1.6. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dosis bahan humat dan kompos yang berbeda memberikan pengaruh berbeda
terhadap sifat kimia tanah. 2. Dosis bahan humat dan kompos yang berbeda memberikan pengaruh berbeda
terhadap kandungan logam berat Cr dan Ni tersedia dalam tanah. 3. Dosis bahan humat dan kompos yang berbeda memberikan pengaruh berbeda
terhadap pertumbuhan tanaman revegetasi.
Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran
Analisis sifat kimia tanah
Analisis pertumbuhan tanaman
Analisis logam berat tanah
Aktivitas penambangan Pencemaran lahan
bekas tambang Perubahan bentang
alam Gangguan sosial
masyarakat
Evaluasi kondisi tanah di lahan pascatambang
Ruang Lingkup Penelitian
Bahan humat Kompos
Peningkatan kualitas tanah dan pertumbuhan tanaman
Reklamasi lahan tambang
Kendala-kendala: Sifat kimia tanah rendah
pH rendah Pencemaran tanah
Bakteri berkurang, dll. Reklamasi buruk
mewariskan isu sulit bagi
pemerintah, masyarakat dan
industri
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kondisi Tanah Pascatambang
Kegiatan penambangan bahan galian berharga dari lapisan bumi telah berlangsung sejak lama. Selama kurun waktu 50 tahun terakhir, perkembangan
teknologi pengolahan semakin meningkat dan ekstraksi bijih kadar rendah menjadi lebih ekonomis, sehingga semakin luas dan semakin dalam mencapai
lapisan bumi jauh di bawah permukaan. Apabila kegiatan penambangan terus dibiarkan tanpa ada upaya perbaikan lingkungan dapat berdampak terhadap
kerusakan lingkungan hidup, seperti hilangnya fungsi proteksi terhadap tanah, hilangnya keanekaragaman hayati, terjadinya degradasi pada daerah aliran sungai
dan perubahan bentuk lahan BAPEDAL 2001.
Kegiatan penambangan yang kurang produktif dapat berpengaruh pada kesuburan tanah sehingga tanaman sulit mengalami pertumbuhan. Sembiring dan
Simon 2008 menjelaskan bahwa lahan bekas penambangan secara nyata memperlihatkan kondisi tanah yang mengalami kerusakan struktur dan pemadatan
sehingga berefek negatif terhadap sistem tata air dan aerasi yang secara langsung dapat mempengaruhi fungsi dan perkembangan akar. Rusaknya struktur tanah
juga berdampak pada tanah yang kurang mampu menyimpan dan meresapkan air pada musim hujan, sehingga terjadi erosi tanah. Sebaliknya pada musim kemarau
tanah menjadi keras dan padat, sehingga tanah menjadi sulit untuk diolah. Selain itu, wilayah pascatambang merupakan tanah dengan pH yang rendah masam,
miskin air dan unsur hara. Kondisi ini adalah hambatan utama untuk pertumbuhan tanaman Pietrzykowski et al. 2013.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa akibat dari kegiatan penambangan secara fisik dapat mempengaruhi solum tanah dan terjadinya pemadatan tanah,
mempengaruhi stabilitas tanah dan bentuk lahan Setyaningsih 2007. Lahan bekas tambang tertentu dapat juga memiliki kandungan logam berat dalam tanah
dalam jumlah yang tinggi. Logam-logam yang berada dalam tanah pascatambang sebagian adalah logam berat pada awalnya logam itu tidak berbahaya jika
terpendam dalam perut bumi. Tapi ketika ada kegiatan tambang, logam-logam tersebut ikut terangkat bersama batu-batuan yang digali, termasuk batuan yang
digerus dalam processing plant. Logam-logam itu berubah menjadi ancaman ketika terurai di alam bersama tailing yang dibuang Yu et al. 2013.
Menurut Verloo 1993 dalam Notohadiprawiro 2006, bahwa logam berat yang terdapat di dalam tanah menjadi berbagai fraksi atau bentuk, antara lain:
1. Larut air, berada dalam larutan tanah. 2. Tertukarkan, terikat pada tapak-tapak jerapan adsorption sites pada koloid
tanah dan dapat dibebaskan oleh reaksi pertukaran ion. 3. Terikat secara organik, berasosiasi dengan senyawa humus yang tidak
terlarutkan 4. Terjerat occluded di dalam oksida besi dan mangan
5. Senyawa-senyawa tertentu, seperti karbonat, fosfat dan sulfida 6. Terikat secara struktural di dalam mineral silikat atau mineral primer.
Unsur logam yang berada dalam larutan tanah dapat juga berbentuk senyawa kompleks elektrolit atau non-elektrolit atau berbentuk L
n+
. Senyawa non-