Kerapatan, Frekuensi, Penutupan dan INP Spesies Lamun

34 dengan penelitian sebelumnya ditemukan sama 8 jenis Talakua 2007, 7 jenis Levaan 2008 dan 6 jenis Lahumeten 2009. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hamparan lamun yang ditemukan pada ketiga lokasi adalah tipe vegetasi campuran, dimana pada setiap kuadran terdapat lebih dari 2 jenis lamun. Keberadaan padang lamun dengan tipe campuran yang terdiri dari 8-11 spesies juga telah dilaporkan oleh Kiswara Winardi 1994 di perairan Laut Flores, Teluk Kuta dan Teluk Gerupuk. Tipe vegetasi ini juga bisa ditemukan beberapa tempat di perairan di Indonesia Erftemeijer Middelburg 1993; Nasution 2003b. Tabel 6 Jenis dan sebaran jenis lamun pada lokasi penelitian Suku Jenis Lokasi Pulau Lemon Rendani Wosi Cymodoceaeceae Cymodocea rotundata + + + Cymodocea serrulata + + + Halodule pinifolia + - + Syringodium isoetifolium - + - Hydrocharitaceae Halophila ovalis + + + Halodule uninervis + + + Thalassia hemprichii + + - Enhalus acoroides - - • Total 6 6 6 Keterangan : + = ditemukan di transek pengamatan - = tidak di temukan • = ditemukan di luar transek pengamatan Hal ini juga sesuai dengan pendapat Hemminga dan Duarte 2000 bahwa karakteristik padang lamun daerah tropis dan sub tropis Indo-Pasifik memiliki keanekaragaman yang tinggi dan bertipe vegetasi campuran mixed vegetation.

4.3.2 Kerapatan, Frekuensi, Penutupan dan INP Spesies Lamun

Penyebaran lamun pada ketiga lokasi ini sangat beragam dimana pada lokasi Rendani yang paling banyak adalah Thallassia hemprichii dengan jumlah tegakan 313 – 882m 2 . Pada lokasi Wosi didominansi oleh Halodule uninervis dengan jumlah 35 tegakan 1506 – 4770m 2 . Sedangkan pada daerah pulau Lemon adalah Halodule pinifolia dengan jumlah tegakan 457 – 1555m 2 Dari 8 jenis lamun dan 7 yang diteliti terlihat bahwa Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halophila ovalis dan Halodule uninervis terdapat pada setiap lokasi penelitian. Hal ini berarti ke empat jenis lamun tersebut mampu hidup dan beradaptasi di 3 lokasi yang berbeda substratnya. Tabel 7. Tabel 7 Jumlah tegakan individu lamun Jenis Lamun. Rendani m 2 Wosi m 2 P. Lemon m 2 Thalassia hemprichii 1967 1399 Halophila ovalis 233 196 132 Halodule uninervis 844 8029 243 Cymodocea rotundata 1377 550 1246 Cymodocea serrulata 114 1473 1138 Halodule pinifolia 3493 2790 Syringodium isoetifolium 152 Nilai kerapatan jenis lamun yang tinggi sangat beragam pada ketiga lokasi seperti Thalassia hemprichii di Rendani yaitu 48.58 individum 2 , Halophila ovalis 57.78 individum 2 dan Syringodium isoetifolium sebesar 39.12 individum 2 yang terdapat di lokasi pulau Lemon Gambar 7. Hal ini menggambarkan bahwa jenis ini memiliki kemampuan yang tinggi dari jenis lainnya dalam satu lokasi terhadap adaptasi dan kompetisi dalam lingkungan yang terganggu. Halophila ovalis mempunyai kerapatan yang tinggi karena hidup di lokasi Wosi yang bersubstrat lumpur. Short et al. 2001 mengatakan jenis ini bertumbuh pada intensitas cahaya yang kurang. 36 Gambar 7 Kerapatan jenis lamun pada setiap lokasi. Dari ketiga lokasi untuk nilai frekuensinya hampir tersebar merata terlihat dengan nilai tertinggi masing-masing lokasi hampir berdekatan seperti Thalassia hemprichii di Rendani yaitu 17.08, Halodule uninervis di Wosi yaitu 39.34 dan Cymodocea serrulata yaitu 18.22. Tabel 8. Untuk beberapa jenis yang rendah frekuensinya pada 2 lokasi diduga di sebakan jenis lamun tersebut kemampuan adaptasi pada daerah pecahan karang yang kurang. Tabel 8 Frekuensi jenis lamun Jenis Rendani Wosi Lemon Thalassia hemprichii 17.08 16.03 Halophila ovalis 1.68 21.22 15.43 Halodule uninervis 6.16 39.34 8.52 Cymodocea rotundata 8.55 10.56 14.84 Cymodocea serrulata 0.80 18.74 18.22 Syringodium isoetifolium 1.80 9.49 Halodule pinifolia 10.14 Penutupan menggambarkan tingkat penaungan ruang oleh komunitas lamun. Penaungan ini sering dimanfaatkan oleh ekosistem yang hidup di lamun. Penutupan ini sangat penting untuk mengetahui kondisi ekositem serta sejauh mana komunitas lamun mampu memanfaatkan luasan yang ada. Menurut Erina 2006 nilai kerapatan jenis belum tentu menggambarkan tingkat penutupan suatu jenis 48,58 4,72 17,33 23,79 3,34 57,78 3,59 25,99 20,35 18,14 16,81 39,12 0,00 8,00 16,00 24,00 32,00 40,00 48,00 56,00 Th Ho Hu Cr Cs Si Hp K e rap at an lam u n Jenis lamun Rendani Wosi Lemon 37 karena nilai penutupannya selain dipengaruhi oleh kerapatan juga sangat erat kaitannya dengan tipe morfologi. Penutupan total komunitas lamun pada ketiga lokasi penelitian relatif rendah dengan kisaran 0.49–24.65 dari keseluruhan areal yang potensial ditumbuhi lamun. Tabel 9 Penutupan jenis lamun Jenis Rendani Wosi Lemon Thalassia hemprichii 24.65 8.14 Halophila ovalis 7.22 23.11 0.78 Halodule uninervis 8.76 0.49 1.45 Cymodocea rotundata 13.91 4.57 7.26 Cymodocea serrulata 2.80 1.44 6.72 Syringodium isoetifolium 2.67 Halodule pinifolia 10.40 15.65 Total 60 40 40 Penutupan tertinggi yaitu jenis Thalassia hemprichii sebesar 24.65 dan terendah yaitu halodule uninervis sebesar 0.49 yang terdapat pada lokasi Wosi Tabel 9. Lamun jenis T. hemprichii penutupannya lebih tinggi karena pada lokasi Rendani kondisi substrat yang berpasir dan pecahan karang yang membuat proses flushing atau pencucian pantai berlangsung baik sehingga proses sedimentasi berlangsung lambat. Kondisi substrat seperti ini sangat cocok untuk kehidupan jenis lamun Thalassia den Hartog 1970. Hal ini juga dengan ukuran daun dan rhizome yang kuat sehingga apabila terjadi hempasan ombak tidak meyebabkan kerusakan daun dan patahnya rhizome. Sedangkan H. uninervis terendah di karenakan jenis ini hanya berada pada daerah genangan air. Bjork et al. 1990 mengatakan bahwa H. uninervis tidak tahan terhadap kekeringan dan ditemukan pada kolam-kolam dangkal genangan air di daerah rataan terumbu. Selain itu, Terrados et al. 1999 mengatakan bahwa kalau H. uninervis relatif peka terhadap gangguan kekeruhan dan penutupan sedimen. Total penutupan di 3 lokasi yang paling besar pada lokasi Rendani dengan tutupan 60, diikuti oleh Wosi dan pulau Lemon yang masing-masing 40. Nilai tutupan pada lokasi Rendani masuk dalam status padang lamun dengan kondisi baik, sedangkan lokasi Wosi dan pulau Lemon adalah kurang kayakurang sehat Kepmen Negara dan Lingkungan Hidup No 200 Tahun 2004. 38 Indeks Nilai Penting INP merupakan besaran yang digunakan untuk menghitung dan menduga peranan suatu jenis lamun dalam komunitasnya. Hasil INP dipengaruhi oleh nilai relatif dari kerapatan, frekuensi dan penutupan jenis lamun. Semakin tinggi nilai INP suatu spesies terhadap spesies lamun yang lain, maka semakin tinggi peranan spesies tersebut pada komunitas tersebut. Nilai INP ini tergantung pada struktur nilai relatif kerapatan, frekuensi dan penutupan jenis lamun yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Nilai INP tertinggi di setiap lokasi adalah beragam dimana T. hemprichii paling tinggi di lokasi Rendani dengan nilai 55.70 H. ovalis mendominasi di lokasi Wosi dengan nilai INP 40.15 dan C. serrulata pada lokasi pulau Lemon dengan nilai 18.46 Gambar 8. Nilai INP yang tinggi berhubungan dengan kemampuan jenis lamun untuk beradaptasi terhadap fluktuasi kondisi perairan dan tipe substrat. Gambar 8 Nilai INP jenis lamun disetiap lokasi. Vermat et al. 1995 mengemukakan, walaupun T. hemprichii dan C. serrulata relatif peka terhadap gangguan namun jika ditemukan dalam perairan yang jernih dan jauh dari gangguan Rendani dan pulau Lemon maka akan bertumbuh baik. Hal ini juga dikemukakan oleh Phillips dan Menez 1988 bahwa T. hemprichii dominan di daerah substrat yang berpasir dan pecahan karang yang bersih. 55,70 22,11 26,37 40,15 21,59 18,46 10,04 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 Th Ho Hu Cr Cs Si Hp N il a i I N P Jenis Lamun Rendani Wosi Lemon 39

4.3.3 Biomassa Lamun