Transparansi perairan Teluk Jakarta tahun 2004-2009

yang sama dengan nilai pengukuran in situ. Pola yang terbentuk pun relatif sama dan selisih nilai in situ di mana nilai duga pun tidak terlalu jauh. Kecenderungan untuk meningkat dan menurun juga masih dalam pola yang sama.

4.6 Transparansi perairan Teluk Jakarta tahun 2004-2009

Pemetaan transparansi perairan dan konsentrasi klorofil-a pada musim kemarau dan hujan dari tahun 2004-2009 dimaksudkan untuk melihat kondisi kualitas perairan Teluk Jakarta secara kualitatif. Secara kuantitatif, berikut disajikan grafik perubahan rata-rata transparansi perairan pada musim kemarau dan musim hujan dari tahun 2004 sampai tahun 2009. Gambar 29. Perubahan transparansi perairan rata-rata tahun 2004-2009 Berdasarkan hasil penelitian tentang transparansi perairan Teluk Jakarta, terlihat bahwa pola transparansi yang paling umum adalah rendah pada pesisir pantai dan semakin tinggi di perairan lepas pantai. Rendahnya nilai transparansi perairan di sekitar muara sungai adalah karena masukanrun-off dari daratan yang cukup tinggi sehingga kandungan material terlarut yang dibawa lebih tinggi. Secara visual terlihat bahwa bagian timur Teluk Jakarta memiliki nilai transparansi perairan yang lebih rendah dari pada bagian baratnya. Hal ini sesuai dengan penelitian awal Arifin et. al. 2003 di mana sedimentasi tertinggi terjadi pada pantai timur Teluk Jakarta sehingga menyebabkan rendahnya transparansi perairan, terutama jika terjadi pengadukan perairan oleh arus dan gelombang yang kuat. Pada musim kemarau, rendahnya transparansi perairan berkaitan dengan masukan dari daratan dan sesuai dengan pustaka yang menyebutkan bahwa sedimentasi pada pantai timur Teluk Jakarta adalah akibat bermuaranya Sungai Citarum di Tanjung Karawang Arifin et. al., 2003. Pada musim hujan, selain karena masukan dari daratan lebih tinggi karena tingginya curah hujan, terdapat juga arus yang kuat yang menyebabkan turbulensi dan up welling pada Teluk Jakarta Wouthuyzen, 2007. Transparansi pada umumnya lebih tinggi pada musim kemarau dari pada musim hujan karena pada musim hujan, faktor pengadukan oleh arus serta debit air sungai yang masuk ke Teluk Jakarta lebih banyak sehingga menyebabkan perairan bertambah keruh. Pada musim hujan, transparansi di wilayah pesisir, terutama di daerah muara tiga sungai besar di Teluk Jakarta Sungai Cisadane, Ciliwung, dan Citarum pada musim hujan sangat rendah. Namun, pada Gambar 29 terlihat adanya kecenderungan peningkatan transparansi perairan musim hujan di tahun 2009. Hal ini dikarenakan tutupan awan yang tinggi pada musim hujan. Pada musim hujan, transparansi pada Teluk Jakarta bagian tengah juga relatif rendah. Hal ini terjadi karena bermuaranya beberapa sungai-sungai yang sangat mempengaruhi kondisi kualitas perairan Teluk Jakarta di antaranya Sungai Ciliwung, Kali Sunter, dan Sungai Karang. Menurut Praseno dan Kastoro 1980, pencemaran terutama terjadi di sekitar muara-muara sungai pada musim hujan yakni antara bulan Januari sampai Februari. Citra tahun 2005 yang digunakan adalah yang diakuisisi pada bulan Januari dan Februari. Hal inilah yang menyebabkan transparansi perairan pada musim hujan tahun 2005 jauh lebih rendah dari pada tahun-tahun lainnya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, debit air sungai pada musim kemarau secara keseluruhan lebih rendah dari pada musim hujan. Adapun nilai kisaran debit air sungai untuk musim kemarau adalah 0.23-43.02 m 3 detik dan pada musim hujan antara 0.30-53.01 m 3 detik Pariwono et.al., 1990. Debit air sungai ini mempengaruhi transparansi perairan pada Teluk Jakarta karena semakin banyak masukan dari daratan maka semakin banyak bahan terlarut yang masuk ke Teluk Jakarta. Berdasarkan penelitian Pariwono et.al. 1990, debit Sungai Ciliwung yang bermuara di Teluk Jakarta pada musim kemarau adalah 43.02 m 3 detik sedangkan pada musim hujan adalah 53.01 m 3 detik. Debit sungai Ciliwung ini merupakan yang terbesar di antara sungai-sungai yang bermuara di Teluk Jakarta lainnya. Debit sungai Kali Sunter adalah 4.94 m 3 detik pada musim kemarau dan 52.49 m 3 detik pada musim hujan. Dengan bermuaranya kedua sungai yang memiliki debit air tinggi pada musim hujan ini maka wajar jika transparansi perairan yang terdapat di bagian tengah Teluk Jakarta sangat rendah. Secara kuantitatif, berdasarkan data in situ yang digunakan, dibuat suatu plot antara nilai in situ transparansi perairan dengan nilai duga pada musim kemarau hujan . Plot segi empat dan garis putus-putus mewakili nilai transparansi perairan dari pengukuran in situ, sedangkan plot segi empat dengan garis mewakili plot nilai transparansi duga. Gambar 30. Plot nilai transparansi in situ dan nilai duga dari model y = -1297.x 3 + 1479.x 2 - 518.4x + 59.87 untuk musim kemarau Gambar 31. Plot nilai transparansi in situ dan nilai duga dari model y = -3312.x 3 + 3724.x 2 - 1264.x + 136.1 untuk musim hujan Dari kedua gambar di atas terlihat bahwa nilai transparansi duga dari pemodelan baik untuk musim kemarau maupun musim hujan ini memiliki pola yang sama dengan nilai pengukuran in situ. Pola yang terbentuk pun relatif sama dan selisih nilai in situ dengan nilai duga pun tidak terlalu jauh.

4.7 Hubungan klorofil-a dengan transparansi perairan Teluk Jakarta