Penanaman daur kedua a. Persiapan dan perencanaan terdiri atas kegiatan pengukuran areal kerja,
pemetaan, auditing dan risalah hutan, serta kegiatan inventarisasi tegakan dalam rangka pemanenan.
b. Penanaman meliputi kegiatan pembibitan, penyiapan lahan, penanaman serta pemeliharaan tahun berjalan berupa pemupukan dan penyiangan.
c. Pemeliharaan dan pembinaan hutan. Kegiatan pendukung lainnya
Kegiatan pendukung lainnya meliputi kegiatan pengendalian kebakaran dan kegiatan pengamanan hutan, pemenuhan kewajiban kepada negara,
pemenuhan kepada lingkungan dan sosial, pemeliharaan sarana dan prasarana, serta administrasi umum.
Kerjasama a. Mengelola Hutan Bersama Masyarakat MHBM
Merespon perkembangan sosial kemasyarakatan, perusahaan telah melaksanakan program mengelola hutan bersama masyarakat MHBM,
program ini menempatkan masyarakat sekitar hutan sebagai mitra sejajar pengusaha HTI dalam mengelola hutan tanaman industri.
b. Mengelola Hutan Rakyat MHR Kawasan hutan yang diselingi dengan kawasan perladangan milik
masyarakat, merupakan sumber kerawanan, baik berupa kebakaran hutan maupun perambahan kawasan hutan. Untuk mengatasi masalah tersebut,
perusahaan menawarkan kepada
masyarakat pemilik kawasan
perladangan untuk bekerja sama dengan perusahaan dalam program MHR. Dalam program MHR kawasan perladangan di antara lahan HTI
akan ditanami dengan tanaman HTI, dengan pola bagi hasil antara perusahaan dengan pemilik lahan.
4.5. Struktur Organisasi Perusahaan
Semakin besar suatu perusahaanorganisasi, maka akan semakin kompleks struktur organisasinya, sehingga persoalan mengenai struktur
organisasi dan kepemimpinan semakin bertambah sulit dan rumit. Seorang pemimpin perusahaan yang besar tidak mungkin dapat melaksanakan semua
pekerjaan yang terjadi pada suatu perusahaan, oleh karena itu perusahaan yang baik sebaiknya mempunyai struktur organisasi, karena di dalam struktur
tersebut tergambar pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang tegas. Struktur organisasi yang baik harus mempertimbangkan organisasi
perusahaan secara menyeluruh, besarnya perusahaan, pertumbuhan yang diantisipasikan, sifat perusahaan, pertumbuhan yang sentralisasi, rencana-
rencana jangka panjang, dan model manajemen serta karakteristik- karakteristik pribadi dan kelompok pimpinan suatu kesatuan. Berdasarkan
bentuk struktur organisasinya, maka PT. Musi Hutan Persada memiliki bentuk organisasi garis. Organisasi garis adalah bentuk struktur organisasi dimana
kekuasaan mengalir secara langsung dari Direktur ke Kepala Bagiandan kemudian terus ke karyawan-karyawan dibawahnya. Masing-masing bagian
merupakan unit yang berdiri sendiri, dan Kepala Bagian menjalankan semua fungsi pengawasan dalam bagiannya.
4.6. Kondisi Keuangan PT. Musi Hutan Persada
Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil yang telah dicapai
oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan. Apalagi informasi mengenai
kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak. Perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat diketahui dengan
melihat kondisi keuangan perusahaan dengan menggunakan metode analisis trend atau yang lebih dikenal dengan analisis horizontal, dengan melihat
kecenderungan pergerakan pos-pos dalam laporan keuangan jika dibandingkan dengan pos yang sama pada tahun dasar. Melalui analisis trend ini dapat dilhat
dan diketahui kecenderungan kondisi dari posisi keuangan maupun hasil-hasil keuntungan yang telah diperoleh perusahaaan. Apakah kecenderungan
meningkat, menurun atau bahkan cenderung tidak bergerak tetap. Periode pengamatan dari penelitian di PT. Musi Hutan Persada ini
adalah 4 tahun, yaitu tahun 2007 sampai tahun 2010. Dalam penelitian ini, tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar adalah tahun 2007. Tahun 2007
dijadikan tahun dasar karena merupakan tahun awal atau pertama periode
pengamatan dalam melihat kondisi perusahaan. Tabel hasil analisis trend terhadap laporan neraca dan laporan laba-rugi dapat dilihat pada Lampiran 9
dan Lampiran 10.
4.6.1 Perkembangan Kondisi Neraca
Analisis trend terhadap laporan neraca dilakukan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Perkembangan kondisi neraca PT. Musi Hutan Persada periode 2007-2010 dapat dilihat dalam Gambar 3.
Analisis Trend Terhadap Laporan Neraca Tahun 2007-2010
100 88.43
62.26 77.83
100 149.63
157.08 170.06
100 94
97.1 121.37
100 182.21
191.78 200.58
100 94.64
87.83 87.83
100 107.8
125.45 141.66
50 100
150 200
250
2007 2008
2009 2010
Tahun P
e r
se n
ta se
Aktiva Lain-lain Aktiva Lancar
Aktiva Tetap Kewajiban Lancar
Kewajiban Jangka Panjang Ekuitas
Gambar 3. Perkembangan kondisi neraca PT. Musi Hutan Persada Periode 2007 - 2010.
Pada Gambar 3 dapat dilihat kondisi neraca PT. Musi Hutan Persada periode 2007-2010. Dilihat dari gambar tersebut, aktiva lancar cenderung
mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 aktiva lancar perusahaan sebesar Rp 136.971.756.614,- dan mengalami peningkatan di tahun 2008 sebesar 49,63
persen dari tahun 2007 menjadi Rp 204.952.709.159,-. Peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya kenaikan pada piutang, persediaan, uang muka dan
pendapatan yang masih harus diterima walaupun kas dan setara kasnya menurun pada tahun itu, penurunan kas dan setara kas itu masih bisa ditutupi
oleh komponen lainnya. Pada tahun 2009 mengalami peningkatan lagi sebesar 7,45 persen dari tahun sebelumnya sehingga aktiva lancar perusahaan di tahun
2009 sebesar Rp 215.160.355.485,-. Peningkatan ini dikarenakan kas dan
setara dan komponen lainnya pada tahun 2009 kembali menunjukkan peningkatan walaupun uang muka menurun dari tahun sebelumnya. Pada
tahun 2010 aktiva lancar PT. Musi Hutan Persada mengalami peningkatan yang cukup signifikan, peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya
peningkatan kas dan setara kas, piutang, persediaan, dan pendapatan yang masih harus diterima dibandingkan dari tahun 2009. Sehingga pada tahun
2010 aktiva lancar PT. Musi Hutan persada sebesar Rp 232.939.471.820,-. Selama periode 2008 sampai 2009, aktiva tetap PT. Musi Hutan
Persada cenderung mengalami penurunan dari tahun dasarnya yaitu tahun 2007. Dimana pada tahun 2007, perusahaan memiliki aktiva tetap sebesar Rp
113.975.879.119,-. Pada tahun 2008, aktiva tetap perusahaan hanya sebesar Rp107.137.385.736,- dan tahun 2009 meningkat hanya 3,10 persen dari tahun
2008 menjadi Rp 110.670.350.631,-, peningkatan itu disebabkan oleh adanya peningkatan nilai perolehan. Kemudian di tahun 2010, aktiva tetap PT. Musi
Hutan Persada mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu meningkat sebesar 24,27 persen dari tahun 2009, sehingga aktiva tetap pada tahun 2010
bernilai Rp 138.337.938.290,-. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan nilai perolehan yang cukup besar dibandingkan tahun 2009. Dimana
peningkatan nilai perolehan tersebut berasal dari penambahan aset-aset perusahaan seperti bangunan, sarana dan prasarana penghubung, mesin dan
peralatan lapangan, peralatan dan perabot kantor serta kendaraan bermotor. Penambahan jumlah aset ini dikarenakan pendapatan perusahaan meningkat
sehingga perusahaan dapat menambah aset. Aktiva lain-lain pada periode 2007 sampai 2009 cenderung menurun.
Tahun 2007, aktiva lain-lain perusahaan bernilai Rp 1.825.744.623,-Pada tahun 2008, aktiva lain-lain PT. Musi Hutan Persada mengalami penurunan
sebesar 11,57 persen dari 26,17 persen sehingga di tahun 2009 aktiva lain-lain perusahaan bernilai Rp 1.136.781.782,-. Penurunan ini disebabkan oleh
peningkatan nilai beban yang ditangguhkan disertai dengan peningkatan amortisasi. Tetapi, di tahun 2010 kembali mengalami peningkatan sebesar
15,57. Sehingga di tahun 2010 PT. Musi Hutan Persada memiliki aktiva lain- lain sebesar 1.420.977.227,-.
PT. Musi Hutan Persada di periode 2007 sampai 2010, kewajiban lancar perusahaan tersebut cenderung mengalami peningkatan. Kewajiban
lancar PT. Musi Hutan Persada di tahun 2008 mengalami peningkatan yang cukup drastis, perusahaan tersebut mengalami peningkatan sebesar 82,21
persen dari tahun sebelumnya. Tahun 2007 perusahaan hanya memiliki kewajiban lancar sebesar Rp 75.027.349.536,-. Peningkatan di tahun 2008 itu
terjadi karena adanya peningkatan hutang usaha, hutan pajak dan lain-lain. Kemudian di tahun 2009 kembali meningkat yang menyebabkan nilai
kewajiban lancar perusahaan menjadi Rp 143.885.081.365,-. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya hutang usaha, hutang pajak dan lain-
lain. Di tahun 2010, kewajiban lancar terus mengalami peningkatan sebesar 8,8 persen menjadi Rp 150.490.888.729,-. Peningkatan kewajiban lancar ini
disebabkan oleh komponen terus meningkat. Kewajiban jangka panjang PT. Musi Hutan persada juga mengalami
kecenderungan menurun di tahun 2008 dan tahun 2009. Pada tahun 2007, kewajiban jangka panjang perusahaan sebesar Rp 378.613.258.971.
Kemudian, di tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 5,36 persen dari tahun 2007 menjadi Rp 358.303.992.477,-. Pada tahun 2009, kewajiban
jangka panjang perusahaan kembali mengalami penurunan menjadi Rp 332.545.775.890,-. Penurunan ini disebabkan oleh hutang kepada pemegang
saham menjadi tidak ada, sehingga nilai kewajiban lancar bisa diminimalkan. Tahun 2010, kewajiban jangka panjang tetap berada diposisi seperti tahun
2009 yaitu sebesar Rp 332.545.775.890,- dikarnakan tidak ada penambahan atau pengurangan dari komponen tersebut.
Pada Gambar 3 terlihat tingkat ekuitas PT. Musi Hutang Persada mengalami kecenderungan yang meningkat. Tahun 2007, ekuitas PT. Musi
Hutan Persada bernilai Rp 124.732.507.869,-. Tahun 2008 ekuitas perusahaan meningkat sebesar 7,80 persen dibanding tahun 2007. Sehingga nilai ekuitas
PT. Musi Hutan Perasada di tahun 2008 bernilai Rp 134.465.382.659,-, peningkatan ini disebabkan oleh laba ditahan dan laba tahun berjalan
mengalami peningkatan. Kemudian di tahun 2009 dan 2010 mengalami peningkatan kembali. Peningkatan itu masing-masing sebesar 17,65 persen
dan 16,21 persen. Sehingga tahun 2009 ekuitas perusahaan bernilai Rp 156.476.764.475,- dan Rp 176.696.890.008 pada tahun 2010. Peningkatan ini
disebabkan oleh peningkatan komponen ekuitas yaitu laba di tahan dan laba tahun berjalan.
4.6.2 Perkembangan Kondisi Laba Rugi
Analisis trend terhadap laporan laba rugi perusahaan dilakukan pada komponen-komponen yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan laba. Komponen-komponen tersebut antara lain penjualan, harga pokok penjualan, laba kotor, biaya dan laba bersih.
Perkembangan kondisi laba rugi PT. Musi Hutan Persada periode 2007-2010 dapat dilihat dalam Gambar 4.
Anal isi s Tren d Terh adap Laporan Laba Rugi Tahu n 2007-2010
100 57.12
46.1 46.48
100 108.47
140.47 160.91
100 132.4
177.04 197.02
100 64.99
74.03 95.3
100 121.82
275.5 447.11
100 200
300 400
500
2007 2008
2009 2010
Tahu n P
er se
n ta
se Bi aya
Pe n ju alan Harga Pok ok Pe nju al an
Laba Kotor Laba Be rsi h
Gambar 4. Perkembangan Kondisi Laba Rugi PT. Musi Hutan Persada Periode 2007-2010.
Pada Gambar 4 memperlihatkan bahwa adanya peningkatan nilai pendapatan penjualan perusahaan disebabkan oleh naiknya tingkat penjualan
kayu. Tahun 2007 penjualan perusahaan bernilai Rp 263.910.311.820,- dan mengalami peningkatan penjualan di tahun 2008 sebesar 8,47 persen dari
tahun 2007 menjadi Rp 286.254.088.691,-. Kemudian pada tahun 2009 dan 2010 tingkat penjualan mengalami peningkatan kembali yang cukup besar
menjadi 140,47 persen dan 160,91 persen. Sehingga tahun 2009 penjualan perusahaan bernilai Rp 370.719.376.901,- dan Rp 424.648.472.640,- pada
tahun 2010. Terlihat dalam Gambar 4 laju peningkatan penjualan diikuti dengan
laju peningkatan harga pokok produksi yang besar. Peningkatannya hampir sama besar dengan besarnya peningkatan penjualan. Hal ini berarti bahwa
peningkatan keuntungan yang diperoleh dari setiap penjualan yang dilakukan sebanding dengan peningkatan komponen pengurangnya yaitu harga pokok
produksi. Peningkatan harga pokok produksi ini terutama disebabkan oleh tingginya biaya produksi.
Tahun 2008, laba kotor PT. Musi Hutan Persada mengalami penurunan sebesar 35,01 persen dari tahun 2007 dimana pada tahun 2007 laba kotor
perusahaan sebesar Rp 93.691.895.486,- sehingga tahun 2008 laba kotor perusahaan menjai Rp 60.892.366.623,-, tetapi tahun 2009 mengalami
peningkatan kembali sebesar 9,04 persen dari tahun 2008 menjadi Rp 69.358.525.101,-, meskipun peningkatannya masih lebih kecil dibandingkan
tahun 2007. Kemudian tahun 2010 laba kotor PT. Musi Hutan Persada benilai Rp 89.288.774.393,- karena mengalami peningkatan sebesar 21,27 persen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai laba kotor ini disebabkan oleh angka penjualan dan harga pokok penjualan.
Penurunan terjadi pada komponen biaya seperti biaya operasi, biaya pinjaman dan biaya lain-lain. Penurunan biaya perusahaan menyebabkan
terjadinya peningkatan keuntungan laba bersih yang diperoleh perusahaan. Biaya yang ditanggung perusahaan di tahun 2007 sebesar Rp 82.303.266.127,-
. Biaya tersebut masing-masing mengalami penurunanan sebesar 42,88 persen dan 11,02 persen pada tahun 2008 dan tahun 2009 sehingga tahun 2008 biaya
yang ditanggung perusahaan sebesar Rp 47.013.259.781,- dan Rp 37.940.122.504,- pada tahun 2009, serta pada tahun 2010 mengalami
penurunan menjadi 46,48 persen menjadi Rp 38.256.890.140,-. Penurunan biaya perusahaan dengan rata-rata sebesar 62,43 persen ini
menyebabkan peningkatan keuntungan laba bersih yang diperoleh PT. Musi Hutan Persada seperti yang terlihat pada gambar 4. Tahun 2007, PT. Musi
Hutan Persada memiliki laba bersih Rp 7.989.540.551,-. Tahun 2008 dan 2009 peningkatan keuntungan laba bersih sebesar 21,82 persen dan 175,5 persen
dari tahun dasar yaitu tahun 2007 yaitu yang hanya sebesar 100 persen. Sehingga laba bersih di tahun 2008 menjadi Rp 9.732.874.790,- dan Rp
22.011.381.816,- untuk tahun 2009. Kemudian di tahun 2010, peningkatan yang cukup signifikn karena laba bersih meningkat menjadi 447,11 menjadi
Rp 35.722.318.988,-. Jadi rata-rata laba bersih PT. Musi Hutan Persada pada 4 periode yaitu tahun 2007-2010 sebesar 236,11 persen. Peningkatan tingkat
keuntungan laba bersih yang diperoleh PT. Musi Hutan Persada karena PT. Musi Hutan Persada dapat mengefisienkan dalam hal pengoperasian sumber
dayanya yang salah satu caranya bisa dengan mengurangi atau meminimalkan biaya-baya produksi dan lain-lain.
4.7. Forecasting Kondisi Keuangan PT. Musi Hutan Persada