daerah peralihan melingkupi areal pengamatan yang lebih maksimal dibanding pada hutan gambut. Maka frekuensi jumlah sarang yang
ditemukan pada hutan gambut sebesar 18,7 sarangkm jalur merupakan angka dengan nilai ketelitian yang baik, namun kurang dari ketepatan
jumlah sarang sebenarnya.
2. Kondisi Sarang Pada Tiap Tipe Habitat
Sarang yang ditemukan pada tiap tipe habitat memiliki kondisi berbeda yang sangat dipengaruhi oleh umur sarang, posisi sarang, dan
jenis pohon yang digunakan untuk membuat sarang. Ketahanan sarang, menurut Rijksen 1978 juga ditentukan oleh tehnik konstruksi sarang,
ukuran dan berat Orangutan, lokasi, dan cuaca. Faktor lain adalah bila terdapat satwa lain yang merusak sarang dalam rangka mencari serangga.
Untuk mengukur kondisi kelas sarang, dibuat pengkategorian kelas kondisi sarang seperti pada tabel 4.
Sarang dengan kelas kategori A memiliki presentase terbesar pada hutan Dipterocarpaceae atas, dan sebaliknya kelas kategori E memiliki
presentase terkecil Gambar 11.. Hal ini menunjukkan ketika penelitian ini dilakukan, banyak sarang baru ditemukan pada hutan Dipterocarpaceae
atas. Kehadiran Orangutan diindikasikan dipengaruhi oleh pohon-pohon yang sedang berbuah pada tipe habitat ini
Lithocarpus
spp.,
Garcinia
spp., dan
Ficus
spp.. Saat terdapat pohon pakan yang sedang berbuah, Orangutan membuat sarang didekat pohon pakan dan mungkin
menggunakan sarang yang sama selama beberapa hari berturut-turut. Lokasi yang dikenal menyediakan sumber makanan akan didatangi oleh
Kelas Sarang Kategori
A Sarang baru, ditandai dengan daun yang masih hijau
B Daun pembentuk sarang sudah berwarna coklat
C Konstruksi sarang mulai sedikit rusak
D Terdapat 1 lubang
E Terdapat 2 lubang atau lebih
Habis Tersisa ranting saja
Tabel 4. Kategori kelas kondisi sarang
Orangutan secara berkala, dengan interval 2 hingga 8 bulan Rijksen, 1978.
5 10
15 20
25 30
35 40
Kelas Kondisi Sarang P
re s
e n
ta s
e J
u m
la h
S a
ra n
g
FHG 6,9
29,3 25,9
37,9 DP
14,3 22,9
27,1 35,7
FHDA 30,3
18,2 24,2
24,2 3,0
A B
C D
E
Terlihat pada gambar 11. kondisi sarang pada hutan gambut tidak menunjukkan hubungan yang linear. Berkaitan dengan ketersediaan pakan
Orangutan pada hutan gambut berupa kulit kayu yang tidak dipengaruhi oleh musim, maka grafik tersebut menggambarkan ada waktu-waktu
tertentu Orangutan memilih habitat lain, misalnya pada saat musim berbuah pada habitat hutan Dipterocarpaceae atas, sehingga frekuensi
kehadiran Orangutan di habitat hutan gambut dari segi lama waktu dan jumlah individu menurun. Sebaliknya ada saat-saat Orangutan kembali
memilih hutan gambut saat tidak terdapat musim berbuah pada habitat lain, sehingga frekuensi kehadiran Orangutan dari segi lama waktu dan
jumlah individu meningkat. Faktor lain yang menyebabkan sarang dengan kelas kategori E banyak ditemukan di tipe habitat hutan gambut adalah,
bahwa sarang dapat bertahan lebih lama di hutan gambut. Hal ini disebabkan karakteristik pohon yang terdapat pada hutan gambut yaitu
Gambar 11. Presentase jumlah sarang berdasarkan kelas kondisi sarang pada masing- masing tipe habitat di Kawasan Hutan Batang Toru.
Keterangan: FHG Formasi Hutan Gambut; DP Daerah peralihan; FHDA Formasi Hutan Dipterocarpaceae Atas.
berdaun lebih tebal dan berstruktur kayu lebih kuat Whitten
et al.
, 1978. Sarang yang dibuat dengan materi pohon dari hutan gambut akan bertahan
lebih lama dibanding sarang yang dibuat dengan materi pohon dari hutan dataran rendah dipterocarpaceae yang memiliki masa daur lebih cepat
daun mudah rontok dan struktur kayu kurang kuat. Pada daerah peralihan, presentase sarang meningkat seiring
penurunan kelas. Hubungan linear ini menunjukkan pemilihan daerah peralihan sebagai habitat bersarang terjadi pada masa yang lampau
banyak sarang kelas E. Musim berbuah pohon tertentu pada daerah peralihan seperti Cemengang
Neesia
spp., dan Gitan diindikasikan mempengaruhi pemilihan habitat bersarang oleh Orangutan. Pohon-pohon
ini sangat jarang dan hanya terdapat pada lokasi-lokasi tertentu. Sesuai dengan temuan MacKinnon 1971 dari 28 jenis buah yang disukai
Orangutan, 18 jenis diantaranya merupakan jenis yang sulit dijumpai 2 pohonhektar. Hal ini menunjukkan kemampuan Orangutan dalam
menemukan sumber makanan yang jarang dan terletak acak di habitatnya MacKinnon, 1974.
C. Satwa Lain pada Habitat Orangutan