Habitat HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Habitat

Areal penelitian Kawasan Hutan Batang Toru KHBT merupakan hutan pegunungan yang diklasifikasikan Van Steenis 1972 sebagai hutan pegunungan bawah berdasarkan ketinggian 900-1.200 m dpl., serta diklasifikasikan sebagai formasi hutan Dipterocarpaceae atas dan hutan Fagaceae-Lauraceae berdasarkan zona floristik Whitmore 1975. Terdapat tiga tipe habitat dengan kombinasi stuktur vegetasi dan habitat fisik yang berbeda-beda, yaitu habitat hutan gambut peat swamp forest , habitat hutan Dipterocarpaceae atas upper Dipterocarp floristik zone , dan daerah peralihan diantara keduanya. Karakter fisik dan biotis yang berbeda dari masing-masing tipe habitat tersebut membentuk mikrohabitat dengan relung ekologi yang juga berbeda-beda. Secara umum masing-masing tipe habitat di KHBT dapat dibedakan dengan beberapa ciri khusus. Pada hutan gambut di KHBT banyak dijumpai mosses dan tumbuhan pemakan serangga Nephentes spp.. Hal ini merupakan indikator dari kondisi tanah yang bersifat asam dengan pH kurang dari 4 Whitmore, 1975; Whitten, 1978 dan miskin unsur hara Whitten, 1978. Tajuk pada hutan gambut didominasi oleh pepohonan dengan daun yang Gambar 6. a Nephentes Spp. b Mosses a b berwarna coklat kemerahan jenis Mayang merah Palaquium spp. yang merupakan jenis dominan pada hutan ini Whitmore, 1975; Whitten, 1978. Daerah peralihan antara hutan gambut dengan hutan Dipterocarpaceae atas dicirikan dengan berkurangnya kelimpahan mosses dan Nephentes spp. Mosses hanya ditemukan di lokasi yang cukup lembab, sementara Nephentes spp. hanya ditemukan di lokasi yang berbatasan dengan hutan gambut. Tajuk tidak lagi didominasi oleh pepohonan berdaun coklat kemerahan dan banyak ditemukan epipit seperti anggrek hutan pada batang-batang pohon. Sementara hutan Dipterocarpaceae atas memiliki kerapatan vegetasi yang lebih rendah dibanding hutan gambut dan daerah peralihan. Pada hutan ini jelas terlihat berkurangnya kelimpahan mosses, Nephentes spp. dan tumbuhan tingkat semai secara drastis. Kondisi lapisan tajuk pohon pada tipe habitat hutan gambut Gambar 8. menunjukkan bahwa hutan gambut memiliki lapisan tajuk pohon Stratum A dimana tajuk diskontinu dengan ketinggian lebih dari 30 m, stratum B yang terdiri dari pohon berketinggian 20 - 30 m, serta stratum C yang terdiri dari pohon berketinggian 4 - 20 m. Daerah peralihan memiliki lapisan tajuk pohon satu strata, yaitu stratum B yang terdiri dari pohon berketinggian 20 - 30 m. Sementara hutan Dipterocarpaceae atas memiliki dua lapisan tajuk pohon yaitu stratum B yang Gambar 7. Kondisi pada masing-masing tipe habitat di KHBT. Keterangan: Kiri ke kanan; hutan gambut, daerah peralihan, dani hutan Dipterocarpaceae atas terdiri dari pohon berketinggian 20 - 30 m dan stratum C yang terdiri dari pohon berketinggian 4 - 20 m. Tabel 2. menunjukkan jumlah populasi individu pada hutan gambut lebih tinggi dibanding hutan Dipterocarpaceae atas dan daerah peralihannya. Hal ini menggambarkan kondisi hutan gambut yang lebih rapat, menutupi pandangan, dan sulit dilalui dibandingkan hutan Dipterocarpaceae atas dan daerah peralihan. Hutan Gambut Daerah Peralihan Hutan Dipterocarpaceae Atas Semai 68.500 61.000 27.000 Pancang 10.400 9.040 4.560 Tiang 1.260 2.380 1.280 Pohon 630 615 705 Jumlah Individu Populasi Total 80.790 73.035 33.545 Semai Sapotaceae Ganua spp. Myristicaceae Eugenia spp. Fagaceae Lithocarpus spp. Pancang Sapotaceae Palaquium spp. Sapotaceae Ganua spp. Lauraceae Alseodaphne spp. Tiang Sapotaceae Palaquium spp. Sapotaceae Ganua spp. Baja-baja Famili dan Jenis Dominan Pohon Sapotaceae Ganua spp. Anacardiaceae Campnosperma spp. Fagaceae Lithocarpus spp. 10 m 20 m 30 m 40 m 10 m 20 m 10 m 20 m 20 m 10 m 0 m FHG Peralihan FHDA Gambar 8. Kondisi lapisan tajuk pohon pada masing-masing tipe habitat di KHBT. Keterangan: FHG; 1: Malu tua; 2, 3: Rengas; 4, 5, 6, 9, 10, 14, 16, 18, 21: Mayang susu; 7, 8, 11, 17: Medang batu; 12: Terentang; 13, 15, 19: Mayang merah; 20 : Sampinur Tali Peralihan; 1: Terentang; 2, 3: Medang batu; 4 : Cempedak; 5 : Jambu-jambu; 6, 10 : Medang kunyit; 7 : Puspa; 8, 9: Damar suri FHDA; 1, 4, 5, 6, 7, 12, 14, 15 : Hoting; 2: Bintangur; 3, 13, 20, 21, 22, 23: Medang kunyit; 8: Meranti; 9, 18,: Dara-dara; 10, 16, 17: Jambu-jambu; 11: Terentang; 19: Akar tiga Tabel 2. Kondisi pada masing-masing tipe habitat di KHBT Ganua spp. merupakan jenis dominan pada hutan gambut dan daerah peralihan. Ganua spp. di hutan gambut mampu berkembang hingga dominan pada tingkat habitus pohon, sementara pada daerah peralihan, walaupun Ganua spp. dominan pada tingkat habitus pancang dan tiang namun tidak mengalami pertumbuhan lateral diameter tidak bertambah hingga ke tingkat habitus pohon. Pengaruh karakteristik tipe habitat tanah, penetrasi cahaya, dan karakteristik lainnya terhadap spesies Ganua spp. dapat diteliti lebih lanjut. Jenis dominan pada hutan Dipterocarpaceae Atas adalah Hoting Lithocarpus spp. dari famili Fagaceae, dan bukan dari famili Dipterocarpaceae. Menurut Whitmore 1975 hutan Dipterocarpaceae atas merupakan zona floristik di bawah hutan Oak-Lauraceae yang didominasi vegetasi dari famili Fagaceae dan Lauraceae. Efek teleskop diindikasikan terjadi di KHBT dimana spesies yang seharusnya dominan pada zona floristik level atas, tumbuh dan menjadi dominan pada level dibawahnya Steenis, 1972.

B. Preferensi Habitat Bersarang Orangutan