Distribusi klorofil-a Teluk Jakarta musim kemarau

tipe perairan ini karena sifat optik air lautnya lebih didominasi oleh sedimen suspensi, bahan organik terlarut yellow substances, dan partikel yang berasal dari tanah, aktivitas-aktivitas manusia di daratan, dan run off sungai merupakan perairan tipe II case II water. Jadi, hubungan antara transparansi dengan klorofil-a tidak boleh dinyatakan hanya dengan grafik regresi linear sederhana tanpa memperdulikan keberadaan yellow substances di perairan Teluk Jakarta. 4.3 Pemetaan klorofil-a dan transparansi perairan dari model Setelah pengembangan dan pengujian model selesai, model diterapkan dalam pemetaan klorofil-a dan transparansi perairan Teluk Jakarta baik untuk musim kemarau maupun untuk musim hujan. Pemetaan ini termasuk dalam metode pengkajian Teluk Jakarta secara kualitatif dengan melihat sebaran yang terbentuk secara visual.

4.3.1 Distribusi klorofil-a Teluk Jakarta musim kemarau

Pemetaan konsentrasi klorofil-a di Teluk Jakarta ini dibagi menjadi 11 kelas yakni antara 0-0.5 mgm 3 , 0.5-1 mgm 3 , 1-1.5 mgm 3 , 1.5-2 mgm 3 , 2-2.5 mgm 3 , 2.5-3 mgm 3 , 3-3.5 mgm 3 , 3.5-4 mgm 3 , 4-4.5 mgm 3 , 4.5-5 mgm 3 , dan lebih dari 5 mgm 3 . Penggunaan 11 kelas ini bertujuan untuk mempermudah visualisasi konsentrasi klorofil-a secara lebih spesifik karena kedinamisan kondisi perairan Teluk Jakarta. Dalam hal ini yang akan dibahas hanyalah distribusi klorofil-a musim kemarau karena hasil pengujian uji-t antara nilai klorofil-a in situ pada musim hujan dengan nilai duga dari model menunjukkan bahwa nilai tengah antara klorofil-a in situ dengan model dugaan berbeda nyata 1 2 sehingga model pendugaan konsentrasi klorofil-a pada musim hujan yang dikembangkan tidak terlalu baik untuk menduga konsentrasi klorofil-a. Untuk tahun 2004-2006, citra yang digunakan untuk pemetaan digunakan pula dalam pembuatan model. Berikut merupakan distribusi klorofil-a di Teluk Jakarta pada tahun 2004 Gambar 5. Gambar 5. Distribusi klorofil-a Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2004 dari model y = 415.8x 3 - 304.1x 2 + 75.97x - 6.204 Pada 21 Juni 2004, di daerah pesisir Teluk Jakarta bagian barat dan timur, konsentrasi klorofil-a menempati kelas antara 1-1.5 mgm 3 dan 1.5-2 1-1.5 mgm 3 yang diwakili oleh warna biru dan hijau sedangkan di bagian tengah, sebagian besar perairan memiliki konsentrasi klorofil-a antaa 0.5-1 mgm 3 yang diwakili oleh warna biru. Dari gambar terlihat bahwa konsentrasi klorofil-a yang lebih tinggi terdapat di pesisir pantai dan muara sungai, yakni di muara Sungai Cikarang dan Citarum di Teluk Jakarta bagian timur, dan semakin menurun konsentrasinya di laut lepas. Secara umum, konsentrasi klorofil-a paling tinggi di Teluk Jakarta ini terdapat di bagian barat Teluk Jakarta. Pada tanggal 23 Juli 2004, Teluk Jakarta didominasi konsentrasi klorofil-a pada kisaran 0.5-1 mgm 3 yang diwakili warna biru. Konsentrasi klorofil-a cenderung lebih tinggi pada Teluk Jakarta bagian timur. Pada Teluk Jakarta bagian tengah, konsentrasi cenderung seragam antara 0.5-1 mgm 3 . Konsentrasi klorofil-a semakin rendah di lepas pantai. Pada tanggal 24 Agustus 2004, konsentrasi klorofil-a relatif bertambah ditandai dengan semakin luasnya wilayah berwarna biru muda dan hijau yang mewakili kisaran klorofil-a pada 1-1.5 mgm 3 dan 1.5-2 mgm 3 terutama pada Teluk Jakarta bagian barat dan timur. Pada muara Sungai Cikarang dan Sungai Citarum di bagian timur Teluk Jakarta terdapat konsentrasi klorofil-a pada kisaran 3-3.5 mgm 3 yang menandakan cukup tingginya kandungan nutrien dari sungai- sungai tersebut. Secara umum, konsentrasi klorofil-a yang tinggi berada di bagian barat Teluk Jakarta. Pada 9 September 2004, konsentrasi klorofil-a Teluk Jakarta menurun cukup signifikan di mana perairan didominasi oleh kisaran klorofil-a 0-0.5 mgm 3 yang diwakili warna biru tua. Di muara-muara sungai, nilai klorofil-a cenderung lebih tinggi yakni antara 0.5-1 mgm 3 . Konsentrasi klorofil-a meningkat lagi pada 25 September 2004 di mana Teluk Jakarta didominasi konsentrasi klorofil-a pada kisaran 0.5-1 mgm 3 . Namun pada pesisir barat dan timur terdapat konsentrasi klorofil-a dengan kisaran 1-1.5 mgm 3 warna biru muda dan 1.5-2 mgm 3 warna hijau dengan pola teratur, semakin rendah ke arah laut lepas. Pada 11 Oktober 2004, secara umum distribusi klorofil-a semakin meningkat dari tanggal 25 September 2004 yang divisualisasikan dengan bertambahnya luasan yang berwarna biru kisaran klorofil-a 0.5-1 mgm 3 yang mendominasi perairan Teluk Jakarta. Untuk pemetaan distribusi klorofil-a pada tahun 2005 Gambar 6 dan tahun 2006 Gambar 7 ini digunakan sebanyak tiga data citra yang semuanya digunakan dalam pengembangan model penduga konsentrasi klorofil-a. Gambar 6. Distribusi klorofil-a Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2005 dari model y = 415.8x 3 - 304.1x 2 + 75.97x - 6.204 Pada distribusi klorofil-a tahun 2005 di atas, terlihat bahwa terjadi peningkatan konsentrasi klorofil-a dari tanggal 11 Agustus 2005 ke tanggal 27 Agustus 2005 dan 28 September 2005. Pada tanggal 11 Agustus 2005, konsentrasi klorofil-a cenderung rendah dan perairan Teluk Jakarta didominasi klorofil-a pada kisaran 0-0.5 mgm 3 warna biru dan kisaran 0.5-1 mgm 3 warna biru muda pada pesisir dan muara sungai. Pada tanggal 27 Agustus 2005, terlihat bahwa luasan wilayah yang diwakili warna biru muda meningkat terutama di bagian tengah Teluk Jakarta. Pada perairan sekitar muara Sungai Cikarang di bagian timur Teluk Jakarta lebih diwakili kisaran klorofil-a 1-1.5 mgm 3 sedangkan pada muara Sungai Cisadane, konsentrasi klorofil-a lebih tinggi sampai kisaran 2.5-3 mgm 3 yang diwakili warna kuning. Pada tanggal 28 September 2005, konsentrasi klorofil-a meningkat lagi, ditandai dengan semakin luasnya wilayah yang diwakili warna biru muda kisaran 1-1.5 mgm 3 terutama pada Teluk Jakarta bagian timur. Pada muara Sungai Cisadane, konsentrasi klorofil-a sampai pada kisaran 3.5-4 mgm 3 yang diwakili warna oranye. Gambar 7. Distribusi klorofil-a Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2006 dari model y = 415.8x 3 - 304.1x 2 + 75.97x - 6.204 Konsentrasi klorofil-a pada 26 Mei 2006 cenderung seragam dan rendah yakni pada kisaran 0.5-1 mgm 3 pada wilayah pesisir dan 0-0.5 mgm 3 secara keseluruhan. Pada 1 Oktober 2006, klorofil-a ini mengalami peningkatan dan yang paling tinggi terdapat pada muara Sungai Cisadane di bagian barat Teluk Jakarta. Konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk Jakarta tanggal 17 Oktober 2006 lebih tinggi dari tanggal 26 Mei 2006 dan 1 Oktober 2006. Adapun yang paling tinggi terdapat di sebelah timur Teluk Jakarta yang sebagian besar perairan diwakili oleh warna biru muda pada kisaran 1-1.5 mgm 3 terutama di bagian muara. Untuk distribusi klorofil-a tahun 2007 Gambar 8, tahun 2008 Gambar 9, dan tahun 2009 Gambar 10, digunakan perwakilan satu citra untuk masing- masing tahun, di mana citra-citra tersebut tidak digunakan dalam pengembangan model karena tidak tersedianya data in situ. Gambar 8. Distribusi klorofil-a Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2007 dari model y = 415.8x 3 - 304.1x 2 + 75.97x - 6.204 Konsentrasi klorofil-a pada tahun 2007 ini terlihat cukup tinggi terutama di bagian timur Teluk Jakarta antara muara Sungai Cikarang dan muara Sungai Ciliwung yang diwakili oleh warna oranye yang menandakan kisaran klorofil-a 3.5-4 mgm 3 . Pada muara Sungai Cisadane di bagian barat Teluk Jakarta juga terdapat kisaran klorofil-a ini. Namun secara keseluruhan Teluk Jakarta didominasi konsentrasi klorofil-a 1.5-2 mgm 3 yang diwakili warna hijau. Gambar 9. Distribusi klorofil-a Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2008 dari model y = 415.8x 3 - 304.1x 2 + 75.97x - 6.204 Pada 18 Juli 2008 Gambar 9, kisaran klorofil-a mencapai kisaran 3.5-4 mgm 3 warna oranye dan 4-4.5 mgm 3 warna magenta yakni pada muara Sungai Cikarang dan Citarum di bagian timur Teluk Jakarta maupun di muara Sungai Cisadane di bagian barat Teluk Jakarta. Pola distribusi konsentrasi klorofil-a di sini adalah tinggi di bagian pesisir dan semakin rendah di lepas pantai dan secara keseluruhan Teluk Jakarta didominasi konsentrasi klorofil-a 1-1.5 mgm 3 . Gambar 10. Distribusi klorofil-a Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2009 dari model y = 415.8x 3 - 304.1x 2 + 75.97x - 6.204 Perairan Teluk Jakarta tanggal 2 Mei 2009 Gambar 10 didominasi oleh warna biru muda dan relatif seragam di mana konsentrasi klorofil-a berada dalam kisaran 1-1.5 mgm 3 . Namun tampak jelas pada muara sungai-sungai besar seperti Sungai CIsadane, Citarum, dan Cikarang, konsentrasi klorofil-a jauh lebih tinggi yakni pada kisaran 2-2.5 mgm 3 warna hijau muda dan 2.5-3 mgm 3 warna kuning. 4.3.2 Transparansi perairan Teluk Jakarta Pemetaan transparansi perairan di Teluk Jakarta pada musim kemarau dan musim hujan ini dibagi menjadi 9 kelas yakni antara 0-1 m, 1-2 m, 2-3 m, 3-4 m, 4-5 m, 5-6 m, 6-7 m, 7-8 m, dan lebih dari 8 m. Penggunaan 9 kelas ini bertujuan untuk mempermudah dalam melihat sebaran transparansi perairan secara lebih spesifik karena kedinamisan kondisi perairan Teluk Jakarta. 1 Transparansi perairan Teluk Jakarta musim kemarau Pemetaan transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2004 dilakukan untuk tiap data citra yang digunakan untuk pengembangan model. Adapun sebaran transparansinya disajikan dalam Gambar 11 sebagai berikut. Gambar 11. Transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2004 dari model y = -1297.x 3 + 1479.x 2 - 518.4x + 59.87 Pada tanggal 21 Juni 2004, seluruh pesisir barat dan timur Teluk Jakarta diwakili oleh transparansi perairan pada kisaran 2-3 m. Pola transparansi pada tanggal ini adalah rendah pada pesisir dan semakin tinggi pada lepas pantai, di mana pada lepas pantai, transparansi perairannya mencapai kisaran lebih dari 8 m warna ungu. Pada tanggal 23 Juli 2004, transparansi di Teluk Jakarta relatif menurun dari tanggal 21 Juni 2004 di mana perairan Teluk Jakarta didominasi warna kuning dengan kisaran transparansi 2-3 m. Pada 24 Agustus 2004, kisaran transparansi perairan masih serupa dengan tanggal 23 Juli 2004, di mana pada muara Sungai Citarum dan Cikarang transparansinya cenderung lebih tinggi dari pada transparansi Teluk Jakarta secara keseluruhan. Pada 9 September 2004, transparansi Teluk Jakarta meningkat cukup signifikan, di mana hampir seluruh pesisir Teluk Jakarta divisualisasi dengan warna hijau muda dan biru muda pada kisaran transparansi 4-5 m dan 5-6 m. pada muara sungai, kisaran transparansi perairan antara 2-3 m yang diwakili oleh warna kuning. Semakin ke arah lepas pantai transparansi semakin meningkat. Namun transparansi perairan pada mulut teluk hanya berkisar 6-7 m warna biru. Cukup berbeda jauh dengan tanggal 9 September 2004, transparansi perairan rata-rata di Teluk Jakarta dan sekitarnya pada 25 September 2004 cukup tinggi. Terlihat bahwa sebagian besar transparansi Teluk Jakarta didominasi oleh warna ungu yang mewakili transparansi perairan lebih besar dari 8 m. Hal ini membuktikan bahwa kondisi perairan Teluk Jakarta sangat dinamis. Di daerah pesisir terutama di bagian timur Teluk Jakarta, transparansi relatif rendah, pada kisaran 2-3 m warna kunging. Pada 11 Oktober 2004, transparansi masih cukup tinggi di mana secara keseluruhan perairan Teluk Jakarta didominasi oleh warna hijau kisaran transparansi 3-4 m dan hijau muda kisaran transparansi 4-5 m. Secara umum pola distribusi transparansi pada musim kemarau tahun 2004 di Teluk Jakarta ini adalah rendah di bagian muara sungai dan pesisir dengan nilai yang bervariasi dari waktu ke waktu, dan transparansi yang semakin tinggi pada lepas pantai. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya menyebutkan bahwa kisaran transparansi perairan Teluk Jakarta antara 1.5-23 m Praseno, 1979 di mana nilai transparansi perairan terendah terdapat di daerah pantai dan tertinggi di lepas pantai. Pada musim kemarau, arus dan gelombang penyebab pengadukan di perairan Teluk Jakarta tidak terlalu kuat sehingga daerah yang paling keruh hanya terbatas pada muara sungai saja. Adapun pada musim kemarau, arus dominan bergerak ke arah barat. Seluruh citra tahun 2004 musim kemarau yang digunakan menunjukkan bahwa transparansi terendah di teluk Jakarta terdapat di bagian timur Teluk Jakarta. Hal ini sesuai dengan pustaka yang menyebutkan bahwa terdapat sedimentasi yang tinggi pada pantai timur Teluk Jakarta akibat bermuaranya Sungai Citarum di Tanjung Karawang Arifin et. al., 2003. Untuk pemetaan transparansi perairan tahun 2005, digunakan sebanyak tiga data citra yang semuanya juga digunakan dalam pengembangan model penduga transparansi perairan musim kemarau. Adapun distribusi transparansinya disajikan dalam Gambar 12 berikut. Gambar 12. Transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2005 dari model y = -1297.x 3 + 1479.x 2 - 518.4x + 59.87 Pada 11 Agustus 2005, secara keseluruhan terlihat bahwa transparansi perairan Teluk Jakarta cukup tinggi dan didominasi warna hijau muda kisaran transparansi 4-5 m di dekat pesisir dan warna biru muda kisaran transparansi 5-6 m di mulut teluk. Transparansi terendah terdapat di bagian timur Teluk Jakarta di muara Sungai Cikarang Tanjung Gembong dan muara Sungai Citarum Tanjung Krawang yang diwakili oleh warna kuning dengan kisaran transparansi 2-3 m. Transparansi perairan relatif menurun pada tanggal 27 Agustus 2005, di mana perairan secara keseluruhan didominasi oleh warna hijau muda kisaran transparansi 4-5 m. Pada muara-muara sungai, transparansi perairan cenderung lebih rendah yakni diwakili oleh warna kuning kisaran 1-2 m. Pada tanggal 28 September 2005 transparansi cenderung menurun lagi. Transparansi secara keseluruhan didominasi oleh warna kuning kisaran transparansi 2-3 m. Namun pada muara Sungai Cisadane terdapat kisaran transparansi yang lebih tinggi yakni antara 6-7 m. Secara keseluruhan berdasarkan citra hasil olahan tahun 2005 musim kemarau ini transparansi perairan Teluk Jakarta cenderung menurun. Pola distribusi transparansi di Teluk Jakarta ini mengikuti pola umum yang rendah di bagian muara sungai dan pesisir dan semakin tinggi pada lepas pantai. Gambar 12 di atas juga menunjukkan bahwa transparansi terendah terdapat di bagian timur Teluk Jakarta di muara Sungai Citarum dan Sungai Cikarang karena adanya sedimentasi yang tinggi pada pantai timur Teluk Jakarta akibat bermuaranya Sungai Citarum di Tanjung Krawang Arifin et. al., 2003. Untuk pemetaan transparansi perairan tahun 2006, digunakan sebanyak tiga data citra yang semuanya juga digunakan dalam pengembangan model penduga transparansi perairan musim kemarau. Adapun distribusi transparansinya disajikan dalam Gambar 13 berikut. Gambar 13. Transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2006 dari model y = -1297.x 3 + 1479.x 2 - 518.4x + 59.87 Dari Gambar 13 di atas terlihat bahwa transparansi perairan relatif sangat bervariasi namun memiliki kecenderungan untuk menurun. Pada 26 Mei 2006, wilayah pesisir barat dan timur Teluk Jakarta didominasi warna kuning kisaran transparansi 2-3 m sedangkan bagian tengah Teluk Jakarta cenderung lebih cerah dan didominasi hijau muda kisaran transparansi 4-5 m. Wilayah Teluk Jakarta secara secara umum didominasi warna biru yang merupakan kisaran transparansi tinggi antara 6-8 m. Transparansi perairan terendah terdapat pada muara Sungai Cisadane, Citarum, dan Cikarang di mana secara umum transparansi terendah terdapat di bagian timur Teluk Jakarta. Terdapat wilayah dengan nilai transparansi perairan lebih dari 8 m di mulut teluk. Berdasarkan.citra tanggal 1 Oktober 2006, terjadi peningkatan nilai transparansi perairan di mana transparansi perairan yakni sebagian besar lebih dari 8 m. Pesisir bagian tengah Teluk Jakarta memiliki kisaran transparansi perairan antara 4-5 m warna hijau muda. Nilai transparansi terendah terdapat di bagian timur Teluk Jakarta terutama di muara Sungai Cikarang dan Citarum. Pada tanggal 17 Oktober 2006, transparansi perairan berkurang secara signifikan di mana sebagian besar Teluk Jakarta diwakili oleh warna kuning dengan nilai transparansi pada kisaran 2-3 m. Transparansi perairan tahun 2007 Gambar 14, tahun 2008 Gambar 15, dan tahun 2009 Gambar 16 dikembangkan dari model penduga y = 85.63x 2.905 . Citra-citra tersebut tidak digunakan dalam pengembangan model tersebut namun digunakan dalam penerapan untuk mengekstrak informasi transparansi perairan. Gambar 14. Transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2007 dari model y = -1297.x 3 + 1479.x 2 - 518.4x + 59.87 Pada tahun 2007 Gambar 14, sebagian besar perairan Teluk Jakarta memiliki nilai transparansi perairan rendah antara 2-3 m yang diwakili warna kuning. Transparansi perairan semakin meningkat ke arah mulut teluk dan terdapat pula kisaran transparansi tinggi lebih dari 8 m yang diwakili warna ungu. Gambar 15. Transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2008 dari model y = -1297.x 3 + 1479.x 2 - 518.4x + 59.87 Viualisasi transparansi perairan tahun 2008 Gambar 15 tidak jauh berbeda dengan tahun 2007 sebelumnya, di mana kisaran transparansi perairan cukup rendah antara 2-3 m dan pada mulut teluk memiliki kisaran lebih dari 6 m. Akan tetapi terlihat dari gambar bahwa pada muara Sungai Cikarang terdapat kisaran transparansi yang lebih tinggi antara 3-4 m. Gambar 16. Transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim kemarau tahun 2009 dari model y = -1297.x 3 + 1479.x 2 - 518.4x + 59.87 Pada tahun 2009 Gambar 16, terlihat bahwa transparansi perairan Teluk Jakarta tanggal 2 Mei 2009 relatif seragam, yakni pada kisaran 2-3 m. Sana halnya dengan tahun 2008, pada muara Sungai Cikarang tahun 2009 ini juga terdapat kisaran transparansi antara 3-4 m yang diwakili warna hijau. 2 Transparansi perairan Teluk Jakarta musim hujan Pemetaan transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim hujan tahun 2004 disajikan dalam Gambar 17 sebagai berikut. Gambar 17. Transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim hujan tahun 2004 dari model y = -3312.x 3 + 3724.x 2 - 1264.x + 136.1 Distribusi transparansi paling rendah kisaran 1-2 m yang diwakili warna oranye terdapat pada pesisir Teluk Jakarta dan di muara-muara sungai. Secara visual terlihat bahwa bagian timur Teluk Jakarta memilki nilai transparansi perairan yang lebih rendah dari pada bagian baratnya. Hal ini terlihat dari dominannya warna hijau dan hijau muda nilai transparansi 3-5 m di bagian timur Teluk Jakarta dari pada bagian barat yang lebih didominasi warna biru dan biru muda nilai transparansi 5-8 m. Untuk tahun 2005, digunakan 2 citra pada tanggal 15 Januari dan 16 Februari 2005. Pemetaan transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim hujan tahun 2005 ini disajikan dalam Gambar 18 sebagai berikut. Gambar 18. Transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim hujan tahun 2005 dari model y = -3312.x 3 + 3724.x 2 - 1264.x + 136.1 Gambar 18 di atas menunjukkan kondisi transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim hujan yang sangat keruh kisaran transparansi 1-2 m terutama pada bagian timur Teluk Jakarta. Pada tanggal 15 Januari 2005, hampir seluruh Teluk Jakarta mempunyai nilai transparansi perairan yang sangat rendah. Nilai transparansi yang rendah ini merupakan akibat dari run-off sungai Cikarang dan Citarum di bagian timur, dan Sungai Cisadane di bagian barat. Distribusi transparansi pada 16 Februari 2005 juga sangat rendah yakni sebagian besar pada kisaran 1-2 m yang diwakili warna merah dan terdapat hampir di seluruh bagian Teluk Jakarta. Untuk pemetaan transparansi perairan musim hujan tahun 2006 Gambar 19, tahun 2007 Gambar 20, tahun 2008 Gambar 21, dan tahun 2009 Gambar 22, citra yang ditampilkan tidak digunakan dalam pengembangan model namun digunakan dalam penerapan model untuk mengekstrak informasi transparansi perairan musim hujan. Gambar 19. Transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim hujan tahun 2006 dari model y = -3312.x 3 + 3724.x 2 - 1264.x + 136.1 Pada musim hujan tanggal 2 November 2006 dari Gambar 19 di atas, terlihat bahwa nilai transparansi perairan Teluk Jakarta cukup tinggi, di mana sebagian besar didominasi oleh warna biru kisaran transparansi 6-8 m. Bagian timur Teluk Jakarta terutama di muara Sungai Cikarang dan Sungai Citarum memiliki transparansi perairan yang relatif rendah. Hal ini disebabkan pada tahun 2006 terjadi Indian Ocean Dipole Mode IOCM sampai bulan Oktober yang masih berengaruh juga pada tanggal 2 Novermber pada saat citra diakuisisi. Indian Ocean Dipole Mode IOCM mnyebabkan kondisi laut tenang dan curah hujan rendah sehingga transparansi perairan tinggi. Gambar 20. Transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim hujan tahun 2007 dari model y = -3312.x 3 + 3724.x 2 - 1264.x + 136.1 Pada tanggal 7 Desember 2007 di atas, awan menutupi sebagian Teluk Jakarta sehingga transparansi tidak dapat diekstrak dengan sempurna. Namun secara umum kisaran transparansi pada tanggal ini relatif tinggi seperti halnya kisaran transparansi pada tahun 2006 sebelumnya. Gambar 21. Transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim hujan tahun 2008 dari model y = -3312.x 3 + 3724.x 2 - 1264.x + 136.1 Pada Gambar 21 di atas, jelas terlihat kisaran transparansi perairan terendah terdapat pada bagian timur dan tengah Teluk Jakarta yang diwakili oleh warna oranye kisaran transparansi 1-2 m. Rendahnya nilai transparansi di bagian timur ini merupakan akibat dari buangan Sungai Citarum, Sungai Cikarang dan sungai- sungai kecil lainnya di Tanjung Gembong. Di bagian tengah, rendahnya nilai transparansi perairan ini akibat buangan dari Sungai Ciliwung dan Kali Sunter serta sungai-sungai lainnya. Gambar 22. Transparansi perairan Teluk Jakarta pada musim hujan tahun 2009 dari model y = -3312.x 3 + 3724.x 2 - 1264.x + 136.1 Pada Gambar 22 di atas terlihat bahwa transparansi perairan relatif cukup tinggi dan didominasi oleh warna ungu sehingga kisaran transparansi sebagian besar Teluk Jakarta lebih dari 8 m. Hal ini bertentangan dengan teori yang menyebutkan bahwa transparansi menjadi rendah pada musim hujan karena adanya pengadukan oleh arus dan gelombang yang cukup kuat. Selain itu, musim hujan menyebabkan run-off dari sungai bertambah. Meningkatnya debit air sungai yang masuk ke perairan menyebabkan bertambah keruhnya perairan tersebut. Wilayah perairan dengan kisaran transparansi 1-2 m yang diwakili warna oranye terdapat di sekitar muara Sungai Cikarang dan Sungai Citarum di bagian timur Teluk Jakarta dan di sekitar muara Sungai Cisadane di bagian barat Teluk Jakarta.

4.4 Rata-rata konsentrasi klorofil-a dan transparansi perairan tahun