untuk Lanskap Jalan
Evaluasi tanaman berdasarkan pada kesesuaian karakter hortikultur tanaman untuk tanaman lanskap jalan yaitu dengan melihat sifa t-sifat yang
dimiliki oleh tanaman. Jenis tanaman yang dievaluasi adalah tanaman pohon, semakperdu dan tanaman penutup tanah Tabel 9. Tanaman pohon ditekankan
pada tanaman yang memiliki fungsi peneduh, sedangkan tanaman semakperdu dan penutup tanah ditekankan pada tanaman yang tahan naungan.
3.3. Batasan Penelitian
Penelitian mengenai evaluasi lanskap jalan ini hanya dilakukan sampai pada tahap konsep perencanaan, yaitu pemilihan dan penataan vegetasi untuk
lanskap jalan dengan konsep tetap mempertahankan vegetasi yang memiliki fungsi sebagai tanaman lanskap jalan.
Tabel 9 Standar tanaman lanskap jalan menurut jenis tanaman No Tanaman
Karakter tanaman dan pola penanaman 1
Pohon a. Fungsi peneduh
b. Penanaman secara kontinyu c. Pohon dengan tinggi sedangtinggi
15 m d. Tinggi cabang paling bawah 5 m
e. Perakaran tidak ektensif f. Tanaman tidak berbahaya
g. Tahan terhadap hama dan penyakit h. Memiliki bagian tanaman yang estetik
i. Pemeliharaan tidak intensif
2 Semak
a. Tahan naungan b. Akar tidak ekstensif
c. Ditanam rapat d. Kontinyu sepanjang jalan
e. Tanaman tahunan f. Memiliki bagian tanaman yang estetik
g. Tanaman tidak berbahaya h. Toleran HPT
i. Pemeliharaan tidak intensif 3
Penutup tanah a. Tahan naungan
b. Penutupan merata c. Tanaman tahunan
d. Akar tidak ekstensif e. Toleran HPT
f. Memiliki bagian tanaman yang estetik g. Tanaman tidak berbahaya
h. Pemeliharaan tidak ekstensif
Tabel 10 Jenis, bentuk dan sumber data
Jenis Data Parameter unit
Sumber Kegunaan
Kondisi tapak Kondisi umum:
1.Iklim T, RH, CH 2.Jenis tanah
3.Hidrologi Kondisi fisik tapak:
1.Klasifikasi tapak 2.Ketersediaan ruang pertumbuhan
BMG Pemda
Pemda Survei
Departeman PU
Untuk menentukan jenis
tanaman yang sesuai dengan
kondisi setempat
Kondisi tanaman Jenis tanaman:
1.pohon 2.perdu
3.penutup tanah Fisik tanaman:
1.Tinggi tanaman 2.Tinggi cabang bawah
3.Diameter Batang 4.Lebar tajuk
5.Leber semakpenutup tanah 6.Panjang semakpenutup tanah
Pola penanaman: 1.tunggal
2.massal 3.linier
4.non-linier Tempat penanaman:
1.bak penanaman tetap 2.bak penanaman tidak tetap
3.ditanam langsung pada tanah
Studi Pustaka Karakter tanaman Survei Dinas
Pertamanan pustaka
Untuk mengetahui
apakah tanaman yang telah ada
sesuai untuk lanskap jalan
Kondisi sosial Keinginan masyarakat
Survei Mengetahui
keinginan masyarakat
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Wilayah
Kota Bumi merupakan ibukota Kabupaten Lampung Utara sebagai salah satu dari 10 kabupaten di Propinsi Lampung yang baru memekarkan wilayahnya.
Secara geografis Kabupaten Lampung Utara terletak pada 4°34’-5°06’ Lintang Selatan dan 104°30’-105°08’ Bujur Timur dengan luas wilayah 272.563 ha dan
terdiri atas 16 kecamatan dan 203 desa. Batas wilayah kabupaten ini adalah: Sebelah Utara : Kabupaten Way Kanan
Sebelah Selatan : Kabupaten Lampung tengah Sebelah Timur : Kabupaten Tulang Bawang
Sebelah Barat : Kabupaten Lampung Barat Suhu maksimum Kota Bumi terjadi pada saat musim kemarau, yaitu bulan
Juni, Juli Agustus dan September di mana suhu mencapai 35
o
C, namun sebaliknya dengan kelembaban dan curah hujan pada musim ini yang relatif rendah.
Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan November, Desember, Januari, Februari, Maret, dan April yang mencapai 87. Curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan November, Desember, Januari, Februari, Maret dan April. Berdasarkan klasifikasi iklim Oldemen yang didasarkan pada banyaknya bulan basah dan bulan
kering, maka daerah Kota Bumi digolongkan dalam kelompok iklim Zona C, di mana bulan basah secara berturut-turut yaitu bulan November, Desember, Januari,
Februari, Maret, dan April. Bulan basah adalah bulan dengan curah hujan lebih dari 200 mm dan bulan kering kurang dari 100 mm. Kondisi iklim ini sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jenis tanaman yang cukup adaptif pada daerah ini antara lain: beberapa tanaman perkebunan dan
kehutanan. Kabupaten Lampung Utara mempunyai dua sungai Sungai Way Rarem
dan Way Sesah yang dimanfaatkan penduduk sebagai sumber air bagi usaha pertanian dan penyiraman tanaman pada lanskap jalan yang ada. Hal ini didukung
oleh ketersediaan air kedua sungai tersebut yang mencukupi untuk kebutuhan penyiraman sepanjang tahun. Tetapi kondisi sungai tidak terawat dengan baik, hal
tersebut disebabkan karena prilaku masyarakat yang suka membuang sampah di sungai, sehingga perlu dilakukan upaya pemeliharaan sungai, yaitu dengan