Klorofil-a perairan Teluk Jakarta musim kemarau

4.4.1 Klorofil-a perairan Teluk Jakarta musim kemarau

Gambar di bawah merupakan gambar distribusi klorofil-a perairan Teluk Jakarta pada musim kemarau mulai tahun 2004-2009. Gambar 23. Distribusi klorofil-a rata-rata musim kemarau tahun 2004-2009 Dari gambar di atas, terlihat bahwa konsentrasi klorofil-a rata-rata relatif seragam dan rendah dari tahun ke tahun. Adapun pola distribusi klorofil-a ini secara umum adalah relatif lebih tinggi di pesisir dan muara sungai serta semakin berkurang ke arah lepas pantai. Hal ini paling terlihat misalnya pada tahun 2007 di mana konsentrasi klorofil-a yang relatif tinggi antara 2.5-5 mgm 3 yang diwakili warna hijau terdapat di bagian timur Teluk Jakarta di sekitar muara Sungai Cikarang dan Sungai Ciliwung. Menurut Wouthuyzen 2007, kisaran 2.5-5 mgm 3 ini termasuk kondisi siaga terjadinya HAB, dan belum dalam kondisi bahaya HAB karena tidak menutupi seluruh Teluk Jakarta. Demikian pula pada tahun 2009 terlihat yang memliki nilai konsentrasi paling tinggi adalah pada muara Sungai Cikarang. Rata-rata klorofil-a tahun 2008 memiliki konsentrasi klorofil-a yang tinggi terdapat pada wilayah pesisir dan muara sungai, terutama untuk Teluk Jakarta bagian barat dan timur. Berdasarkan kriteria kondisi Harmful Algal Blooms Wouthuyzen, 2007, perairan Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2004-2009 ini termasuk dalam kategori aman karena memiliki nilai konsentrasi lebih rendah dari pada 1.5 mgm 3 . Jika mengacu pada kriteria perairan menurut Bohlen dan Boynton 1966, in Afdal dan Riyono, 2008, maka Teluk Jakarta termasuk dalam kategori perairan normal karena memiliki sebaran konsentrasi klorofil-a yang kurang dari 15 mgm 3 . Hasil ini sedikit berbeda dengan referensi pada pustaka Wouthuyzen 2007 yang menyebutkan bahwa Teluk Jakarta rawan terjadi HAB karena tingginya masukan nutrien dari daratan yang memicu pertumbuhan fitoplankton yang semakin tinggi. Hal ini terjadi karena penelitian untuk melihat distribusi klorofil-a hanya pada musim kemarau karena model penduga konsentrasi klorofil- a pada musim hujan di perairan kurang baik dalam menduga konsentrasi klorofil- a. Wouthuyzen 2007 menyebutkan bahwa kejadian marak alge ini umumnya terjadi pada musim peralihan I dari musim hujan ke musim kemarau dengan frekuensi tertinggi pada bulan April-Mei, dan pada musim peralihan II dari musim kemarau dan musim hujan dengan frekuensi tertinggi pada bulan September- Oktober. Pada musim peralihan I, masukan hara dan nutrien yang tinggi ke dalam Teluk Jakarta yang berasal dari daratan ini dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi pada musim hujan sebelumnya. Pada musim peralihan II, pasokan nutrien dari daratan sangat rendah karena curah hujan yang relatif rendah namun pada musim ini terjadi angin timur yang kuat yang menyebabkan terjadinya up welling dan turbulensi yang menaikkan nutrien tinggi di dasar perairan sehingga perairan menjadi subur dan memacu pertumbuhan fitoplankton.

4.4.2 Transparansi perairan Teluk Jakarta musim kemarau