Transparansi perairan Teluk Jakarta musim kemarau

frekuensi tertinggi pada bulan April-Mei, dan pada musim peralihan II dari musim kemarau dan musim hujan dengan frekuensi tertinggi pada bulan September- Oktober. Pada musim peralihan I, masukan hara dan nutrien yang tinggi ke dalam Teluk Jakarta yang berasal dari daratan ini dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi pada musim hujan sebelumnya. Pada musim peralihan II, pasokan nutrien dari daratan sangat rendah karena curah hujan yang relatif rendah namun pada musim ini terjadi angin timur yang kuat yang menyebabkan terjadinya up welling dan turbulensi yang menaikkan nutrien tinggi di dasar perairan sehingga perairan menjadi subur dan memacu pertumbuhan fitoplankton.

4.4.2 Transparansi perairan Teluk Jakarta musim kemarau

Gambar 24 di bawah merupakan gambar distribusi transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim kemarau mulai tahun 2004 sampai tahun 2009. Transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim kemarau dari tahun 2004 sampai 2009 semakin berkurang secara signifikan. Pada tahun 2004, perairan yang paling keruh hanya terdapat pada pesisir timur Teluk Jakarta dan Tanjung Krawang. Perairan yang masih layak untuk kegiatan perikanan 3 m masih sangat luas, meliputi wilayah perairan yang diwakili oleh warna kuning, hijau, dan biru. Pada tahun 2005, nilai transparansi perairan Teluk Jakarta menurun drastis di mana transparansi bagian tengah Teluk Jakarta sudah sangat rendah dan tak layak untuk kegiatan perikanan. Transparansi rata-rata musim kemarau tahun 2006 mulai meningkat lagi dan tidak jauh berbeda dengan transparansi rata-rata musim kemarau tahun 2004, di mana nilai transparansi paling rendah terdapat pada pesisir timur Teluk Jakarta. Untuk tahun 2007 dan 2008, terlihat bahwa pesisir Teluk Jakarta tidak baik untuk kegiatan perikanan karena rendahnya transparansi perairan.Transparansi perairan rata-rata tahun 2009 pada musim kemarau ini sangat rendah. Gambar 24. Transparansi perairan rata-rata musim kemarau tahun 2004-2009 Berdasarkan nilai ambang batas yang diberikan Kantor MNKLH 1988, seluruh wilayah Teluk Jakarta tidak terlalu baik sebagai wilayah perikanan karena nilai transparansi perairannya sangat rendah Gambar 24. Hal ini terjadi karena meningkatnya jumlah penduduk sebanyak dua kali lipat sejak tahun 1980 sampai tahun 2000 sebanyak 11.9 juta jiwa pada tahun 1980 menjadi 20.3 juta jiwa pada tahun 2000 BPS, 2003, in Arifin, 2004 di sekitar Teluk Jakarta serta tingginya aktivitas pembangunan masyarakat di Jabodetabek yang menyebabkan buangan limbah dan material terlarut semakin tinggi, sehingga transparansi perairan menurun. Nilai transparansi perairan yang layak untuk pertumbuhan koral menurut Kantor MNKLH 1988 adalah lebih dari 5 m. Pada gambar di atas, wilayah yang masih layak untuk pertumbuhan koral diwakili oleh warna hijau dan biru. Dari Gambar 24 di atas terlihat bahwa wilayah perairan yang masih baik untuk pertumbuhan koral semakin berkurang dari tahun 2004-2009. Namun untuk kegiatan pariwisata dan penyelaman, secara umum seluruh Teluk Jakarta tidak baik untuk kegiatan tersebut karena rendahnya transparansi. Nilai transparansi perairan yang baik untuk kegiatan pariwisata ini sebaiknya lebih dari 10 m untuk untuk memudahkan dalam melihat di bawah air.

4.4.3 Transparansi perairan Teluk Jakarta musim hujan