Budidaya Organik dibandingkan Anorganik

5

B. Budidaya Organik dibandingkan Anorganik

Budidaya anorganik adalah sistem produksi pertanian konvensional yang dirancang untuk meningkatkan produktivitas pertanian menggunakan senyawa sintetik dalam pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida Deptan 2002. Menurut FAO 2007 di dalam Deptan 2007, s istem pertanian organik adalah sistem produksi holistik dan terpadu, mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro ekosistem secara alami serta mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Selain aman terhadap lingkungan, budidaya organik dirasa aman pula terhadap kesehatan sebab tidak menggunakan unsur-unsur kimia sintetis yang dikhawatirkan meninggalkan residu pada produk tanaman Notohadiprawiro, 2002. Konsep awal pertanian organik yang ideal adalah menggunakan seluruh input yang berasal dari dalam pertanian organik itu sendiri, namun pada prakteknya hal ini sulit dilakukan sehingga pola pertanian organik yang banyak dijumpai adalah pola pertanian yang membatasi input dari luar dalam jumlah minimal Winarno 2002. Prinsip pertanian organik menurut Pracaya 2004 yaitu ramah terhadap lingkungan, tidak mencemarkan dan merusak lingkungan hidup. Sementara itu, istilah pertanian anorganik mengacu pada sistem produksi pertanian konvensional yang masih secara luas dilakukan saat ini. Sistem ini dirancang untuk meningkatkan produktivitas pertanian menggunakan senyawa sintetik dalam pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Sebagai perbandingan, beberapa studi menunjukkan kandungan total polifenol pada tanaman organik lebih tinggi daripada tanaman anorganik Benbrook et al. 2008, Carbonaro et al. 2002, Young et al . 2005, Abu-Zahra et al. 2007. Jus bayam, bawang bombai, dan kol organik memiliki aktivitas antioksidan 50-120 lebih tinggi daripada jus dari komoditas sejenis yang dibudidayakan secara anorganik Ren et al. 2008. Studi lain melaporkan bahwa rata-rata kandungan vitamin C, besi, magnesium, dan fosfor pada beberapa tanaman organik berturut-turut 27.0, 21.1, 29.3, dan 13.6 lebih tinggi dibandingkan dengan produk anorganik Worthington 2001. Kandungan senyawa berbahaya seperti nitrat ditemukan dalam jumlah sedikit pada tanaman organik dibandingkan dengan tanaman anorganik Benbrook et al. 2008; Wang et al. 2008. Diketahui bahwa tanaman yang dibudidayakan secara organik mengandung lebih banyak gula dibandingkan tanaman anorganik Hallmann Rembialkowska 2006. Oleh karena itu hal ini menjadi menarik sebab dapat memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat, khususnya bagi peneliti untuk mengembangkan penelitian sejenis pada tanaman lain. Pengaruh pembudidayaan organik dan anorganik terhadap kadar total serat pangan maupun pektin substansi pektat pada daun kolesom belum diteliti. Perbedaan hasil biosintesisnya pun belum diketahui. Oleh karena itu hal ini menjadi menarik untuk diteliti lebih jauh.

C. Pemupukan