Analisis Data METODE PENELITIAN

Pengamatan dilakukan dengan cara berjalan perlahan pada jalur berhenti setiap dua langkah dan mencari sarang di antara kanopi pohon. Pengamatan dilakukan dua kali pada masing-masing jalur dengan arah yang berbeda bolak-balik, hal ini dilakukan untuk menghindari terlewatnya sarang yang hanya terlihat dari satu arah saja. Kondisi sarang dikategorikan ke dalam lima kelas seperti pada tabel 1. Kelas Sarang Kategori A Sarang baru, ditandai dengan daun yang masih hijau B Daun pembentuk sarang sudah berwarna coklat C Konstruksi sarang mulai sedikit rusak D Terdapat 1 lubang E Terdapat 2 lubang atau lebih Habis Tersisa ranting saja

E. Analisis Data

Preferensi habitat bersarang Orangutan dapat ditentukan dengan membandingkan frekuensi sarang pada masing-masing tipe habitat. Selanjutnya dapat dianalisis lebih lanjut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya frekuensi sarang pada masing-masing tipe habitat. Untuk mengetahui kaitan antara preferensi habitat bersarang Orangutan dengan waktu, maka juga dilakukan analisis terhadap kondisi sarang yang menggambarkan umur sarang berapa lama sarang tersebut telah dibangun. Persamaan yang digunakan untuk memperkirakan frekuensi sarang orangutan pada tiap tipe habitat adalah : L N f = f : Frekuensi sarang sarangkm jalur N : Jumlah sarang yang ditemukan selama pengamatan L : Panjang jalur km Untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi, dilakukan analisis vegetasi yang hasilnya dihitung sehingga didapat Indeks Nilai Penting INP Tabel 1. Kategori kelas kondisi sarang untuk mengetahui jenis vegetasi yang paling dominan. Penghitungan analisis vegetasi adalah sebagai berikut Soerianegara Indrawan 2002 : Kerapatan = Kerapatan Relatif KR = x100 Frekuensi F = Frekuensi Relatif FR = x100 Dominansi D = Dominansi Relatif DR = x100 Indeks Nilai Penting INP = KR + FR + DR Struktur tegakan dapat dilihat dengan membuat contoh diagram profil vegetasi dari masing-masing vegetasi Soerianegara Indrawan 2002. Struktur tegakan dapat dibedakan menjadi tiga lapisan sebagai berikut: 1. Stratum A yaitu lapisan tajuk teratas, dengan tinggi pohon lebih dari 30 m. Tajuk biasanya diskontinu, batang pohon tinggi dan lurus, serta percabangan yang terletak tinggi. 2. Stratum B yaitu lapisan tajuk yang terdiri dari pohon-pohon berketinggian 20-30 m. Tajuk umumnya kontinu, batang pohon bercabang banyak, dan percabangan yang tidak terletak terlalu tinggi. 3. Stratum C yaitu lapisan tajuk yang terdiri dari pohon-pohon berketinggian 4-20 m dan bertajuk kontinu. Pohon-pohon dalam stratum ini rendah, kecil, dan memiliki banyak percabangan. 4. Stratum D yaitu lapisan tumbuh-tumbuhan perdu dan semak yang tingginya 1-4 m. 5. Stratum E yaitu lapisan tumbuhan penutup tanah yang tingginya 0-1 m. Jumlah individu suatu jenis Luas unit contoh Kerapatan suatu jenis Frekuensi seluruh jenis Frekuensi suatu jenis Jumlah seluruh jenis Jumlah plot ditemukannya suatu jenis Kerapatan seluruh jenis Dominansi seluruh jenis Dominansi suatu jenis Luas petak contoh Jumlah bidang dasar

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak dan Luas

Kawasan Hutan Batang Toru terdiri dari Blok Barat dan Blok Timur yang secara geografis terletak antara 93 53 – 99 26 Bujur Timur dan 02 03 – 01 27 Lintang Utara. Secara administratif Kawasan Hutan Batang Toru terletak pada tiga kabupaten yaitu, Kabupaten Tapanuli Utara 89 hektar, Kabupaten Tapanuli Tengah 15 hektar, dan Kabupaten Tapanuli Selatan 31 hektar Propinsi Sumatera Utara. Seluruh luasan kawasan hutan tersebut terbagi peruntukannya menjadi Hutan Produksi 68,7, Area Peruntukan Lain 12,7, dan sebagian Hutan lindung atau Suaka Alam 25,32. Gambar 7. Peta Kawasan Hutan Batang Toru OCSP, 2008