Konsentrasi klorofil-a perairan Teluk Jakarta tahun 2004-2009

pertumbuhan koral karena kisaran transparansi perairan yang sangat rendah antara 0-3 m. Pada tahun 2006, luas wilayah yang masih layak untuk pertumbuhan koral meningkat bahkan lebih luas dari tahun 2004, namun luasan ini semakin berkurang di tahun 2007 dan 2008. Luasan wilayah untuk kegiatan pariwisata berdasarkan Gambar 25 di atas mengalami peningkatan. Pada perairan Teluk Jakarta Hal ini juga bertolak belakang dengan hasil pada Gambar 24 yakni rata-rata transparansi pada musim kemarau di mana setiap tahun luasan yang sesuai nilai ambang batas yang diberikan oleh Kantor MNKLH 1988 memiliki kecenderungan untuk menurun.

4.5 Konsentrasi klorofil-a perairan Teluk Jakarta tahun 2004-2009

Secara umum, penyebaran klorofil-a pada pemetaan distribusi klorofil-a musim ini cukup baik, yakni konsentrasi klorofil-a yang tinggi di daerah pesisir dan semakin berkurang di laut lepas. Pada musim kemarau, arah arus dominan ke arah barat. Namun peta sebaran klorofil-a di bagian dalam Teluk Jakarta tidak terlalu mengikuti pola arus ini karena nilai klorofil-a yang relatif rendah. Secara keseluruhan hasil penelitian sebaran klorofil-a ini mengikuti pola seperti yang diteliti Arinardi 1995 bahwa pola sebaran fitoplankton sesuai dengan arah dan kekuatan arus setiap musimnya, di mana konsentrasi fitoplankton keseluruhan tertinggi terlihat di bagian barat pada musim timurkemarau. Angin berhembus dari arah timur menuju barat sehingga arus membawa fitoplankton bergerak dari arah timur Teluk Jakarta ke bagian barat Teluk Jakarta. Penelitian yang dilakukan Meliani 2006 memperkuat bukti bahwa kandungan klorofil-a yang tinggi berada di bagian pesisir dan semakin rendah ke arah mulut teluk. Demikian pula dengan hasil penelitian Nontji 1984 bahwa di Teluk Jakarta, daerah yang dekat dengan pantai, variasi klorodil-a yang terjadi dari waktu ke waktu cukup besar, sedangkan di daerah yang terluar, kandungan klorofil-a hampir selalu rendah sepanjang tahun. Secara keseluruhan, dari citra satelit tahun 2004-2009 terlihat bahwa nilai klorofil-a di perairan Teluk Jakarta sangat rendah. Rendahnya nilai klorofil-a di perairan menandakan rendahnya produktivitas primer di perairan tersebut. Produktivitas primer berkaitan erat dengan perikanan di mana daerah dengan produktivitas primer yang tinggi biasanya merupakan daerah perikanan potensial. Dari sini terlihat bahwa Teluk Jakarta bukan merupakan wilayah potensial untuk kegiatan perikanan. Jika dihubungkan dengan transparansi perairan yang juga sangat rendah namun konsentrasi klorofil-a juga rendah, terlihat bahwa Teluk Jakarta memang merupakan perairan tipe II, di mana sifat optik air laut bukan didominasi konsentrasi klorofil saja melainkan oleh sedimen suspensi, bahan organik terlarut yellow substances, dan partikel yang berasal dari tanah, sungai, dan gletser. Untuk perairan tipe I, konsentrasi klorofil yang rendah menyebabkan tingginya transparansi perairan. Dari penelitian LIPI pada bulan Juni dan September 2003 LIPI, 2003, kelimpahan fitoplankton rata-rata di Teluk Jakarta bagian barat pengaruh Sungai Cisadane dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tengah pengaruh Sungai Ciliwung dan timur pengaruh Sungai Citarum. Pada bulan Juni musim timur, konsentrasi fitoplankton di Teluk Jakarta bagian barat dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan konsentrasi fitoplankton di Teluk Jakarta bagian tengah dan timur. Di perairan pantai tropis terutama di sekitar mulut sungai, melimpahnya fitoplankton sebagian besar karena pengaruh dari daratan sebagai akibat terbawanya nutrisi dari persawahan, ladang, limbah industri dan rumah tangga melalui air sungai ke laut dan juga karena adanya pengadukan oleh gelombang pasang dan arus laut yang bergerak ke perairan yang lebih dangkal Doty dan Oguri, 1956, in LIPI, 2003. Hasil uji nilai tengah model pada musim hujan menghasilkan bahwa keduanya berbeda nyata sehingga hasil uji adalah tolak H atau tolak model, maka hasil ini tidak dapat diandalkan. Pemetaan untuk melihat konsentrasi klorofil-a Teluk Jakarta secara kualititif hanya bisa dilakukan untuk musim kemarau saja model penduga konsentrasi klorofil-a untuk musim hujan kurang baik. Secara kuantitatif, berikut disajikan grafik perubahan rata-rata klorofil-a pada musim kemarau dari tahun 2004 sampai tahun 2009. Gambar 26. Perubahan konsentrasi klorofil-a rata-rata tahun 2004-2009 Untuk melihat konsentrasi klorofil-a secara kuantitatif, dibuat plot antara nilai in situ konsentrasi klorofil-a dengan nilai duga Gambar 26 dan Gambar 27. Plot segi empat dan garis putus-putus mewakili nilai transparansi perairan dari pengukuran in situ, sedangkan plot segi empat dengan garis mewakili nilai transparansi duga. Gambar 27. Plot nilai klorofil-a in situ dan nilai duga dari model y = 415.8x 3 - 304.1x 2 + 75.97x - 6.204 untuk musim kemarau Gambar 28. Plot nilai klorofil-a in situ dan nilai duga dari model y = -3900.x 3 + 3947.x 2 - 1336.x + 151.4 untuk musim hujan Dari kedua gambar di atas terlihat bahwa nilai konsentrasi klorofil-a duga dari pemodelan baik untuk musim kemarau maupun musim hujan ini memiliki pola yang sama dengan nilai pengukuran in situ. Pola yang terbentuk pun relatif sama dan selisih nilai in situ di mana nilai duga pun tidak terlalu jauh. Kecenderungan untuk meningkat dan menurun juga masih dalam pola yang sama.

4.6 Transparansi perairan Teluk Jakarta tahun 2004-2009