I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Degradasi habitat, khususnya hutan-hutan primer yang berubah fungsi menjadi lahan agrikultur, pertambangan, pemukiman, atau hutan produksi,
merupakan faktor utama penyebab kepunahan banyak spesies fauna di Indonesia. Di Sumatera, habitat fauna yang berupa hutan alam berkurang
sebanyak 80 dalam jangka waktu 25 tahun terakhir Singleton, Ellis, Andayani, Traylor – Holzer, Supriatna, 2006. Salah satu kera besar
endemik Sumatera yang saat ini berada diambang kepunahan akibat degradasi habitat dan juga perburuan adalah Orangutan Sumatera Pongo abelii Lesson,
1827. Orangutan Sumatera memiliki status critically endangered pada International Union for Conservation of Nature
IUCN red list of the species IUCN, 2004. Populasinya hanya tersebar dalam 18 unit habitat Orangutan
Sumatera yaitu di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara Wich et al
., 2008.
Gambar 1. Peta distribusi Orangutan di Sumatera Wich et al., 2008.
Kawasan Hutan Batang Toru KHBT adalah salah satu unit habitat Orangutan Sumatera prioritas utama, yang secara langsung menjadi target dari
Sumatran Orangutan Conservation Action Plan 2007-2017. Keberadaan
Orangutan Sumatera di kawasan ini diketahui pada tahun 2002 berdasarkan penelitian Wich and Geurts. Kawasan ini merupakan kantong populasi
terbesar di sebelah selatan Danau Toba dengan perkiraan populasi Orangutan di KHBT Blok Barat diperkirakan sebanyak 400 ekor dan KHBT Blok Timur
Sarulla sebanyak 150 Ekor Wich et al., 2008. Kawasan hutan primer seluas 136.284 hektar KHBT Blok Barat dan KHBT Blok Timur merupakan
kawasan dengan topografi yang berbukit-bukit curam, sehingga secara alami terlindung dari upaya eksploitasi. Faktor topografi tersebut merupakan kunci
dari kelestarian keanekaragaman hayati KHBT hingga saat ini. Kawasan hutan Batang Toru saat ini dalam proses inisiasi untuk
pembentukan pengelolaan bersama berbasis kelestarian Collaborative Management Base on Sustainability
dalam satu kesatuan ekosistem yang utuh. Pengelolaan ini melibatkan pemerintah, organisasi non pemerintah, dan
masyarakat dengan tujuan mempertahankan keutuhan KHBT yang masih ada dan mengupayakan terbentuknya koridor-koridor antar kawasan hutan yang
terfragmentasi. Upaya ini bukan hanya karena kawasan hutan Batang Toru merupakan benteng terakhir populasi Orangutan Sumatera, tetapi juga karena
kawasan hutan Batang Toru memiliki keanekaragaman flora fauna yang sepatutnya dilestarikan, nilai jasa lingkungan sebagai daerah penyangga 10
sub DAS yang sebagian digunakan untuk sumber pembangkit listrik tenaga air PLTA Sipan Sihaporas, sebagai kawasan potensial ekowisata, serta
sumberdaya potensial dalam usaha perdagangan karbon di dunia. Untuk mendukung proses pembentukan pengelolaan hutan bersama
berbasis kelestarian, diperlukan berbagai macam data dan informasi mengenai keanekaragaman hayati di kawasan Hutan Batang Toru, salah satunya adalah
data dan informasi mengenai Orangutan Sumatera yang merupakan umbrella species
dari kawasan Hutan Batang Toru. Sejauh ini, studi ekologi mengenai Orangutan Sumatera telah banyak dilakukan. Secara spesifik termasuk studi
yang berkaitan dengan sarang Orangutan. Studi tersebut diantaranya mengenai
konstruksi sarang orangutan Mobius, 1893 dalam Rijksen, 1978, tehnik membuat sarang orangutan MacKinnon, 1972 dalam Rijksen, 1978, dan
perilaku bersarang orangutan Rijksen, 1978, sehingga telah banyak data dan informasi mengenai aspek-aspek tersebut. Aspek lain yang belum dilengkapi
dengan data dan informasi yang cukup memadai adalah mengenai preferensi habitat bersarang Orangutan Sumatera. Dengan diketahui preferensi habitat
bersarang Orangutan maka akan mempermudah pengelolaan habitat bagi populasi Orangutan di KHBT yang jumlah individunya telah mendekati
minimum viable population .
B. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui preferensi habitat bersarang Orangutan Sumatera pada beberapa tipe habitat di kawasan hutan Batang
Toru.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai referensi mengenai preferensi habitat bersarang Orangutan. Selain itu juga sebagai
referensi bagi berbagai pihak dalam melakukan perencanaan dan pengelolaan sumberdaya hutan di Kawasan Hutan Batang Toru, khususnya dalam usaha
pelestarian satwa primata yang masih terdapat di dalamnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA