Waktu dan Tempat Pengukuran Pertumbuhan Tanaman

d Perbaikan Kualitas Tanah Dosis bahan humat pada penelitian terdahulu untuk tanah seluas 1 hektar atau setara dengan berat tanah 2.000 ton adalah 15 liter humat yang belum diencerkan Herjuna 2011. Pada penelitian ini dosis dinaikkan menjadi 100 literha. Berat tanah dalam setiap polybag adalah 10 kg atau 0.01 ton berat kering udara, sehingga dosis pemberian bahan humat adalah sebanyak 0.012000 x 100 liter = 0.5 mlpolybag. Oleh karena itu, dosis bahan humat terdiri dari 3 taraf, yaitu 0.0; 0.5; dan 1.0 mlpolybag. Kompos yang digunakan adalah campuran kotoran kelelawar, kotoran kambing dan sekam padi dengan perbandingan 1:1:1. Pemberian dosis kompos terdiri dari 3 taraf yaitu 0.0, 1.0; dan 2.5 kgpolybag. Dari kedua bahan tersebut diperoleh 9 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali pada masing-masing perlakuan, sehingga diperoleh 3 x 3 x 3 = 27 polybag. Pemberian bahan humat dilakukan dengan menyiram langsung ke tanah, setelah masing-masing dosis diencerkan dengan air sebanyak 100 ml. Kompos juga diberikan ke tanah dan dicampur secara homogen. Dosis bahan humat dan kompos yang diaplikasikan dalam media polybag dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Perlakuan bahan humat dan kompos pada percobaan rumah kaca Perlakuan Bahan humat pekat mlpolybag Kompos kgpolybag H0P0 0.0 0.0 H0P1 0.0 1.0 H0P2 0.0 2.5 H1P0 0.5 0.0 H1P1 0.5 1.0 H1P2 0.5 2.5 H2P0 1.0 0.0 H2P1 1.0 1.0 H2P2 1.0 2.5 e Penanaman Kecambah sengon yang telah tumbuh dipindahkan ke polybag. Kadar air dan iklim mikro diusahakan tetap stabil sesuai dengan kondisi lapang, sehingga diperlukan penyiraman setiap pagi dan sore hari. f Waktu Pengukuran Pengukuran tinggi tanaman dimulai pada saat tanaman berumur 3 minggu setelah tanam MST dan dilakukan secara berkala dengan interval waktu setiap 3 minggu selama ± 3 bulan. Pengukuran panjang akar dan biomassa dilakukan pada akhir pengamatan atau 9 minggu setelah tanam MST.

3.3.2. Percobaan Lapangan

a Persiapan lahan Lahan yang disiapkan adalah tanah yang telah ditimbun top soil. Petak ukur dibuat seluas 26 m x 6 m p x l dengan jarak antara tanaman adalah 2 m x 2 m Krisnawati et al. 2011. Setiap lubang tanam, tanah dicangkul pada luasan 0.5 m x 0.5 m dengan asumsi kedalaman perakaran adalah 50 cm. Kelompok atau petak ukur penanaman dibagi 3 blok di lahan bekas tambang dianggap sebagai 3 ulangan, sehingga terdapat 27 satuan percobaan 3 x 3 x 3. Petak ukur dibatasi oleh bambu dan pita penanda. b Pemilihan bibit Bibit sengon yang diujikan diperoleh dari lokasi pembibitan PT. Aneka Tambang Persero Tbk. dengan mempertimbangkan persamaan umur, kesehatan dan diameter tanaman Herjuna 2011. c Perbaikan Kualitas Tanah Perlakuan pembanding dilakukan berdasarkan aplikasi kompos yang biasa digunakan oleh PT. Aneka Tambang Persero Tbk., yakni dengan dosis 4 kg kompos sisa tanaman untuk setiap lubang tanam. Dosis kompos yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari perlakuan PT. Aneka Tambang Persero Tbk. dan mengacu pada percobaan Widuri dan Yasir 2013, yaitu kompos yang digunakan berupa campuran kotoran kelelawar guano, kotoran kambing dan sekam padi dengan perbandingan 2:1:1. Taraf yang digunakan masing-masing 0.0; 1.0; dan 2.5 kglubang tanam. Bahan humat yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari 3 taraf yaitu 0.0; 0.5; dan 1.0 mllubang tanam. Pemberian bahan humat dilakukan dengan menyiram langsung ke tanah, setelah masing-masing dosis diencerkan dengan air sebanyak 100 ml. Penelitian ini menggunakan tambahan pupuk dasar NPK sebanyak 10 g untuk seluruh satuan percobaan. Bahan humat dan kompos yang diaplikasikan dalam lubang tanam dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Perlakuan bahan humat dan kompos pada percobaan lapangan Perlakuan Bahan humat pekat mllubang tanam Kompos kglubang tanam H0P0 0.0 0.0 H0P1 0.0 1.0 H0P2 0.0 2.5 H1P0 0.5 0.0 H1P1 0.5 1.0 H1P2 0.5 2.5 H2P0 1.0 0.0 H2P1 1.0 1.0 H2P2 1.0 2.5 d Waktu Pengukuran Pengukuran tinggi tanaman dan diameter batang dimulai pada saat tanaman berumur 3 minggu setelah tanam MST dan dilakukan secara berkala dengan interval waktu pengukuran setiap 3 minggu selama ± 3 bulan. Pengukuran panjang akar, bintil akar dan biomassa dilakukan pada akhir pengamatan atau 9 minggu setelah tanam MST.

3.4. Pengukuran Pertumbuhan Tanaman

Pengukuran dilakukan terhadap seluruh tanaman pada setiap minggunya selama 9 minggu. Pengukuran tinggi dan diameter batang tanaman pertama dilakukan pada 3 minggu setelah tanam MST. Tinggi tanaman diukur 1 cm dari permukaan tanah sampai ke ujung titik pertumbuhan batang. Diameter batang diukur dengan menggunakan kaliper dalam satuan cm. Pengukuran diameter diukur pada titik 1 cm dari permukaan tanah Sukarman et al. 2012.

3.5. Pengukuran Panjang Akar

Akar yang digunakan untuk pengukuran masih dalam keadaan segar dan telah dibersihkan dari tanah yang menempel. Pengukuran panjang akar tanaman dilakukan mulai dari pangkal batang hingga ujung akar pokok akar primer. Waktu pengukuran dilakukan setelah tanaman dicabut dari media tanam.

3.6. Perhitungan Bintil Akar

Perhitungan bintil akar dilakukan pada akhir tanam dengan menghitung bintil akar efektif berdasarkan proporsi bintil akar berwarna merah muda Setiadi 1989.

3.7. Biomassa Tanaman

Biomassa tanaman sengon percobaan rumah kaca dan lapangan diukur setelah dipanen atau pada umur 9 minggu setelah tanam MST. Variabel yang diamati meliputi biomassa total bobot kering akar dan bobot kering tajuk dimana komponen tersebut dikeringkan dalam oven dengan suhu 105 o C selama 24 jam. Metode yang digunakan yakni dengan pemanenan individu tanaman yang didasarkan pada tingkat kerapatan individu tumbuhan yang cukup rendah dan komunitas tumbuhan dengan jenis yang sedikit. Nilai total biomassa dengan metode ini diperoleh dengan menjumlahkan biomassa seluruh individu dalam suatu unit area contoh.

3.8. Analisis Tanah

Analisis sifat-sifat kimia dan logam berat tanah dilakukan sesudah percobaan. Sampel tanah yang dianalisis dikumpulkan secara komposit dan quartering terlebih dahulu kemudian dibawa untuk dianalisis di laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor. Hasil analisis tanah yang telah diperoleh dari laboratorium selanjutnya dianalisis secara deskriptif.

3.9. Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan sifat kimia dan logam berat Ni dan Cr tersedia dalam tanah disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Parameter dan metode pengamatan sifat kimia dan logam berat tanah Parameter pengamatan Metode pH H2O dan KCl pH meter dengan ekstrak 1:5 C-organik Walkley dan Black N-total Kjeldahl P-tersedia OlsenBray 1 Kapasitas Tukar Kation NH 4 -Acetat 1N, pH7 Kejenuhan basa Perhitungan K-dd, Na-dd, Ca-dd dan Mg-dd NH 4 -Acetat 1N, pH7 Ni-tersedia Ekstrak DTPA Cr-tersedia Ekstrak DTPA Data parameter pertumbuhan diolah menggunakan analisis ragam ANOVA dan dihitung menggunakan program SPSS. Bila terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan uji DMRT Duncan Multiple Range Test dengan taraf 5. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Percobaan Pot di Rumah Kaca

4.1.1. Kandungan Unsur Hara Tanah

Unsur hara memegang peranan penting bagi pertumbuhan tanaman setelah berkecambah. Tersedianya hara yang cukup dalam tanah dapat mempermudah penyerapan hara oleh akar tanaman. Berdasarkan hasil uji tanah di laboratorium diperoleh sifat-sifat kimia tanah yang tersaji pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil analisis sifat-sifat kimia tanah pada percobaan rumah kaca Perlakuan pH C- organik N- total P KTK Ca- dd Mg- dd K- dd Na- dd KB H 2 O KCl --------- -------- -ppm- ------------------cmol c kg----------------- ---- H0P0 5.4 5.3 1.44 0.11 6 10.01 1.18 7.33 1.04 0.16 97 H0P1 5.5 5.3 3.10 0.20 47 16.47 8.73 8.50 3.31 0.87 100 H0P2 5.5 5.3 3.82 0.23 111 14.49 13.17 9.42 5.23 1.31 100 H1P0 5.5 5.3 1.03 0.13 5 9.75 0.88 7.18 0.91 0.16 94 H1P1 5.7 5.6 2.86 0.23 159 12.67 8.40 7.83 2.49 0.62 100 H1P2 5.5 5.4 3.90 0.20 239 14.44 10.50 8.16 3.70 0.86 100 H2P0 5.6 5.4 1.64 0.12 46 8.89 1.01 6.33 0.89 0.10 94 H2P1 5.4 5.3 2.29 0.16 14 11.91 5.71 9.08 2.42 0.62 100 H2P2 5.2 5.1 2.95 0.28 56 12.92 11.13 8.73 4.33 1.24 100 Hasil analisis tanah Tabel 5 menunjukkan bahwa pH tanah pada semua perlakuan tidak berubah dan bersifat masam. Nilai pH ekstrak KCl sedikit lebih rendah dibandingkan nilai pH ekstrak H 2 O yang menunjukkan rendahnya muatan negatif tanah. Kandungan C-organik dan N total tanah dengan penambahan kompos lebih tinggi dibandingkan penambahan bahan humat. Untuk semua perlakuan kombinasi bahan humat dan kompos, kandungan C-organik dan N-total meningkat lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan bahan organik mampu meningkatkan kandungan C dan N, sehingga mampu meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Selain itu, kandungan C dan N yang optimum akan membantu bakteri dalam mineralisasi sehingga unsur hara meningkat Djajadi dan Gilkes 1997. Perlakuan penambahan bahan humat maupun kompos dan kombinasinya dapat meningkatkan kadar P lebih tinggi dibandingkan kontrol, kecuali pada perlakuan H1P0 dan H2P1. Lindiawati dan Hardayanto 2002 menjelaskan bahwa pemberian kompos dapat melepaskan unsur hara P ke dalam tanah lebih cepat karena adanya kandungan fosfat yang cukup tinggi pada kompos, terutama yang berasal kotoran hewan. Penelitian yang dilakukan oleh Fauziah 2009 menunjukkan bahwa pemanfaatan bahan humat dan kompos pada media tailing telah merubah karakter media tailing murni dengan ketersediaan P yang tinggi dalam tanah. Hal ini karena adanya interaksi dari fosfor dengan senyawa humat membentuk senyawa kompleks fosfohumat. Bentuk kompleks fosfohumat dapat terjadi dengan adanya ion logam yang berfungsi sebagai jembatan antara senyawa humat dengan ion fosfor Al-fosfohumat, sehingga ion P dapat tersedia dalam tanah Tan 1998. Kapasitas tukar kation KTK dalam tanah meningkat dengan perlakuan kompos dibandingkan kontrol. Bahan humat dalam penelitian ini relatif tidak berpengaruh terhadap peningkatan KTK dibandingkan kontrol. Dalam hal ini pengaruh bahan humat tertutupi oleh pengaruh kompos terhadap KTK. Pemberian kompos juga meningkatkan basa dalam tanah secara signifikan, khususnya pada Ca, Mg, K dan Na. Untuk kation basa tanah yang dapat dipertukarkan menunjukkan bahwa perlakuan kompos mampu meningkatkan kadar Ca-dd, Mg-dd, K-dd, dan Na-dd dalam tanah dibandingkan bahan humat yang cenderung relatif sama dengan