32
bersubstrat lumpur dan diduga adanya masukan limbah organik dari sungai Wosi di daerah pasar. Kepmen Negara dan Lingkungan Hidup No 51 Tahun2004 menetapkan
nilai ambang batas untuk kekeruhan untuk biota laut yaitu 5. Kisaran ini masih baik untuk daerah Rendani dan Pulau Lemon, sedangkan Wosi berada di luar ambang
baku mutu ini.
4.2.7 Total Fosfat
Fosfat merupakan satu dari beberapa senyawa yang esential untuk pertumbuhan lamun, karena senyawa ini dibutuhkan dalam mensintesa protoplasma.
Fosfat dalam perairan alami umumnya dalam bentuk ortofosfat dan polifosfat Irawan 2003. Hasil analisis kandungan fosfat di kolom air di semua lokasi
penelitian menunjukkan konsentrasi yang tinggi yaitu 0.22-0.62 mgl. Konsentrasi ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan baku mutu biota air laut yang ditetapkan
oleh Kepmen Negara dan Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 yaitu sebesar 0.015 mgl. Keberadaan fosfat yang tinggi disamping limbah antropogenik juga karena
ekosistem di lingkungannya contohnya dari mangrove yang berhubungan dengan adanya pelepasan senyawa dari matrik karbonat karena kandungan karbonat yang
tinggi Levaan 2008. Ini dapat dilihat pada ekosistem padang lamun Rendani dan Pulau Lemon, sedangkan limbah antropogenik ada pada lokasi Wosi.
4.2.8 Nitrat
Nitrat adalah pusat aktivitas mikroba yang melakukan dekomposisi bagian lamun yang mati Moriarty Boon 1989. Kandungan nitrat yang paling tinggi pada
lokasi Wosi diduga disebabkan bahan organik yang masuk melalui sungai Wosi sehingga terjadi pengaruh antropogenik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hutagalung
dan Rozak 1997 in Levaan 2008 bahwa peningkatan kandungan amoniak di laut berkaitan erat dengan masuknya bahan organik yang mudah diurai. Selanjutnya
dikemukakan juga bahwa hasil reduksi nitrat dan nitrit oleh mikroorganisme itu disebabkan oleh degradasi bahan organik.
Konsentrasi nitrat pada semua lokasi yaitu 0.44-0.70 mgl adalah sangat tinggi dibandingkan dengan baku mutu biota air laut sebesar 0.008 mgl.
33
Tingginya konsentrasi nilai nitrat ini diduga telah terjadi eurotrifikasi pada lokasi penelitian tersebut.
4.2.9 Kedalaman Air
Kedalaman air mempengaruhi pertumbuhan lamun dan kelimpahan ikan.. Menurut Beer dan Waisel 1982 in Short et al. 2001 pada organisme lamun,
kedalaman air tidak hanya mengurangi intensitas cahaya tetapi juga akan terjadi penambahan tekanan hydrostatik organisme lamun, contohnya Halodule uninervis
yang akan menghasilkan terlalu banyaknya tekanan hydrostatik. Kedalaman perairan dapat membatasi distribusi lamun secara vertikal. Lamun
tumbuh di zona intertidal bawah dan subtidal atas hingga mencapai kedalaman 30 m. Zona intertidal dicirikan oleh tumbuhan pionir yang didominasi oleh Halophila
ovalis, Cymodocea rotundata dan Holodule pinifolia, Sedangkan Thalassodendron ciliatum mendominasi zona intertidal bawah Hutomo 1985.
Hasil pengukuran kedalaman air dilakukan pada saat surut terendah, diukur dari ½ kedalaman saat berada pada ¼ surut Burdick Kendrick 2001. Hasil
pengukuran dengan nilai kedalaman berkisar 42-59 cm Lampiran 4. Sebagian besar jenis lamun pada kondisi kekeringan tidak bisa ditolerir untuk bertumbuh terutama
pada zona intertidal. Ada sebagian kecil jenis lamun yang bertahan hidup di antara daun-daunnya saat surut terendah Koch 2001. Syringodium isoetifolium Bjork et
al. 1999 merupakan jenis yang tahan terhadap kekeringan dan bisa hidup di daerah itu.
4.3 Struktur Komunitas Lamun 4.3.1 Komposisi Jenis dan Sebaran Lamun