Kadar Serat Pangan Sampel Segar

19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Budidaya dengan Pemupukan Organik dan Anorganik Tanaman

Kolesom Talinum triangulare Jacq. Willd Secara visual tampak bahwa tanaman kolesom hasil budidaya dengan pemupukan secara anorganik lebih subur dan lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan tanaman kolesom hasil budidaya dengan pemupukan secara organik. Daun kolesom budidaya dengan pemupukan anorganik tampak memiliki lebih banyak cabang dan daun. Selain itu, daun kolesom budidaya dengan pemupukan anorganik tampak relatif lebih tebal. Hasil budidaya tanaman kolesom organik dan anorganik terlihat pada gambar 7: a b c d e f g h i j Gambar 8. Tanaman kolesom budidaya dengan pemupukan organik a-e, dan anorganik f-j

B. Analisis Kadar Serat Pangan Sayuran Kolesom

Analisis kadar serat pangan total TDF, serat pangan tidak larut IDF, dan substansi pektat dilakukan terhadap sampel yang telah dikeringkan. Sedangkan analisis data dilakukan untuk menghitung TDF dan IDF terkoreksi, serta kadar SDF dan substansi pektat dalam bobot segar dan basis kering.

1. Kadar Serat Pangan Sampel Segar

Sampel segar daun kolesom menunjukkan rata-rata hasil analisis kadar TDF sampel budidaya dengan pemupukan organik 6,01 g100g sampel segar lebih rendah daripada rata-rata hasil analisis sampel budidaya dengan pemupukan anorganik 6,46 g100g sampel segar. Hasil analisis sampel budidaya dengan pemupukan organik menunjukkan bahwa sampel organik 1 memiliki kadar TDF paling rendah dalam sampel segar, sedangkan sampel organik 3 memiliki kadar TDF paling tinggi dalam sampel segar. Sementara itu, hasil analisis sampel budidaya dengan pemupukan anorganik menunjukkan hasil sebaliknya, yaitu sampel anorganik 3 memiliki kadar TDF paling tinggi dalam sampel segar, sementara sampel anorganik 1 memiliki kadar TDF paling rendah dalam sampel segar. Rata-rata hasil analisis IDF sampel budidaya dengan pemupukan organik 5,48 g100 g sampel segar lebih rendah dibandingkan rata-rata hasil analisis IDF sampel budidaya dengan pemupukan anorganik 5,89 g100 g sampel segar. Hasil analisis sampel budidaya dengan pemupukan organik menunjukkan bahwa sampel organik 1 memiliki kadar IDF paling rendah dalam sampel segar, sedangkan sampel organik 4 memiliki kadar IDF paling tinggi dalam sampel segar. Sementara itu, hasil analisis sampel budidaya dengan pemupukan anorganik menunjukkan sampel 20 anorganik 5 memiliki kadar IDF paling tinggi dalam sampel segar, sementara sampel anorganik 2 memiliki kadar IDF paling rendah dalam sampel segar. a b c Keterangan: Gambar 9. Histogram analisis sampel segar TDF a, IDF b, dan SDF c Data SDF bobot basah sampel segar diperoleh dari pengurangan nilai TDF bobot basah sampel segar terhadap nilai IDF bobot basah sampel segar. Rata-rata hasil analisis sampel budidaya dengan pemupukan organik 0,52 g100 g sampel segar lebih rendah daripada rata-rata hasil analisis Kode organik N kgha P kgha K kgha Kode anorganik N kgha P kgha K kgha 1 22,82 7,88 29,70 1 23 7,2 30 2 34,42 15,77 45,10 2 34,5 14,4 45 3 46,01 23,65 60,50 3 46 21,6 60 4 57,61 31,54 74,80 4 57,5 28,8 75 5 68,83 39,42 90,20 5 69 36 90 21 sampel budidaya dengan pemupukan anorganik 0,57 g100 g sampel segar. Hasil analisis sampel budidaya dengan pemupukan organik menunjukkan bahwa sampel organik 1 memiliki kadar SDF paling rendah dalam sampel segar, sedangkan sampel organik 3 memiliki kadar SDF paling tinggi dalam sampel segar. Sementara itu, hasil analisis sampel budidaya dengan pemupukan anorganik menunjukkan hasil sebaliknya, yaitu sampel anorganik 5 memiliki kadar SDF paling tinggi dalam sampel segar, sementara sampel anorganik 2 memiliki kadar SDF paling rendah dalam sampel segar. Hasil ini serupa hasil analisis IDF berdasarkan bobot segar sampel.

2. Kadar Serat Pangan Basis Kering